Editor's Choice Next Gen

Anak Agung Gde Pratista, Moncer di Bisnis Horeka

Anak Agung Gde Pratista, Moncer di Bisnis Horeka

Anak Agung Gde Pratista

~~

Anak Agung Gde Pratista boleh dibilang merupakan tipikal anak kosmopolitan. Lahir dan menghabiskan masa remajanya di Jakarta, lalu menyelesaikan pendidikan teknik industrinya di Boston University, Amerika Serikat, kemudian memilih bekerja di Singapura. Karena itu, Pulau Bali bagi Agus, sapaan akrab Anak Agung Gde Pratisa (36), hanyalah kampung halaman yang dikunjungi saat libur tiba atau saat menghadiri acara keluarga. Bukan tempat untuk bekerja. ”Aura liburnya terlalu kuat, bukan tempat untuk bekerja,” ungkap Agus menilai tanah leluhurnya.

Namun, tanggung jawabnya sebagai anak laki-laki tertua menyebabkan anak keempat dari lima bersaudara yang saat itu (tahun 2002) baru berusia 24 tahun harus memenuhi permintaan sang ayah yang memasuki masa pensiun untuk pulang dan meninggalkan pekerjaan yang baru dijalani selama dua tahun di Singapura. Tugasnya? Mengelola hotel milik keluarga mereka di Legian Kuta, Bali Niksoma Hotel. Hotel ini sudah dimiliki Anak Agung Masputra – ayahanda Agus — sejak 1983, tetapi pengelolaannya diserahkan kepada pihak luar.

Setelah Anak Agung Masputra pensiun, dia merenovasi hotelnya. Namanya berubah menjadi Bali Niksoma Boutique Resort Hotel. Nah, agar kinerja hotelnya cemerlang, Anak Agung Masputra pun memanggil pulang anak laki-lakinya yang sedang bekerja di Singapura.

Sadar akan minimnya pengalaman di dunia hospitality, saat sang ayah menanyakan, “Kamu mengerti apa tentang hotel?”, Agus terus terang mengakui tidak mengerti apa-apa. Namun, dengan yakin menanyakan kepada sang ayah, “Mau berapa lama kembali modal?” Dan, dengan berani Agus menjamin hanya akan memerlukan setahun untuk menjadikan hotel 58 kamar di atas lahan 1 hektare ini bisa beroperasi dengan baik. “Masa adaptasi pasti ada. Saya tidak ada pengalaman, tetapi saya yakin dengan kemampuan saya,” ia menambahkan. Ia menilai harus ada perombakan mendasar bila tidak ingin apa yang sudah dikeluarkan menjadi sia-sia.

Hal pertama yang dilakukan adalah perekrutan karyawan. Agus turun tangan langsung dalam pemilihan karyawan karena menyadari betapa pentingnya peran karyawan. “Produk penting, tetapi servis lebih penting. Sebagus apa pun produk, bila tidak diikuti servis yang memuaskan, tidak akan ada artinya,” ungkapnya mantap. Baginya, karyawan adalah ujung tombak penentu keberhasilan. “Karyawan adalah mahkota saya,” ia menandaskan. Lokasi hotelnya yang mempunyai akses langsung ke Pantai Legian dan karyawan yang melayani dengan hati menjadi andalan Agus.

“Saya berusaha membuat karyawan nyaman dan senang bekerja dengan menempatkan mereka pada posisi yang tepat karena sesungguhnya merekalah yang berhubungan langsung dengan para tamu,” Agus menambahkan. “Service dengan hati”, prinsip itu yang selalu ditekankan Agus kepada 120 karyawan hotelnya yang rata-rata mempunyai masa kerja cukup lama. Ia tak henti-hentinya berusaha membangkitkan energi karyawannya untuk tetap positif dengan tidak pernah memberi jarak antara karyawan dan manajemen. “Pintu ruang kerja saya selalu terbuka,” katanya.

Langkah Agus tepat, walaupun terletak di daerah low to medium market, sejak awal tingkat hunian hotel butiknya rata-rata mencapai 80%, antara lain 70% merupakan repeater guest asal Australia yang masa tinggalnya mencapai 7-14 hari. Pencapaian ini, menurut Agus, tidak terlepas dari loyalitas karyawannya memberi pelayanan. Di saat low season tamu mancanegara, ia juga sukses mempertahankan tingkat hunian hotelnya dengan menyasar tamu domestik.

Anak Agung Masputra terus terang mengaku sempat tidak memercayai kemampuan sang putra. Semula Masputra merencanakan akan tetap memakai tenaga profesional saja dalam pengoperasian hotel mereka pascarenovasi, sebelum akhirnya memutuskan menyerahkan sepenuhnya kepada Agus melihat keseriusan anak laki-laki tertuanya itu. “Agus mau belajar dan tak malu bertanya. Naluri bisnisnya juga bagus,” kata Masputra. Ia juga melihat jaringan pertemanan Agus di semua kalangan yang selalu terjaga telah banyak membantunya dalam berbisnis.

Sukses mengoperasikan Bali Niksoma Boutique Resort, Agus mengembangkan bisnisnya dengan membuka Mozarella Restaurant pada 2009 di daerah Legian juga. Alasannya sederhana saja, menjaring tamu yang ingin sejenak menikmati suasana bersantap di luar hotel. Dengan interior sederhana dan pelayanan yang ramah, Mozarella tidak pernah sepi pengunjung. Sejak itu, setiap tahun satu Mozarella Restaurant baru dioperasikan laki-laki kelahiran Jakarta 9 Januari 1978 ini. Kini sudah lima Mozarella Restaurant yang rata-rata berkapasitas 200-250 kursi dibukanya, semuanya berlokasi di seputaran Kuta yang mampu menyerap 120 tenaga kerja. Agus berencana membuka resto Mozarella di Jakarta dan Surabaya.

Tidak cukup sampai di situ, untuk menjaring pasar menengah, Agus membuka The Magani City, hotel 108 kamar yang berlokasi di Kuta dengan mempekerjakan 160 karyawan yang ternyata juga mendapat respons positif dengan tingginya tingkat hunian.

Sepak terjang suami Gusti Ayu Agung Andini Wiswarani ini di bisnis hotel tidak berhenti sampai di sini. The Bandha, hotel lima lantai dengan 99 kamar di atas lahan seluas 55 are yang sedang dalam taraf pembangunan, direncanakan bisa mulai beroperasi pada Maret 2016. Di proyek terbarunya ini, Agus mengaku terlibat sejak awal, mulai dari pembebasan tanah, perencanaan, pembangunan hingga operasional nanti.

Agus terus bergegas mengembangkan bisnisnya. Pada Desember 2014, ia menghadirkan Urbana Cafe sebagai wadah kongko anak muda di Ubud dan akan segera menyusul Denpasar. Kini Agus sudah menjelma sebagai anak muda yang sukses di bisnis horeka (hotel, restoran dan kafe) di Bali.(*)

Silawati (Denpasar) & Didin Abidin Masud/Riset: Hana Bilqisthi


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved