Editor's Choice Next Gen

Ambisi Sang Putri Mahkota

Ambisi Sang Putri Mahkota

Alvina Atmadja

Alvina Atmadja, Direktur ASCO Capital

Lima tahun kuliah dan bekerja di Australia rupanya dirasa cukup bagi Alvina Atmadja. November 2013 dia terpanggil untuk turut mengelola dan membesarkan bisnis yang dibangun ayahnya, ASCO Capital. “Di Indonesia kesempatan untuk berkembang dan peluang lebih banyak. Di Australia, opportunity lebih kecil karena semua serba mapan,” ujar putri pertama pengusaha Stanley Atmadja ini. Di Negeri Kanguru, dia sempat bekerja pada divisi pengembangan bisnis di perusahaan ritel fashion dan F&B. Dia bekerja saat masih kuliah.

Pulang ke Indonesia, wanita kelahiran 20 Juni 1989 ini lebih dulu ditempatkan sebagai Manajer Keuangan ASCO Automotive. Namun, itu tak lama. April 2014 dia diberi amanah lebih besar: direktur untuk mengelola semua divisi back office di ASCO Capital (holding), meliputi bagian audit, HRD, general affairs, TI, finance tax dan accounting.

Tentu saja, tantangan Alvina jauh lebih berat ketimbang sewaktu bekerja di Australia. Terlebih, ASCO Capital merupakan perusahaan yang secara organisasi ataupun bisnis tumbuh cukup cepat dan lini bisnisnya juga makin menggurita. Jumlah karyawan tak kurang dari 1.200 orang — termasuk 300 orang di kantor pusat. “Awalnya saya memang merasa kaget, karena tidak terbiasa dengan dunia kerja yang korporat sekali. Tetapi seiring waktu, saya merasa enjoy,” ungkap lulusan University of Melbourne bidang pemasaran dan ekonomi ini.

Salah satu yang dia rasakan mengagetkan itu adalah perbedaan kultur. Di Australia, menurutnya, budayanya tidak terlalu formal, sedangkan di Indonesia lebih formal dan lebih banyak tata cara yang harus diikuti.

Namun, perlahan-lahan itu bisa dilewatinya. Caranya?

Sebagai orang baru, dia punya banyak kiat untuk menjalankan tugasnya. Pertama, tak sungkan bertanya. “Awalnya, ketika mendapatkan begitu banyak informasi, saya merasa bingung, harus dimulai dari mana. Banyak sekali hal yang harus saya kerjakan. Tekanannya tinggi. Jadi, saya harus banyak bertanya,” ujarnya.

Kedua, melakukan komunikasi yang intens. Agar bisa menjalankan tugas dengan baik, dia memperbanyak interaksi dengan karyawan agar betul-betul memahami kondisi setiap divisi. Dia mencoba sharing sekaligus belajar dari karyawan, termasuk dari mitra-mitra senior ayahnya. “Saya coba proaktif untuk banyak berkomunikasi,” katanya. Dan tentu saja, tempat belajar yang paling utama itu adalah sang ayah. “Pak Stanley itu orangnya punya ide-ide besar tetapi eksekusinya sangat detail,” Alvina menggambarkan sosok ayahnya.

Stanley Atmadja, Presiden Direktur dan pendiri ASCO Capital, mengakui putrinya memang punya bakat dalam hal manajerial. Sebab itu, dia memberi kepercayaan kepada Alvina untuk mengembangkan operasional perusahaan, khususnya di bidang HR, audit, general affairs, dan president office yang ujungnya akan menentukan berhasil-tidaknya penjualan-pemasaran. “Tentu, saya tidak memberikan semua tanggung jawab itu secara serempak, tetapi bertahap, awalnya hanya di bagian finance dulu, agar dia bisa mengikuti secara detail,” kata lelaki yang membesarkan Adira Finance ini.

Dalam mengader putrinya, Stanley lebih banyak menggunakan metode dialog (diskusi) dan memberi porsi lebih pada pengembangan EQ (emotional quotience) berorganisasi. Di sisi lain, dia juga mendorong putrinya agar terus menambah jam terbang, lebih berani membuat keputusan penting dan mencetuskan gagasan.

Setahun di ASCO, Alvina sudah melakukan sejumlah pembenahan, dan tentu saja pada sisi internal yang memang ditugaskan kepadanya. “Saya terutama melakukan pembenahan pada proses-proses bisnis, menjadi lebih simpel, sehingga karyawan dapat bekerja lebih efisien. Saya juga introduce sistem baru,” paparnya.

Bukan hanya itu. Kini, dia bahkan sudah punya cita-cita. Tahun 2015 dia canangkan sebagai Tahun Perubahan sehingga akan banyak pembenahan yang dilakukan, khususnya dari sisi kultur perusahaan. Tanpa ragu, dia bahkan ingin menjadikan ASCO sebagai best place to work untuk semua karyawannya.

Apakah itu akan terealisasi, tentunya masih harus ditunggu kiprahnya. Namun sebagai putri mahkota, setidaknya dia sudah punya sesuatu yang begitu mahal: ambisi membawa perusahaannya menjadi lebih baik.(*)

Sudarmadi dan Destiwati Sitanggang


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved