Editor's Choice Entrepreneur

David Aditya Seky Soeryadjaya: Pelajaran dari Keluarga Soal Integritas

David Aditya Seky Soeryadjaya: Pelajaran dari Keluarga Soal Integritas

Buah jatuh tak jauh dari pohonnya sepertinya cocok untuk menggambarkan cucu sulung William Soeryadjaya. Tak jauh beda dengan kakek dan ayahnya – Edward Seky Soeryadjaya, David Aditya Seky Soeryadjaya nampaknya memang digariskan untuk tetap berada di lingkungan bisnis. Lulusan Bachelor of Science degree in Accounting from The University of Southern California in Los Angeles, California, pulang ke Indonesia tahun 2007 dan langsung fokus pada sektor bisnis energi.

Saat ini ia telah membangun kerajaan bisnis di Singapura, sama seperti ayahnya Edward Soeryadjaya yang terus mengembangkan bisnis di Indonesia. Talenta pria kelahiran 31 Agustus 1978 di bidang bisnis ini mungkin juga didapatkan dari sang ayah dan juga kakeknya. Ia mengakui pelajaran dari dari sang ayah mengenai integritas bisa membawanya sukses. Sedangkan dari sang kakek, ia belajar berjuang di masa sulit ataupun masa baik.

Davi S (utama)

Duduk sebagai pucuk pimpinan di bisnis yang ia bangun sendiri tak lantas membuatnya berlenggang. Baru-baru ini ia mengaku baru melakukan perjalanan bisnis ke Amerika. Ramba Energy yang mulai menampakkan hasil di beberapa blok yang telah dirintis, nampaknya akan lebih agresif lagi ke depannya. Berikut petikan wawancaranya dengan Nimas Novi Dwi Arini:

Boleh diceritakan secara detail mengenai Ramba Energy? (Sejak kapan memulai, bergerak di bidang apa, apakah sama dengan Ortus)

Di tahun 2007, setelah mempelajari iklim bisnis di Indonesia, saya melihat walaupun negara kita sangat kaya dengan sumber daya energi, investasi di bidang migas relatif masih kurang jika dibandingkan dengan peluang yang ada. Jumlah pengusaha lokal yang berperan di bidang ini juga ternyata masih sedikit karena kebanyakan pemainnya adalah perusahaan asing. Tidak ada salahnya dengan investasi asing, tapi yang saya perhatikan mereka tidak berinvestasi di daerah-daerah yang kondisi sosialnya cukup kompleks seperti misalnya di Sumatera. Di situ saya melihat adanya peluang, karena saya percaya masih banyak potensi migas di daerah-daerah tersebut yang dapat dikembangkan. Karena itulah saya membuat keputusan untuk masuk ke sektor energi.

Walaupun keputusan sudah dibuat, saya juga mengerti bahwa kami perlu semacam platform untuk masuk ke bisnis ini. Bisnis minyak dan gas adalah bisnis yang lumayan susah dan rumit. Bisnis ini adalah bisnis yang berdasarkan science and technology. Jadi, semua keputusan bisnis harus berdasarkan riset ilmiah. Selain itu, peraturan pemerintah di sektor energi juga banyak yang harus diikuti dan seringkali berubah sehingga menambah kompleksitas operasional bisnis migas. Dari segi siklus bisnis, prosesnya cukup panjang, dimulai dari titik di mana kita membuat keputusan untuk eksplorasi hingga proses ekstraksi proses tersebut bisa memakan waktu sampai tahunan.

Dengan bimbingan ayah saya, kami memutuskan untuk menggunakan perusahaan logistik kami yang bernama Richland Logistic yang berpusat di Singapura sebagai platform kami. Richland sudah beroperasi di bisnis logistik sejak tahun 1992 dan sudah menjadi perusahaan terbuka (tbk) di Singapore Stock Exchange sejak tahun 2004.

Pada tahun 2008, Richland ekspansi ke bidang eksplorasi dan produksi migas dan berganti nama menjadi Ramba Energy. Saat ini, Ramba Energy telah memiliki tiga blok minyak dan masih mengembangkan bisnis logistik.

Apakah ketika ingin membuat bisnis sendiri tidak ditawarkan untuk bergabung di bisnis keluarga?

Kami sebenarnya tidak menjalankan family business secara tradisional. Melainkan, kami lebih banyak berkecimpung di bidang investasi. Kami mencari peluang investasi untuk kami kembangkan secara profesional. Setelah bisnisnya independen dan profesional, kami akan kembangkan lebih lanjut, tapi tidak menjamin bahwa anggota keluarga yang akan melanjutkan. Semua harus memulai dari awal dan berkompetisi secara profesional. Prinsip itu pun saya terapkan di Ramba.

DavidSoeryadjaya

Apa pesan dari ayah ketika ingin membangun bisnis sendiri?

Sebagai salah satu pemegang saham, ayah saya banyak memberi saran dan masukan. Selain itu, saya banyak belajar dari pengalaman beliau sebagai tokoh yang sudah berkecimpung di dunia bisnis sekian lama. Ada banyak hal yang kami sependapat, tapi ada juga yang tidak. Dan itu biasanya kami diskusikan bersama.

Ke depannya akan membangun Ramba seperti apa? Apa target dan rencanya?

Ramba Energy sekarang dalam tahap tipping point di mana kami akan mulai memetik hasil yang kami tanam. Karena bisnis kami memiliki siklus cukup panjang, apa yang kami tanam di tahun 2007 baru akan mendapatkan hasil sekitar tahun 2015.

Salah satu aset kami, Lemang PSC, adalah sebuah blok minyak di mana kami berhasil mengebor tiga kali di dua struktur dan hasilnya semua positif. Saat ini, kami sedang menunggu hasil dari sumur ke-tiga. Dari data yang kami miliki, semuanya positif mengandung hidrokarbon. Pihak pemerintah sudah menginstruksikan perusahaan kami untuk melakukan transisi dari eksplorasi ke plan of development, artinya kami sedang mempersiapkan Lemang PSC untuk memulai produksi komersial dalam waktu dekat.

Selain itu, kami juga aktif mencari blok-blok baru untuk menambah kinerja dan portfolio perusahaan. Ini adalah tahap yang signifikan, apa lagi untuk sebuah perusahaan yang mayoritas dimiliki oleh orang Indonesia dan dijalankan oleh orang Indonesia, di tengah kondisi negara sedang memerlukan peningkatan produksi. Tujuan kami adalah untuk bisa membantu peningkatan produksi tersebut.

Apa nilai-nilai yang diajarkan oleh ayah dan kakek yang menjadi bekal untuk membangun bisnis ini?

Ayah dan kakek saya mengajari saya untuk menghargai nilai integritas. Meskipun harta dan kesuksesan juga berharga, tidak ada yang lebih bernilai daripada kehormatan. Di masa hidupnya, kakek saya selalu meraih kesuksesan dengan terhormat di kondisi yang baik maupun kurang baik. Baginya, lebih baik untuk dihormati dan mendapatkan reputasi yang baik daripada hanya mendapatkan kekayaan. Beliau membuktikan hal tersebut berkali-kali dalam hidupnya. Hal yang sama juga didapatkan oleh ayah saya didalam kariernya.

Sebagai CEO dari Ramba, saya mencoba menerapkan nilai-nilai tersebut ke dalam perusahaan dan mengutamakannya dalam keseharian dan semua aspek bisnis. Kehormatan, integritas dan trustworthiness adalah nilai nilai yang sangat kami jaga dalam kemitraan kami dengan investor dan para pemangku kepentingan.

Apakah sekarang masih terlibat dengan bisnis keluarga?

Ramba masih menjadi prioritas utama saya saat ini karena mengambil 99% dari waktu dan energi saya. Saya betul-betul berkomitmen kepada perseroan dan semua rencana ke depannya. Meskipun begitu, saya masih meluangkan waktu membantu ayah saya di usaha-usaha lainnya.

Sebagai contoh, saya merupakan direktur di Ortus Holdings, sebuah perusahaan manajemen aset yang berfokus di Indonesia. Ortus baru-baru ini mengakuisisi sejumlah besar saham di proyek Jakarta Monorail yang telah dimulai konstruksinya di bulan Oktober 2013.

Saya sangat antusias dengan perkembangan Ortus dan proyek Jakarta Monorail, karena proyek tersebut akan dapat mengubah Jakarta dan meningkatkan kehidupan penduduknya.

Apakah nantinya akan concern ke bisnis keluarga dan melepas Ramba ke tangan professional?

Saya tidak menutup kemungkinan itu.

Apa nanti akan mewariskan bisnis ini ke anaknya?

Saya tidak akan memaksa anak saya untuk meneruskan usaha ini. Jika dia ingin menjadi penyanyi atau artis saat dia besar nanti, saya tidak akan keberatan. Menurut saya, jalan menuju kesuksesan harus berdasarkan kemampuan, bukan warisan. (***)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved