CEO Interview Editor's Choice

CEO Pos Indonesia: Channel is The King

CEO Pos Indonesia: Channel is The King

Dengan jaringan outlet milik sendiri sebanyak 4.067 dan 12.000 Agen Pos di seluruh Indonesia, PT Pos Indoensia boleh dibilang sebagai Raja Jaringan di Indonesia. Berbagai bisnis pun bisa dilakukan oleh Pos Indonesia, seperti melakukan pembayaran berbagai rekening: listrik, telepon, air, kartu kredit, bahkan remitansi. Properti milik Pos Indonesia juga kini didayagunakan sehingga bisa menjadi tambahan pendapatan baru. Bagaimana pengembangan bisnis Pos Indonesia dilakukan? Budi Setiawan, Direktur Utama PT Pos Indonesia memaparkannya kepada Dadi A. Salim:

Budi Setiawan, Direktur Utama PT Pos Indonesia

Budi Setiawan, Direktur Utama PT Pos Indonesia

Berapa jumlah jaringan/cabang/titik layanan PT Pos Indonesia sekarang?

Sampai saat ini dapat dikatakan bahwa Pos Indonesia masih tetap sebagai salah satu perusahaan jasa dengan jaringan distribusi terbesar di Indonesia. Pos memiliki outlet sendiri sebanyak 4.067 kantor pos, yang dimiliki Kantor Pos. Di samping itu sudah membuat chanel distribusi baru atau agen, angka yang tercatat ada sekitar 12 ribu agen-agen pos di seluruh Indonesia di setiap kecamatan. Komposisi sebaran outlet sekitar 46% di Pulau Jawa dan 54% di luar Pulau Jawa.

Bagaimana strateginya untuk memperluas jaringan?

Untuk strategi pengembangan di daerah itu ada. Jadi Kantor Pos itu multi bisnis. Jadi selama masih banyak konten bisa ditaruh di kantor pos itu bisa hidup. Dulu kenapa tidak hidup, karena kontennya sedikit. Sekarang konten-konten yang bisa kita lakukan ada macam-macam, ada mail, logistik, kemudian ada parcel, kita juga ada remitansi, serta pos paid. Pos paid itu sekarang kita dorong untuk dapat dilakukan di agen. Jadi kita harapkan dengan banyaknya bisnis tadi, itu bisa menghidupkan Kantor Pos.

Strategi perluasan jaringan dilakukan dengan dua metode, yaitu:

Secara kemitraan dengan pihak ketiga (agency)

Dilakukan sendiri (baik berupa Kantor Pos, Kantor Pos cabang, maupun loket ekstention dan pos keliling kota)

Apa upaya yang sudah dilakukan untuk me-leverage jaringan yang dimilikinya untuk pengembangan bisnis baru?

Selain pengembangan jaringan secara fisik baik dilakukan sendiri oleh Pos maupun dengan pola kemitraan melalui agen pos, perubahan model bisnis jaringan ke depan lebih menekankan perpaduan infrastruktur layanan informasi, layanan keuangan, dan layanan fisik.

Bagaimana upaya untuk mengoptimalkan penggunaan jaringan di luar core business awal? Misalnya Alfa juga sudah jualan pulsa, beli tiket pesawat, bayar tol, dll,?

Prinsipnya kantor pos itu tidak memerlukan ruangan yang besar. Tapi kita lebih banyak mendekatkan diri kepada masyarakat. Jadi misalnya ada koperasi jualan kelontong dan macam-macam, yang satunya ada produk layanan posnya bisa saja. Di samping dia jualan layanan pos juga bisa jualan layanan-layanan lain seperti bayar listrik, bayar air, bayar cicilan motor, bayar kredit, macam-macam ada.

Pemanfaatan outlet/utilisasi aset yang digunakan oleh pihak ketiga dengan penyesuaian metode sharing dari sewa lahan menjadi revenue sharing, seperti Postshop, Mandiri Mitra Usaha, Gadai Emas Syariah. Pengembangan bisnis properti lainnya, misalnya perhotelan (penanganan oleh PT Pos Properti). Dengan Bank Mandiri namanya Mandiri Mitra Usaha. Kemudian dengan Bank Syariah Mandiri ada rumah gadai (gadai syariah), itu ada di kantor pos, mugkin ada sekitar di 100 lokasi. Kemudian di beberapa lokasi kita juga buka namanya Pos Mart. Di situ kami jual convenient store yang tahun ini jumlahnya sekitar 100 titik. Kita bekerja sama dengan Alfamart, Indomaret, dan lain-lain di berbagai tempat. Untuk ATM itu hanya sebagai pelengkap saja.

Bisnis-bisnis baru apa saja yang muncul?

Bisnis Pos Indonesia saat ini terus berkembang, tidak hanya di bisnis surat, paket dan jasa keuangan, tapi juga mengopimalkan sumber-sumber bisnis baru seperti logistik, properti dan e-commerce. Agar lebih fokus dan lincah di tengah persaingan yang semakin ketat, Pos Indonesia membentuk perusahaan induk yang memayungi sejumlah anak perusahaan, antara lain PT Pos Logistik, PT Pos Property, Indonesia dan PT Bhakti Wasantara Net.

Mohon dijelaskan contoh sukses mitra bisnis Anda yang sangat sukses karena menggunakan jaringan Anda? Misalnya dari pemain baru yang omset nyaris nol menjadi puluhan atau ratusan miliar per tahun?

Untuk investasi kerja sama dengan Pos Indonesia itu tidak ada, alias nol. Kita tidak ada franchise fee. Jadi agen punya tempat dan minta ke kita, nanti kita survei. Untuk prosesnya sekitar maksimal tiga minggu. Dan itu tanpa harus bayar apa-apa ke kami..

Untuk sharingprofit-nya kita beri untuk paket mail itu 20% dari tarif, Pos Indonesia mengambil porsi 80%. Karena yang paling mahal itu di collecting dan delivery. Kalau untuk pos paid kita berikan beda-beda. Karena kami lebih banyak untuk recover pengembangan sistem, recover biaya over head, dan lain-lain. Sehingga dengan biaya-biaya itu rasanya “win-win” bagi para agen dan Pos Indonesia. Untuk para agen kita bikin kontrak setiap dua tahun sekali. Karena agen itu juga ada laporannya.

Sinergi-sinergi semacam apa yang dibangun untuk mengoptimalkan pemanfaatan cabang/jaringan yang dimiliki?

Di beberapa Kantor Pos itu ada tenant-tenant yang juga menjadi pemasukan. Sebenarnya tenant itu menghabiskan kontrak lama. Seperti di Jakarta ini banyak tempat yang diisi oleh tenant. Tapi kami mulai teribkan, karena kami tidak mau ada jualan yang tidak ada hubungannya dengan Pos Indonesia. Untuk yang jualannya tidak jelas kita sudah buang. Kan ruang public itu harus ditata dengan baik. Kecuali nanti, kan kita sudah punya anak perusahaan PT Pos Property. Tahun ini Pos Property baru ada tiga lokasi, untuk tahun depan akan ada 20 lokasi. Dari 20 lokasi ini nanti tergantung akan digunakan untuk apa. Kalau mix used berarti nanti akan disewakan untuk tenant-tenant yang nanti bentuknya bisa supermarket, hotel dan lain-lain.

Untuk mengoptimalkan properti merupakan potensi yang sangat besar. Selama ini properti hanya menjadi beban karena harus bayar pajak, pemeliharaan, dan lain-lain. Kalau bisa dioptimalkan pasti akan sangat ideal sekali. Contohnya Kantor Pusat di Bandung itu bayar listrik, air, dan lain-lain hampir Rp 6 – 7 miliar. Sekarang tiga lantai disewakan, dari situ pendapatan ada Rp 15 miliar. Biaya pajak, listrik, air, dan lain-lain jadi Rp 9 miliar. Biaya memang naik, tapi pendapatan juga ada.

Bisnis-bisnis ‘baru’ apa yang bisa di-create dengan banyaknya jaringan itu (bisnis yang bukan bisnis utama bila dilihat sejarahnya?

Untuk sekarang bisnis baru ada tapi masih belum kita buka karena masih dalam bentuk inkubasi. Untuk line bisnisnya di bidang jasa keuangan, bidang mail, bidang kargo. Untuk line bisnisnya ada semua, tapi semua masih dalam tahap inkubasi. Nanti kalau sudah siap baru akan diumumkan, kira-kira dalam waktu setahun lah.

Apa saja manfaat/advantage dengan banyaknya cabang/jaringan yang dimiliki? Peluang apa saja yang muncul dengan banyak cabang?

Dari sekain banyak jaringan manfaatnya banyak. Chanel is a king. Jadi cuma dengan satu kabel semua bisnis bisa dilakukan. Jadi bisnis bisa kita rancang untuk cross selling. Jadi, bisa jualan bisnis jasa keuangan, bisnis mail atau logistik, dan bisnis di jaringan. Itu semua bisa disatukan. Jadi biaya bisa lebih murah. Karena biayanya bisa disatukan. Nanti juga kami aka nada Cash on Delivery (COD). COD ini sebetulnya kan potensi besar, kami sedang bicarakan. Belum disiapkan, tapi baru akan disiapkan.

Bertambahnya mitra bisnis dan produk mitra di Kantor Pos menunjukkan indikator bahwa networking yang kami miliki punya daya saing. Peluang yang dapat dilakukan kan adalah optimasi aset/ gedung lainnya, contohnya pemanfaatan idle aset di Kantor Pos/area, juga pemanfaatan Gedung Graha Pos Indonesia di jalan Banda, Bandung.

Bagaimana upayanya agar semua cabang berjalan dengan standardisasi yang baik? Bagaimana quality control dilakukan?

Kami memiliki standar outlet dan pelayanan yang ditetapkan dan menjadi pedoman dalam implementasinya. Pengendalian dilakukan secara berjenjang di area dan tingkat kantor pusat melalui fungsi yang diberi kewenangan untuk itu.

Dengan banyaknya jaringan kontrol yang dilakukan ada dua. Satu dari keuangan dan satu lagi dari transaksi. Dari transaksi kita cek apakah benar tidak ada pengiriman. Dari keuangan kita SAP FIko, itu adalah program yang sangat andal untuk melakukan kontroling keuangan. Jadi tiap hari bisa dicek transfer uangnya berapa, transaksinya seperti apa, dan uangnya dikirim ke mana?

Bagaimana membangun sistem agar saling menguntungkan baik dirinya, mitra, vendor dan supplier?

Untuk GCG kita ada reward kepada agen-agen yang pencapaiannya sangat bagus. Untuk masyarakatnya juga kami ada hadiah. Untuk tiap tahunnya kami siapkan sekitar Rp 3,5 miliar untuk hadiah. Ada juga program-progran lucky dip. Ini sudah dianggarkan, cuma programnya akan diadakan pada saat Pos Indonesia ulang tahun.

Implementasi pelayanan dan operasional sudah diatur melalui sistem-sistem yang sudah distandarkan, baik itu pelayanan di front end maupun di indoor proses dan sampai ke delivery. Standarisasi kerjasama dengan prinsip “win-win” dengan prinsip-prinsip tata kelola yang baik dan benar (GCG). Untuk menjamin pelaksanaannya dilakukan secara accountable dan konsisten. Maka dilakukan monitoring, evaluasi dan asistensi.

Apa upayanya untuk tidak menekan mitra pengguna jaringan atau tetap menjalankan good business practice, GCG, dan persaingan sehat?

Pola kemitraan dilaksanakan melalui perjanjian kerjasama yang memuat dengan jelas hak dan kewajiban serta larangan masing-masing pihak. Kerjasama mengacu kepada regulasi yang ditetapkan baik oleh perusahaan maupun oleh pemerintah dengan prinsip-prinsip tata kelola yang baik dan benar (GCG). Untuk menjamin butir-butir yang diperjanjikan dipatuhi dan konsisten, maka ada mekanisme pengontrolan dan monitoring serta evaluasi secara rutin dan berkala.

Apa saja tantangannya punya banyak jaringan?

Tantangan utama itu untuk mengelola jaringan tidak mudah, karena butuh biaya yang mahal, seperti biaya gedung, infrastruktur, IT, transportasi, dan pengawasan. Dan bagaimana menjalakan operasional agar bisa seragam. Tidak boleh Kantor Pos yang satu dengan yang lain berbeda, jadi harus sama semuanya. Mau tidak mau pelatihan terhadap frontline itu harus ada terus. Jadi tiap tahun pelatihan itu pasti ada.

Tantangan Pos Indonesia ke depan adalah bagaimana mewujudkan fundamental yang kokoh di tengah arus turbulensi perubahan bisnis, regulasi, kompetisi, dan teknologi. Strategi yang dipilih untuk menghadapi tantangan itu adalah the big picture strategy. Dengan the big picture strategy ini kita merespons permasalahan yang dihadapi perusahaan dengan sudut pandang yang lebih luas, dimulai dari perbaikan infrastruktur dan pendayagunaan lanskap bisnis secara kokoh dan fundamental. (***)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved