Editor's Choice

Eka Anwar, Marketer Bisnis Telekomunikasi

Eka Anwar, Marketer Bisnis Telekomunikasi

Berpindah-pindah tempat kerja untuk mencoba tantangan-tantangan baru dijalani oleh Eka Anwar. Pengalamannya bergelut di industri telekomunikasi di awali dengan bergabung di Nokia, sekitar 10 tahun lalu setelah sebelumnya bergerak di industri FMCG. Saat ini, ia didapuk sebagai Direktur dan Chief Marketing Officer Bakrie Telecom. Setelah beberapa kali bekerja untuk perusahaan asing, kini ia bekerja untuk perusahaan lokal.

Apa yang sebetulnya yang Eka Anwar cari? Apa pencapaian terbesarnya sebagai seorang marketer? Di tengah-tengah malam penghargaan Indonesia Best Brand Award 2013, lulusan Oklahoma State University dan MBA dari City University of Seattle ini bercerita mengenai pengalamannya itu kepada Rifatul Mahmudah dari SWA Online. Berikut laporannya.

Eka Anwar

Bagaimana kisah perjalanan karier Anda?

Saya sudah hampir 10 tahun di industri ini. Saya pertama masuk sekitar 2004 di Nokia. Sebelumnya di Kraft sebagai Brand Manager, kemudian di Reckitt Benckiser, baru ke Telco di Nokia. Saya mengurusi marketing. Saya masuk waktu sub brand Nokia yang baru lahir waktu itu. Saya khusus menangani Nokia N Series. Saya di sana berpindah-pindah bagian tetapi masih di bagian marketing. Saya sekitar 5,5 tahun di sana kemudian ditarik ke Samsung.

Saya masuk Samsung tahun 2010 sebagai Head of Marketing untuk produk ponsel. Baru kemudian lahir Samsung Galaxy. Dulu masih era Samsung Corby. Saya yang pertama kali launching Samsung Galaxy Tab. Saya di Samsung sekitar 1,5 tahun saja. Juli 2010 sampai Desember 2011. Januari 2012, saya di BlackBerry sebagai Marketing Director sampai Maret 2013. Di Bakrie Telecom baru mulai April 2013. Jadi dulu saya di vendor, sekarang di operator untuk pertama kalinya. Saya kini Director and Chief Marketing Officer di PT Bakrie Telecom, Tbk.

Wah, Anda berpindah-pindah dari satu perusahaan ke perusahaan lainnya. Apa sebenarnya yang dicari?

Yang dicari sebenarnya macam-macam. Kebetulan ada tawaran dan saya ingin belajar. Mindset saya selalu device. Saya ingin tahu kalau menyebrang ke beda industri bagaimana. Nokia, Samsung, BlackBerry itu kan handset, tetapi kalau operator kan produknya sendiri adalah sim card. Sim card tidak bisa berdiri sendiri kalau tidak ada handset. Begitu juga sebaliknya. Keduanya yang menentukan konsumen. Tetapi, di sini mereka dijual terpisah. Akhirnya taktik operator adalah berusaha mem-bundling dan dibuat supaya satu tahun. Itu yang saya pelajari sekarang di operator, bagaimana meningkatkan usage, Average Revenue Per User (ARPU). Kami tahu profil konsumen karena termonitor. Bagaimana pemakaiannya, lebih ke data, value added service atau lainnya. Jadi strategi marketingnya disesuaikan, per segmen user. Jadi kami stimulate untuk menaikkan usage.

Sekarang orang pada pakai data. Telepon dan SMS-nya jadi underutilized, akhirnya mereka promo, pakai kartu 3-5GB per bulan gratis 1000 sms. Kenapa? Karena undercapacity. Itu bagian dari usaha operator untuk menstimulasi. Kalau handset lain cara menariknya.

IMG_2123Sejauh apa perbedaan antara marketing di handset dan operator?

In term of marketing, hampir sama. Dengan media sosial, marketing tradisional dan sebagainya tetapi yang beda produknya. Untuk handset, biasanya portofolionya kami bandingkan. Tetapi kalau simcard, namanya apa, targetnya kemana, dsb. Kami menciptakan produk dari situ.

Pencapaian apa selama karir Anda yang menurut Anda bisa disebut prestasi?

Yang saya banggakan adalah masuk Samsung. Market share Nokia ketika tahun 2010 adalah 65%, kedua Sony Erricsson 20%. Lainnya 15% dibagi berbagai merek. Samsung nomor empat. Market share hanya di bawah 10%. Waktu saya ditarik ke Samsung, Samsung masih tidak banyak yang menengok. Tantangan saya sangat besar.

Mereka menarik saya, ketika akan meluncurkan Galaxy Tab. Keluar Galaxy Tab 7 inchi. Waktu itu baru ipad 1. Saya ditantang karena dulu bisa launching communicator. Pada saat itu, yang sudah terkenal adalah iPad. iPad itu kan gede. Orang sudah banyak kenal dengan iPad. Kalau Tab 7 inch, sehingga saya buat iklan, ini Tab gede tetapi bisa dipegang di tangan lho.

Menurut saya, pencapaian yang paling terasa ketika saya bisa membuat kerumunan waktu launching SIII. Saya ditantang untuk bikin orang ngantri seperti orang ngantri produk iPad 2. Orang pada camping, menunggu sejak satu hari sebelumnya. Saya ditantang dan ternyata bisa kejadian. Semua berkat teknik marketing. Supaya orang datang, saya membuat strategi strata diskon. Orang Indonesia itu suka dengan diskon. Sekitar 5.000 orang pada datang dan banyak yang tidur di sana.

Kiatnya apa untuk mencapai itu?

Kita harus terus menggali. Apa yang dimau konsumen. Yang dicari konsumen selalu sesuatu yang gratis, murah, dan kalau ada diskon, mau diskon yang gede. Saya melihat juga restoran juga begitu. Yang mendrive pilihan adalah diskon. Mall juga suka membuat midnight sale, kan? Itu cara membuat mall ramai di malam hari. Dari situ, saya membuat diskon. Waktu launching, untuk hari itu saja, diskon Rp 500 ribu. Tetapi karena saya disuruh membuat orang menginap, saya beri diskon tambahan Rp 300 ribu untuk 300 orang pertama.

Ditariknya Anda oleh perusahaan-perusahaan bisa dikatakan sebagai bukti kemampuan Anda diakui, ini tentu menjadi kesuksesan tersendiri. Menurut Anda, apa yang menjadi kunci dari kesuksesan ini?

Kalau dari diri saya sendiri, open-minded. Belajar tidak hanya dari industri kita. Saya orang marketing banget. Selalu melihat konsumen. Harus tahu maunya konsumen itu apa. Jangan sampai kita menawarkan sesuatu yang tidak dibutuhkan. Contoh, jual sepatu ke suku Dayak yang tidak pernah pakai sepatu. Buatlah suatu kebutuhan sehingga konsumen akan bayar untuk beli karena dia butuh. Jadi saya sangat consumer minded.

Apa yang masih ingin Anda capai?

Saya belum pernah menyentuh sales. Suatu hari kalau jadi CEO, harus punya pengalaman itu. Porsinya 50% marketing dan 50% sales. Jadi saya ingin belajar itu. Tetapi tidak tahu juga nih, karena sudah ketuaan. Haha. Tetapi saya belajar juga ketika berhubungan dengan CEO. Saya belajar sedikit tetapi belum ada kesempatan untuk mengurusi itu. (EVA)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved