Marketing Editor's Choice Strategy

Obyek Wisata Kalibiru, Bisnis Sampingan Petani Kulonprogo

Obyek Wisata Kalibiru, Bisnis Sampingan Petani Kulonprogo

Apa yang dilakukan kelompok Tani HKM Sejahtera yang berlokasi di desa pedukuhan Kalibiru, Hargowilis, Kulonprogo ini, memang layak menjadi teladan. Bagaimana tidak, mereka tidak hanya sukses menggarap lahan milik Perhutani, tapi juga sukses mengelola kawasan yang dipercayakan kepada mereka menjadi obyek wisata.

Kawasan Desa Wisata Kaibiru, Yogyakarta ( .com)

Kawasan Desa Wisata Kaibiru, Yogyakarta

Desa Wisata Kalibiru yang dikelola kelompok tani tersebut, kini menjadi salah satu tujuan wisata yang cukup menarik perhatian. Setiap hari selalu ada pengunjung yang bermaksud menikmati pemandangan alam dan berbagai fasilitas pendukung lainnya yang ada di sini. Bila hari biasa, pengunjung rata-rata diangka 200 orang. Sementara pada akhir pekan bisa mencapai ribuan orang.

Yang pasti, Desa Wisata Kalibiru secara rutin telah menjadi tempat studi banding kelompok tani berbasis kehutanan dari seluruh wilayah Indonesia. Kelompok Tani yang menggarap lahan seluas 29 hektar ini dinilai sukses membuat obyek wisata. Ini prestasi yang terbilang langka untuk ukuran kelompok tani yang rata-rata sudah berusia tua ini. “Setiap minggu selalu ada kunjungan dari kelompok tani pengelola kawasan hutan,” kata Parjan, Ketua Desa Wisata Kalibiru.

Dengan mengelola wisata tersebut, para petani kini tidak hanya mengandalkan pendapatan dari sektor pertanian saja, tapi juga meraih income dari pengelolaan tempat wisata tersebut. Mereka mendapatkan hasil dari tiket yang dijual serta jasa fasilitias wisata lainnya. Para pengunjung yang datang ke tempat ini, hanya dikenakan tiket masuk Rp 3.000 ditambah asuransi Rp 2.000. Sementara untuk ongkos parkir sepeda Rp 2.000 dan mobil Rp 5.000.

Obyek wisata ini, memang tidak hanya menawarkan keindahan alam berupa waduk sermo dan pantai selatan dari puncak ketinggian, tapi juga menawarkan wahana lain yang tak kalah menarik. Berbagai paket wisata memang telah disediakan di sini, mulai dari permainan flaying Fox, trakking, berfoto di atas pohon, hingga outbound dan pelatihan.

Kegiatan menarik yang banyak diminati antara lain, tracking jalur melewati hutan lindung menuju Waduk Sermo. Selama dalam perjalanan peserta akan diperkenalkan dengn berbagai jenis vegetasi yang tumbuh di hutan tersebut. Jangan kaget, bila selama dalam perjalanan, akan menemukan berbagai satwa yang memang dilindungi keberadaannya, mulai dari kijang, Ayam hutan, Elang Jawa, hingga macan jawa.

Kalibiru juga menyediakan paket menginap di cottage dan homestay. Selama ini, paket outbond banyak diikuti perusahaan dan perguruan tinggi. Untuk outbond perusahaan setiap orang ditarik biaya Rp 200 ribu, sementara untuk mahasiswa Rp 150 ribu.

Selain itu, Desa Wisata Kalibiru menyediakan paket pelatihan mulai dari gamelan, pengolahan ketela menjadi geblek, gula jawa, dawet, wisata pendidikan. Minimal peserta 10 orang untuk masing-masing jenis pelatihan dengan ongkos Rp 20-50 ribu perorang. Sementara untuk naik flaying fox ditarik biaya Rp 10 per orang.

Menurut Parjan, Desa Wisata Kalibiru dirintis sejak 2009 lalu. Awalnya para petani didampingi LSM Damar yang merupakan mitra dari Ford Foundation. Setelah pendampingan selesai, masyarakat bergerak sendiri untuk mewujudkan rencana pendirian desa wisata tersebut. Pada awalnya, mereka hanya bermaksud menjual view pemandangan dari atas ketinggian yang menawarkan panorama yang indah.

Sementara itu, Kepala Dukuh Kalibiru, Kamijan mengungkapkan, bahwa keberhasilan pengelolaan pariwisata ini telah membawa dampak positi bagi masyarakat dan pihak pemangku hutan dalam hal ini KPH Sermo. “Sekarang ini masyarakat sadar akan pentingnya menjaga lingkungan dan tidak ada lagi menjadi pelaku illegal loging,” kata Kamijan.

Masih menurut Kamijan, berkah dari keberadaan desa wisata ini tidak hanya dirasakan warga Kalibiru saja, tapi juga bagi wilayah pedukuhan lain yang menjadi penyangga. “Kami memberikan mereka dana kas ke pedukuhan lain khususnya yang dilewati jalur menuju Kalibiru,” kata Pak Dukuh.

Sementara itu menurut Parjan, Kaliburu baru ramai dikunjungi wisatawan sejak setahun terakhir ini. Katanya, secara resi Kalibiru sudah diresmikan sejak 2009 silam dan mendapat SK resmi dari Mentri Kehutanan. Namun sejak diresmikan, jumlah pengunjung tidak seperti yang diharapkan.

Karena sepinya pengunjung sempat membuat pengelola nyaris putus asa. Dalam keputusasaan tersebut, mereka mendapat pelatihan manajemen pengelolaan desa wisata di Disbudpar Kulonprogo. Kebetulan yang memberikan pemateri ketika itu adalah seorang penggerak wisata yang juga owner dari Sigro Adventure yakni Moko Sukmo.

Intinya setelah, pelatihan pengelola Kalibiru meminta pendampingan dari pemilik Sigro Adventure tersebut. Dari sinilah dilakukan penataan ulang kawasan wisata dilakukan, salah satunya dengan menambah wahana yang sebelumnya tidak ada seperti flying fox, tracking, gardu pandang, rumah pohon, dll. Kebetulan juga mereka mendapat bantuan dana dari PNPM Pariwisata yang bisa digunakan untuk membangun fasilitas tersebut.

Setelah semua fasilitas tersedia, dilakukan promosi lewat website dan media social. Awalnya Moko Sukmo menguplode beberapa foto dari wahana yang ada, salah satunya rumah pohon yang kini menjadi tempat menarik untuk berfoto, Dari sinilah, sambutan nettizen cukup positi dan mereka berkunjung ke Kalibiru. ‘Sejak di pegang Pak Moko Kalibiru makin ramai,” kata Parjan.” SEtiap hari libur atau hari minggu kami sampai kewalahan karena jumlah yang datang sampai ribuan,” ucap Parjan.

Salah satu yang menjadi keluhan para wisatawan adalah akses jalan menuju Kalibiru yang masih sempit. Parjan berharap Pemda bisa membantu pelebaran jalan hingga bisa digunakan untuk mobil yang berpapasan. Untuk mendukung pengembangan objek wisata tersebut, warga juga merelakan tanahnya untuk digunakan pelebaran jalan tanpa ganti rugi. “Warga sudah siap kerelaan dengan tanda tangan diatas materai,” kata Kamijan, dukuh Kalibiru menegaskan.(***)

.

.


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved