Editor's Choice Entrepreneur

Dr. Deby Vinski, Ratu Anti-aging Dunia

Dr. Deby Vinski, Ratu Anti-aging Dunia

Dunia kedokteran di Indonesia berkembang pesat. Tidak terkecuali bagi ilmu-ilmu kedokteran yang belum begitu populer di Indonesia sendiri. Sebut saja ilmu kedokteran yang mempelajari proses penundaan usia tua atau yang lebih sering dikenal dengan Anti-aging. Padahal ilmu seperti ini sudah sangat populer dan menarik banyak peminat di negara-negara Barat.

Bahkan Indonesia patut berbangga. Di negara inilah terdapat tokoh ilmu kedokteran anti-aging internasional yang sudah diakui di berbagai penjuru dunia. Dia adalah Dr. Deby Vinski. Wanita kelahiran Makassar, 9 November 1967 ini merupakan petinggi di berbagai organisasi anti-penuaan dunia.

Terbaru, Dr.Deby baru saja dilantik sebagai presiden dari World Council of Preventive Medicine (WOCPM), yang terletak di Prancis. Ia juga menjabat sebagai Direktur Perfect Anti-Aging Clinic, President of Institute of Aesthetics & Anti-Aging Medicine (IAAM), dan Humas Indonesian Anti-Aging Society (PASTI/PERPASTI). Dan masih ada setumpuk tugas jabatannya di berbagai organisasi.

Wanita yang dulunya lebih banyak berkegiatan sebagai pengusaha ini, bahkan dikenal dunia sebagai seorang ratu anti-aging dunia. Menurut pengakuannya, sebutan itu ia dapat dari presiden World Society of Antiaging Medicine (WOSAAM) Thierry Hertoghe. “Jadinya, sampai sekarang digunakan oleh banyak orang deh sebutan itu,” ujar ibu dari Natasha Vinski ini.

Tak berlebihan jika julukan tersebut ia sandang. Karena dengan segudang prestasi keilmuan yang ia dapatkan, Dr. Deby memang selalu diingat oleh rekan-rekan profesinya dari seluruh dunia. Deby yang selalu berpenampilan menarik di usia nya yang sudah berkepala 4 ini, memang selalu berpenampilan berbeda dengan ciri khas warna pink yang melekat di tubuhnya. Mulai dari pakaian hingga aksesoris Deby selalu bernuansa pink. Persis seperi boneka Barbie.

Kemarin sore, Dr. Deby menyempatkan diri untuk di wawancarai di salah satu kliniknya di kawasan Gandaria, Jakarta Selatan. Dengan kehangatan dan keriangannya, Dr. Deby menerima tim peliputan dari SWA.

Sepanjang pertemuan, Dr. Deby selalu menunjukan keakraban yang luar biasa. Padahal reporter baru pertama kali bertemu dengan dirinya. Gaya bicara yang ceplas-ceplos, diiringi dengan candaan-candaan dan tawa riangnya, Dr. Deby membuka diri untuk melakukan tanya jawab dengan SWA.

Namun, sebelum wawancara dimulai, Dr. Deby kembali mengingatkan bahwa wawancara kali ini harus sesuai dengan bidangnya. Memang, pertama kali menghubungi beliau melalui surat elektronik, kami mengutarakan maksud dari wawancara ini adalah untuk peliputan mengenai sajian utama yang membahas tentang enterprenuership berbasis dokter kecantikan.

Dr. Deby menolak jika dirinya dikategorikan sebagai dokter kecantikan. Dirinya pun menolak jika klinik yang ia dirikan ini disebut sebagai klinik kecantikan. “Saya bukan dokter kecantikan ya. Klinik ini juga bukan klinik kencantikan. Harus tahu dulu, ilmu kedokteran-kecantikan berbeda dengan anti-aging. Saya tidak punya gelar dokter Sp.KK (spesialis kulit dan kelamin),” tegasnya.

Dia juga mengutarakan bahwa dirinya tidak ingin, jika nantinya di liputan SWA kali ini, dirinya dimuat berdampingan dengan dokter-dokter kecantikan yang lainnya. “Ini merupakan salah satu bentuk tanggung jawab saya sebagai presiden di organisasi anti-aging dunia. Saya juga berkewajiban untuk mengedukasi masyarakat bahwa dunia kecantikan dengan anti-aging berbeda. Selama ini masyarakat kita masih banyak yang salah paham mengenai hal ini. Jadi, saya tidak mau nantinya saya diposisikan sama sebagai dokter kecantikan. Dengan begitu, berarti saya tidak mengedukasi masyarakat Indonesia dong,” tambah Deby.

Namun, dirinya tetap membuka diri untuk ditanya-tanya seputar maksud dari wawancara dengan SWA, selama reporter tidak mengingkari keinginan-keinginan Dr. Deby tadi. Dan dirinya juga meminta agar nantinya penulisan tentang dirinya tetap memperhatikan permintaan dari dirinya tadi. Hal ini, bertujuan agar masyarakat Indonesia yang membaca SWA dapat mengetahui bahwa antara bidang kecantikan dan anti-aging berbeda.

Berikut adalah hasil wawancara Radito Wicaksono dengan Dr. Deby Vinski, di tengah-tengah waktunya bertugas melayani pasien pada hari itu.

Sejak kapan memulai mengembangkan diri ke bisnis?

Saya sebelumnya sudah praktek kedokteran sejak lama. Sejak tahun 1990-an saya adalah seorang dokter yang juga merangkap sebagai seorang pengusaha. Saat itu saya merupakan dokter umum. Saya tidak pernah praktek menjadi dokter kecantikan, kulit dan apa pun itu namanya. Karena saya tidak pernah mengambil spesialisasi kedokteran kulit dan kelamin.

Semua berawal ketika saya masih kuliah, nenek saya terserang penyakit stroke, hingga tiga kali. Sudah beberapa kali menjalankan pengobatan melalui berbagai dokter, tetapi kondisinya tidak kunjung membaik. Dengan kondisi seperti itu, saya merasa prihatin dan sedih. Memang benar, bahwa setiap orang pasti akan menjadi tua dan kemudian meninggal. Tapi, menjadi tua bukan berarti identik dengan sakit-sakitan.

Tetapi, apa yang dialami nenek saya bukan atas kesalahan dokter, tapi memang ilmunya masih seperti itu saat itu, tidak bisa membuat seseorang yang sudah sakit dan tua dimudakan kembali. Saya meyakini, menjadi tua masih mampu untuk tetap segar, bugar, dan bisa menikmati hidup akan menjadi lebih baik dalam hidupnya. Lantas saya termotivasi untuk mempelajari ilmu kedokteran anti-aging, suatu cabang ilmu kedokteran yang memang baru populer pada tahun 1985.

Setelah saya belajar anti-aging, saya mengetahui bahwa ternyata ada ilmu yang bisa membuat sel-sel tubuh muda kembali dan hormon tubuh diperbaiki lagi. Jadi, bukan lagi menggunakan paradigma lama yang terlebih dahlu menunggu sakit datang, baru diobati.

Semangat saya untuk mempelajari ilmu tersebut semakin terlecut ketika ayah saya mengalami hal serupa dengan yang dialami nenek saya. Saya merasa sangat sedih saat itu. Ketika itu kira-kira 9 tahun yang lalu. Saya semakin mendalami ilmu anti-aging tersebut, dengan tujuan supaya bisa membantu ayah saya untuk sembuh dari penyakitnya.

Pada tahun 1999, lantas saya mendirikan “Perfect Beauty Aesthetics and Anti-Aging Clinic”. Dan hingga kini saya masih termotivasi untuk menggali lebih dalam mengenai ilmu ini. Saya mempelajarinya hingga ke Paris, Prancis. Dan klinik tersebut berkembang hingga sekarang.

Setelah mempelajari ilmu tersebut dan membuka klinik, ayah saya terbebas dari penyakitnya. Bahka sekarang dia sudah seperti anak muda lagi. Bisa pergi kemana-kemana sendiri. Padahal dulu ketika terserang penyakti tersebut, ayah saya sampai lumpuh.

Apa saja keunggulan dan keistimewaan produk/layanan yang ditawarkannya? Berapa range harga produk dan layanannya? Saat ini ada berapa cabang? Ada berapa kliennya?

Sekali lagi ingin saya tekankan disini, bahwa saya bukan lah dokter kecantikan dan klinik ini bukan lah klinik kecantikan. Saya adalah dokter spesialis Anti-Aging dan klinik ini adalah klinik Anti-Aging.

Berbicara mengenai klinik kecantikan biasanya orang akan terarah pada persoalan faktor luar saja, penampilannya saja. Kalau anti-aging ini berbeda dengan perawatan kecantikan. Anti-aging ini memperbaharui sel-sel tubuh dan memperbaiki hormon-hormon yang ada di tubuh. Anti-aging ini bukan hanya seputar wajah atau kecantikan, melainkan juga meliputi seluruh kesehatan tubuh. Itulah bedanya dengan klinik kecantikan. Dan masyarakat kita belum banyak yang paham akan hal ini. Kesalahpahaman ini yang perlu disosialisasikan kembali kepada masayarakat.

Dengan “bagian dalam” tubuh menjadi baru lagi, atau minimal berfungsi seperti sedia kala, tentu bonusnya pasien akan menjadi terlihat lebih menarik penampilannya. Pasien-pasien saya merasa menjadi lebih cantik atau tampan. Percuma kalau dari luarnya dipoles tapi di dalamnya sakit-sakitan. Pasti tetap tidak akan terlihat cantik. Sebaliknya, kalau dari dalam sudah sehat, segar, dan bugar, pasti akan terlihat menjadi cantik.

Percaya atau tidak, pasien-pasien di sini merupakan pasien yang harus di “stop”. Dalam artian, setelah saya tangani mereka pasti akan merasa perlu untuk mempercantik tubuhnya dari bagian luar. Karena mereka menjadi semangat lagi. Dok, dok..saya mau dong di-mancungin hidung saya, diputihin lagi kulit saya, dikencangkan kulit saya, dan lain-lain. Mereka seperti itu karena mereka begitu bersemangat.

Saya sering menahan mereka untuk tidak terburu-buru untuk menuruti keinginan mereka. “Jangan dulu Ibu, itu nanti saja,”. Tetapi memang ada beberapa yang sudah tidak bisa ditahan. Karena rata-rata pasien saya merupakan pasien-pasien yang bergolongan A+. Mereka pada punya duit..he he he.

Untuk itu, di sini juga terdapat solusi pelayanan lain di luar anti-aging. Seperti bedah plastik (plastic surgery) dan Aesthetics. Semua ada dokternya masing-masing. Kalau saya hanya memegang anti-aging saja. Dan saya tidak pernah mengarahkan pasien saya untuk melakukan pelayanan yang lain.

Di sini saya membuka layanan tidak hanya untuk konsultasi dan pengobatan. Saya juga adakan threatment bagi pasien-pasien saya. Pasien-pasien saya harus happy terus. Mereka di sini bisa nyanyi-nyanyi. Makanya, dalam seminggu di klinik-klinik saya selalu ada pemain keyboard yang saya datangkan untuk menemani pasien-pasien saya nyanyi disni.

Sejauh ini saya sudah ada tiga klinik, di Permata Hijau, Gandaria, dan Casa Deby Vinski di Pondok Indah. Untuk jumlah pasien, saya tidak tahu persis berapa banyaknya. Pokoknya banyak deh..he he he. Untuk harga, saya tidak tahu. Di sini tugas saya hanya memberikan konsultasi dan pengobatan kepada pasien. Meski saya pemilik di sini, tapi untuk urusan-urusan seperti itu, termasuk manajemen sudah ada yang mengatur. Saya tidak mau mengurusi hal tersebut. Saya mau fokus kepada pasien-pasien. Yang pasti harga bervariasi lah. Tergantung jenis pengobatan dan lama waktunya.

Bagaimana mereka memasarkannya?

Saya tidak pernah memfokuskan diri untuk memasarkan klinik ini. Saya hanya ingin selalu memberikan pengetahuan tentang anti-aging. Saya ingin lebih mengedukasi masyarakat Indonesia mengenai apa itu anti-aging. Supaya orang yang salah kaprah antara anti-aging dan kecantikan bisa berkurang, syukur-syukur bisa tidak ada lagi yang salah paham mengenai hal tersebut.

Di waktu-waktu biasa, saya selalu berusaha membagi pengetahuan dan pengalaman saya mengenai anti-aging. Saya sering berbicara di berbagai diskusi-diskusi dan seminar-seminar. Saya juga sering mengadakan seminar mengenai anti-aging. Selain itu, belum lama ini saya menerbitkan sebuah buku mengenai anti-aging dan preventive medicine ini, judulnya “Perfect Beauty Anti-Aging: Be Younger, Sexier, Healthier, Happier”.

Siapa segmen yang dibidik?

Saya tidak membidik pasar-pasar tertentu. Saya bahkan tidak ingin menolak pasien yang datang. Karena saya pernah mengalami kejadian pahit yang tidak terlupakan sampai saat ini. Dulu ketika saya masih kuliah, saya pernah sakit dan ketika ingin berobat ternyata ditolak dokter. Alasannya dia sudah dijemput. Padahal tidak berapa lama saya lihat dia setelah itu masih bisa santai-santai sambil duduk dan menonton tv. Dari situ saya bersumpah tidak akan menjadi dokter seperit itu. Makanya, saya tidak akan pernah menolak pasien yang datang ke saya. Tapi memang untuk di klinik ini, rata-rata yang datang kesini adalah pasien-pasien A+.

Bagaimana mengelola manajemen kliniknya?

Untuk pengelolaan manajemen sudah ada yang mengurus. Saya hanya owner di sini, manajemen ada lagi sendiri. Saya selalu fokus untuk melayani pasien, memberikan konsultasi dan pengobatan.

Bagaimana mereka menyiasati persaingan?

Sampai sejauh ini, yang saya tahu hanya saya dokter spesialis anti-aging, dan satu-satunya klinik anti-aging yang ada. Memang ada beberapa klinik kecantikan yang menyatakan diri bahwa mereka bisa menangani proses anti-aging. Tapi sebenarnya tidak seperti itu.

Mereka hanya menangani dari luar nya saja. Anti-aging tidak seperti itu. Perlu ada pemeriksaan genetika, dan lain-lain. Di klinik kecantikan biasa tidak bisa seperti itu. Untuk hal tersebut, perlu belajar lagi secara khusus. Bukan hanya dengan kursus-kursus saja.

Jadi, saya lebih memperhatikan diri untuk tetap memberikan edukasi yang benar mengenai anti-aging ini kepada masyarakat di Indonesia. Bisa dengan cara berbicara di berbagai seminar maupun di buku yang baru saja diterbitkan.

Apakah Anda meramu produk sendiri? Adakah keinginan untuk membuat pabrikan?

Hormon-hormon yang disuntikan didatangkan dari lab di Paris. Semua dari sana. Tidak bisa sembarangan. Dan ada beberapa obat yang didatangkan dari luar negeri.

Apa saja strateginya hingga kliniknya menjadi besar seperti sekarang?

Cukup berikan pelayanan terbaik bagi pasien. Berikan kepercayaan kepada pasien-pasien. Dan saya harus terus banyak belajar mengengai ilmu anti-aging ini. Terlebih di sini saya merupakan dokter anti-aging pertama.

Apa saja rencana pengembangan ke depan?

Tentu saya akan terus mengembangkan pelayanan yang ada di sini. Teknologi akan semakin diperbaharui dan ditambah. Dan rencananya saya juga akan hadirkan klinik ini di kota lain selain Jakarta, seperti Bandung.

Bagaimana prospek bisnisnya ke depan?

Anti-aging merupakan ilmu yang masih langka di Indonesia. Masih sangat menantang untuk dipelajari dan masih terbuka peluang untuk melakukan penelitian-penelitian baru mengenai hal ini. Saya berharap banyak bermunculan dokter-dokter anti-aging lainnya di Indonesia.


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved