Editor's Choice Youngster Inc. StartUp

Donny Heru: Promotor Bisnis Pertunjukan Tingkat Regional

Donny Heru: Promotor Bisnis Pertunjukan Tingkat Regional

Donny Heru, promotor, pertunjukan, penyanyi, start up, Asia Life,

Donny Heru

Tiga tahun belakangan ini, penggemar musik di Tanah Air, benar-benar sedang dimanjakan oleh kehadiran konser musik dengan penyanyi kelas dunia seperti, Jason Mraz, Foster the People, Jessy J., Jason Mraz dan Christina Perry. Tak hanya menggoyang Jakarta, mereka juga meneruskan konsernya di Malaysia. Sebutlah, Kelly Minouqe, Jason Mraz, Merry J. Blide, penyanyi pujaan anak-anak muda ini baru saja menggelar konser di Malaysia. September mendatang, menyusul Icon Maroon 5 yang akan tampil di Kuala Lumpur.

Tahukah Anda, di balik sukses konser-konser tersebut, tak lepas dari sentuhan Donny Heru, CEO Asia Live, promotor muda dari Indonesia yang beroperasi di Indonesia dan Malaysia. Donny, namanya dikenal luas di mancanegara, terutama oleh para agen artis papan atas.

Mengawali karier sebagai pengacara, Donny saat ini mulai merintis jaringan promotornya di tingkat regional ASEAN. Hal ini dilakukan karena mantan pengacara ini sudah berpengalaman menangani perhelatan akbar di sejumlah perusahaan sebelum membangun bisnis sendiri yang sekarang ia pimpin.

Bahkan bujang berusia 36 tahun ini sejak kuliah sudah memiliki minat yang tinggi di bidang event organizer (EO) sehingga pernah magang di Artika Production, yang menjadi cikal bakal Majalah A+. Namun, ia tak langsung berkerja di dunia entertainment. Setelah meraih gelar Master Hukum di Curtine University of Technology Australia, ia bersama dua temannya mendirikan law firm, HTD & Associates (Heru, Tora dan Darmas). Berkantor di Jl. Bangka I Jakarta, yang sekarang menjadi kantor Asia Live. Hanya dua tahun ia bertahan menjadi pengacara.

Alasannya menarik. “Saya orangnya kasual, maunya tidak tampil resmi-resmi amat. Tapi lawyer di sini harus berdasi, pakai jas, kalau tidak, saya tidak dianggap,” tuturnya sambil tersenyum. Ia merasa jiwanya ternyata bukan di dunia hukum, meski ia menyukainya. Ia hanya merasa tidak nyaman, kalau harus berdandan layaknya pengacara di sini.

Maka, saat menjadi lawyer pun, Donny mendirikan bisnis EO, yaitu D Productions. Ia bekerja sama dengan Mata Seni yang merupakan perusahaan Seto dan Enno Sigit Soeharto. “Selama dua tahun itu saya menyelenggarakan acara Holiday on Ice (2005) dan Barney Musical Castle (2006), berbagai konser lokal keliling daerah dan event perusahaan,” tutur pria yang selalu berpenampilan plontos dan sederhana ini.

Setelah acara Barney itu, Donny memutuskan keluar dari HTD & Associates, dan memilih fokus di bisnis pertunjukan. Ia pun menggunakan simpanannya yang menurutnya tidak banyak untuk keliling Eropa, keliling negara-negara maju. “Dengan uang pas-pasan saya waktu itu membangun jejaring,” kata Donny, yang punya mimpi saat itu: ingin menyelenggarakan konser dan show berkelas internasional di Indonesia.

“Pulang dari Eropa saya bokek, sempat mikir, bengong, ngapain ya,” katanya mengenang. Ia pun melamar pekerjaan ke Grup Kamasutra yang pusatnya di Bali. Kamasutra punya dua bisnis utama: klub & resto (Bali), goodies & resto, bar (Jakarta) dan entertainment. “Saya ditarik oleh mereka untuk mengurus Kamasutra Entertainment yang mengurus bisnis live event mereka,” katanya. Baru 6 bulan di sana, Donny diminta membantu setting dan mengelola pemasaran, hingga operasional bisnis resto dan klub mereka. “Saya sebenarnya tidak tertarik di bidang ini, tapi saya tetap bekerja total,” katanya. Setelah dua tahun, ia mengundurkan diri karena lebih tertarik mengelola live event.

Donny lalu bergabung dengan Mahaka Entertainment. “Saya memegang posisi Direktur Pengembangan Bisnis,” tambahnya. Mulailah Donny mengurusi showbiz internasional di grup bisnis yang didirikan Erik Thohir itu. Seperti konser Pussy Cat Dolls (grup cewek seksi asal Amerika Serikat), konser Slash (mantan gitaris Gun & Roses) di Jakarta dan Surabaya, Imogen Heep (2010), Avrile Lavinge (2011). Juga, proyek konser lokal, seperti Tur 70 kota band lokal. Di antaranya: Sound Blash, Pro Mild (tur Gudang Garam). Selama dua tahun di Mahaka, ia sudah mengadakan konser dan event sebanyak 180 kali.

Akhirnya Donny merasa lelah karena banyak di luar kota. Hingga akhirnya ia berpikir sudah waktunya membuat bisnis pertunjukan sendiri karena jaringannya sudah luas. Apalagi saat bekerja di Kamasutra, ia sudah membentuk jejaring bisnis pertunjukan dengan beberapa perusahaan dari luar. Namanya Asia Live Entertainment Network yang kala itu bergabung antara Malaysia, Indonesia, Singapura, Filipina, Korea, India, Taiwan, Cina. Itu dideklarasikan di Bali tahun 2007. “Networking partnership ini diharapkan bisa menjadi crossing networking untuk mengadakan konser internasional di regional,” katanya.

Saat di Mahaka, Donny pun pernah menyodorkan konsep jaringan Asia ini tetapi tidak mendapat respons. Maka, setelah dua tahun bersama Mahaka, ia memutuskan hijrah dan mendirikan perusahaan sendiri. “Teman banyak yang dukung, walau saya tidak punya dukungan finansial,” ujarnya. Jadi teman-teman di 8 perusahaan dan 8 negara di jaringan Asia itu yang menyokong permodalan. “Yang paling mendukung, PR Worldwide,” imbuhnya. Perusahaan asal Malaysia inilah yang kemudian jadi mitranya mendirikan Asia Live. Teman lainnya seperti Ferry Wirjaatmadja, mantan Presdir JakTV, juga mendukungnya.

Akhirnya Donny mendirikan Asia Live Entertainment dengan mitranya dari Malaysia, yaitu PR Worldwide. Maka, Asia Live ini juga berkantor di Malaysia. Donny pun didapuk menjadi CEO di perusahaan ini dan rekannya dari Malaysia, sedangkan Paramanatan Rajagopal sebagai COO.

Meski sudah punya perusahaan sendiri, Mahaka masih kerap meminta Donny menjadi direktur proyek beberapa konser internasionalnya seperti: L’Arc en Ciel (2012), Olivia Newton John dan membawa LA Galaxy (klub sepak bola Amerika Serikat ke Indonesia). “Bukan di bawah Asia Live,” katanya. Mahaka masih percaya Donny mengerjakan konser internasional itu.

Donny berharap ke depan, Asia Live bisa berkembang jaringannya hingga ke negara-negara lain, bukan saja ke Malaysia. “Tahun depan kami siapkan jaringannya ke Singapura dan Filipina,” tutur pria yang hobi bermusik ini. Ia juga ingin Asia Live bukan sekadar bisnis promotor, tetapi one stop business: tiket konser online, merchandise, dan sebagainya terkait bisnis pertunjukan.

Reportase: Herning Banirestu/Riset: Sarah Ratna Herni


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved