Editor's Choice Next Gen

Dua Kumala Menguak Jagat Properti

Dua Kumala Menguak Jagat Properti

Groundbreaking Ceremony Jade Residences dan Novotel Resort itu tak hanya menandai torehan jejak penuh makna mengakhiri tahun 2013. Bagi Jennifer Kumala dan Juliana Kumala, dua proyek properti di kaki Gunung Pancar, Sentul City, Bogor itu juga sebuah pertaruhan atas kiprah mereka di jagat properti. Di bawah payung PTJade Global Development, pembangunan Jade Residences dan Novotel Resort yang menelan investasi Rp 700 miliar ini diperkirakan selesai akhir 2015.

Juliana Kumala dan Jennifer Kumala

Juliana Kumala & Jennifer Kumala

Sebagai hunian eksklusif bernuansa resor, Jade Residences yang dibangun di atas lahan seluas 2,4 ha hanya dibangun terbatas: 16 unit dengan 6 tipe. Setiap unit berukuran 350-400 m2 dengan luas tanah 1.000-2.000 m2. Harga jual per unit diperkirakan Rp 9-20 miliar. Sementara Novotel Resort, hotel bintang empat itu, dibangun di atas lahan 2,6 ha dan direncanakan memiliki 206 kamar standar, 11 suite, empat vila standar dan satu president villa dengan fasilitas ballroom, wedding pavilion, meeting room, spa, restoran, kolam renang dan hot spring water pool.

Selain dua proyek prestisius di kawasan Sentul City itu, Jade Global Development juga tengah ancang-ancang melebarkan sayap ke Pulau Dewata. Di Bali, mereka akan membangun Hotel Marriott dengan 200 kamar dan 99 unit Marriott Residence yang dilengkapi 11 vila di atas lahan 4,2 ha. Proyek lainnya adalah hotel dan vila dengan klasifikasi bintang empat dan lima di atas lahan seluas hampir 5 ha di daerah Canggu, Bali.

“Untuk meyakinkan bank, kami harus membuat perencanaan bisnis yang komplet, jangan setengah-setengah, kami harus profesional,” ungkap Jen, sapaan akrab Jennifer, perihal pendanaan proyeknya. Kepercayaan bank juga didapat karena mereka berhasil menarik konsultan dan operator kelas dunia. “Itulah mengapa kami selalu memilih operator kelas internasional untuk meyakinkan bank. Plus, tanah yang memiliki sertifikat sebagai jaminan yang menarik.”

Menilik nama Kumala yang disandang kedua perempuan muda ini, tak salah memang kalau panggung bisnis Tanah Air akan menyorot pada sosok Haryadi Kumala dan Cahyadi Kumala. Pada paruh 1990-an, dua pengusaha ini dikenal sebagai pengusaha properti dengan bendera PT Kaestindo Group. Kaestindo merupakan salah satu anggota konsorsium Grup Bimantara yang membesut pengembangan kota baru seluas 30 ribu ha di Jonggol, Kabupaten Bogor. Dahulu, kota baru ini bernama Bukit Jonggol Asri. Selain itu, perusahaan ini juga tercatat sebagai pengembang berbagai proyek di pusat kota Jakarta, antara lain Golden Boutique Melawai, Golden Angkasa Kemayoran, properti multifungsi (mixed-use) Central 88, dan yang sekarang sedang dipasarkan Gayanti City di bilangan Gatot Subroto, Jakarta.

Kaestindo dibangun oleh ayah Jen dan Juliana, Kwee Haryadi Kumala (A Sie), dan pamannya, Cahyadi Kumala (Sui Teng). Jen dan Juliana kemudian me-rebranding Kaestindo dengan nama PT Jade Global Development. Mereka pun membangkitkan kembali pamor dan kejayaan imperium bisnis Kaestindo Group.

Diakui Jen yang belajar keuangan di Boston University, Amerika Serikat, ia tidak serta-merta masuk ke bisnis yang dibangun ayah dan pamannya. Selepas kuliah, selama dua tahun ia sempat bekerja sebagai Konsultan Penasihat Finansial Philips Securities, Singapura.

Juliana, yang lahir setahun setelah Jen, selepas kuliah di bidang manajemen bisnis dan kewirausahaan di Babson College, AS, sempat bekerja di PT Colliers International Indonesia di Jakarta sebagai Eksekutif Pemasaran (2008-2009). Namun, pada 2009 ia mendirikan bisnis sendiri yang hingga sekarang masih ia kendalikan. Ia mendirikan PT City Vision, perusahaan periklanan luar ruang, bersama teman-temannya. “Sejak kecil saya memang mengidolakan Papi sebagai wirausaha. Dan saya ingin punya bisnis sendiri suatu saat nanti, begitu mimpi saya waktu kecil,” tutur lajang yang menyukai desain ini.

Jen lebih awal bergabung dengan usaha yang dibangun ayahnya. Sang ayah memanggilnya pulang. “Saya merasa, bekerja dengan orang lain, rasa memilikinya kurang,” ungkap sulung dari empat bersaudara ini. Kebetulan pula, Haryadi baru setahun membuka Hotel Golden Boutique di Melawai, Blok M, Jakarta. “Saya diminta belajar di sini,” kata kelahiran 29 tahun lalu itu.

Sebagai pemilik representatif, Jen tidak mau terlalu ngebos. Bekerja mulai dari jam 9 pagi hingga 6 sore, ia bergaul dengan banyak lapisan karyawan. Memosisikan sebagai karyawan biasa, itulah yang membuatnya paham permasalahan yang terjadi di hotel tersebut. Seperti positioning hotel yang tidak tepat sebagai entertainment hotel karena adanya fasilitas KTV di dalam hotel itu. Mengembalikan hotel sebagai tempat menginap yang nyaman dengan benefit fasilitas hiburan yang bagus di dalamnya inilah yang kemudian dilakukan Jen. Langkah ini berbuah manis. Tingkat okupansi yang tadinya di bawah 80% menjadi hotel yang selalu penuh. Atas prestasi itu, Jen ditarik ke kantor pusat. Termasuk, menggiring Juliana masuk ke bisnis keluarga.

Menurut Jen, ayahnya sangat percaya bahwa mereka berdua mampu membesarkan bisnis yang dibangunnya. “Papi sangat logis, tapi beliau tetap memberikan masukan buat kami belajar. Sehari-hari sih Papi hanya menerima laporan progres dan update project yang kami kerjakan karena Papi sudah sibuk dengan pekerjaan beliau,” tutur Jen, yang bertindak selaku Direktur Pengelola PT Jade Global Development. Sementara Juliana menambahkan, ayahnya sebagai tempat belajar bagi mereka. “Papi banyak mengajarkan kami, sekarang pun kami sedang belajar,” tutur Juliana, selaku Direktur PT Jade Global Development

Diakui Jen, mereka belajar dari nol dengan membangun proyek properti baru. Mereka diberikan kewenangan dalam penunjukan konsultan, arsitek dan memilih tanah. “Bahkan, pemilihan operator untuk bisnis hotel yang akan kami ajak kerja sama, Papi serahkan pada kami.”

Mereka berdua pun kompak berbagi peran. Jen yang kuat di keuangan, bertugas mengontrol anggaran setiap proyek, sedangkan Juliana yang memiliki minat dan taste tinggi di bidang desain, artistik dan arsitektur, berpengaruh pada desain setiap proyek.

Menurut Jen, sebagai keluarga yang semua saudaranya perempuan, bisnis hospitalitas sangat cocok buat mereka kelak. “Prospeknya juga bagus,” ucapnya.

Herning Banirestu dan Henni T. Soelaeman


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved