Editor's Choice

Emil Salim: Prinsip Green Company Harus Menyatu dalam Pola Manajemen Perusahaan

Emil Salim: Prinsip Green Company Harus Menyatu dalam Pola Manajemen Perusahaan

Perusahaan hijau atau green company memang sudah seharusnya menjadi tren pada masa ini. Mengingat sudah banyak kerusakan lingkungan yang terjadi akibat operasional perusahaan-perusahaan yang hanya mementingkan keuntungan bisnisnya saja, tanpa mau mempedulikan keberlangsungan lingkungan di sekitarnya. Maka itu, pada 29 Juli 2013 lalu, Majalah SWA bekerja sama dengan Yayasan Kehati memberikan penghargaan, dalam acara Indonesia Green Company Awards 2013, kepada perusahaan-perusahaan yang sudah termasuk baik dalam implementasi prinsip green company, yakni 3 P (People, Profit, dan Planet).

Prof. Dr. Emil Salim, SE, Ketua Dewan Penasihat Presiden dan Guru Besar FEUI Bidang Lingkungan Hidup, yang juga anggota Dewan Juri Indonesia Green Company Awards 2013, menyampaikan beberapa hal penting terkait acara penghargaan tersebut. Kata-kata sambutan dari Emil Salim tersebut oleh reporter Swa Online, Ria Pratiwi ditulis dalam bentuk tanya jawab, agar memudahkan pembaca dalam memahaminya.

Emil Salim (tegak)

Apa alasan di balik penyelenggaraan Indonesia Green Company Awards 2013 ini?

Penghargaan ini diberikan kepada dunia usaha dari inisiatif usaha (Majalah Swa) sendiri. Bisa dilihat dalam acara penghargaan ini tidak ada perwakilan pemerintah yang hadir, jadi hanya dari swasta dan untuk swasta sendiri. Dan ini penting, karena tantangan yang kita hadapi di masa depan akan semakin berat dan serius. Sekarang ini di Indonesia sudah ada 245 juta penduduk, dan ketika 100 tahun merdeka nanti, kita akan mempunyai penduduk sekitar 316 juta jiwa. Walaupun penduduk bertambah tapi Indonesia tidak bertambah luas, resources-nya juga tetap itu-itu saja. Sedangkan penduduk yang bertambah jumlahnya itu perlu ditingkatkan kesejahteraannya. Ini berarti pembangunan, resources management (pengolahan dan penggalian SDA) , harus dilakukan untuk memenuhi kebutuhan 316 juta jiwa dengan resources sama seperti yang dimiliki sekarang.

Di negara kita masih banyak yang miskin dan tertinggal, jadi bagaimana pembangunan itu, apakah tancap gas, misalnya dengan banyak mengeksplorasi tambang di Kalimantan, memperbanyak perkebunan kelapa sawit, mengekspor bahan mentah, dan sebagainya, ataukah ada cara yang lain. Nah, saya ingin mengajak untuk mencari cara lain pembangunan itu. Pembangunan yang sekarang sudah dilakukan cocok untuk saat ini saja, tapi mungkin tidak akan cocok untuk masa depan. Karena itu, cara memikirkan, melihat, dan melaksanakan pembangunan, harus berubah dalam menghadapi tantangan penduduk yang semakin besar, pada SDA yang tidak bertambah besar. Jadi harus ada perubahan dari resources exploration menjadi resources management.

Yang harus melakukan hal itu adalah swasta, bukan pemerintah, karena mereka sudah sibuk mengurusi pemerintahan, DPR, MPR, dan lain-lain. Biar swasta saja yang bekerja, karena swasta ini harus tahu bahwa dari dirinya diharapkan perubahan pembangunan. Maka penting sekali bahwa swasta sendiri yang memprakarsai perubahan pola pembangunan dengan Indonesia Green Company Awards ini.

Siapa saja perusahaan yang ikut serta dalam penjurian Indonesia Green Company Awards 2013 ini?

Perusahaan yang diajak serta dalam award ini salah satunya harus termasuk dalam daftar indeks SRI Kehati di pasar modal. Mereka adalah perusahaan yang asetnya di atas Rp1 triliun, bukan yang kecil-kecil. Mereka adalah perusahaan yang sehat keuangannya, bukan yang timbul tenggelam. Mereka tidak hanya punya orientasi pembangunan ekonomi dan pengembangan perusahaan yang baik, tetapi juga memperhatikan lingkungan, selain itu juga memperlakukan karyawannya dengan baik pula. Mereka juga berkomitmen pada pengembangan masyarakat yang baik, serta punya kepentingan sosial.

Perusahaan-perusahaan ini mempunyai tiga pola pemikiran yang dijalankan secara bersamaan, yaitu pola pemikiran ekonomi (profit), sosial (people), dan lingkungan (planet). Ini adalah three bottom lines yang harus dicapai oleh perusahaan-perusahaan yang ikut serta dalam (penjurian) Indonesia Green Company Awards ini. Dari peserta yang mendaftar, kemudian diseleksi; pada tahun lalu terpilih 28 perusahaan, dan tahun ini 36 perusahaan (yang menjadi finalis).

Apa yang menjadi dasar penilaian 36 perusahaan yang masuk seleksi awal tersebut?

Yang pertama-tama kita lihat adalah pada CEO atau Presiden Direktur (Presdir), serta top management-nya. Apakah mereka itu yang hanya bekerja “goyang-goyang kaki” di belakang meja saja, ataukah sudah berkomitmen penuh kepada lingkungan, sosial, dan pembangunan yang baik. Apakah pemimpin perusahaan-nya hanya show off ataukah dia benar-benar memenuhi tuntutan bagi perusahaannya dalam pengelolaan lingkungan di sekitarnya. Jadi dia (CEO/Presdir) bisa turut aktif menjalankan kebijakan lingkungan, sosial, dan ekonomi.

Lalu bagaimana komitmen dari CEO/Presdir itu turun ke para direksi, kepala-kepala bagian, bahkan ke para satpamnya. Apakah itu hanya sebatas komitmen di atas kertas atau terus dikejar sampai ke lapangan. Jadi dilihat juga bagaimana organisasinya berputar, apakah one man show atau team show. Bagaimana operasional usahanya harus seimbang antara kemajuan ekonomi (mengejar keuntungan), dengan tanggung jawab sosial (CSR), dan perbaikan lingkungan. Sehingga bukan hanya salah satu sisi saja yang maju, karena ketiganya sama-sama sangat penting. Dengan demikian kita harap bahwa akan lahir satu sustainable business group, yakni grup bisnis yang memperhatikan bisnis berkelanjutan.

Dari 36 perusahaan yang menjadi finalis tersebut, sudah terpilih 8 perusahaan yang memenangkan Indonesia Green Company Awards 2013. Bisa dijelaskan perusahaan-perusahaan yang menjadi peringkat kedelapan sampai kelima, dan apa alasannya mereka bisa menang?

Kita mulai dari perusahaan yang berada di peringkat kedelapan yaitu PT Indonesia Power UBP Perak Grati, yang merupakan anak usaha PT PLN. Yang menarik yakni mereka ingin mengurangi fuel mix BBM sampai 2% dan ingin membangun green power plant berbasis gas. Patokannya adalah BBM harus diubah menjadi gas, tidak semata-mata karena harga BBM yang naik. Mereka juga telah mendapatkan Proper Emas dari Kementerian Lingkungan Hidup (KLH). Selain mereka bergerak di lingkup kerjanya tersebut, masalah lingkungan pun tidak tertinggal, yaitu mereklamasi lahan yang sudah dipakainya menjadi hutan biodiversitas untuk menanam bibit-bibit tumbuhan yang langka di Indonesia.

Peringkat ketujuh adalah PT Gajah Tunggal Tbk. Menariknya mereka adalah karena mereka membuat ban mobil ramah lingkungan, yakni Champiro Eco, yang baru pertama kali diproduksi di Indonesia. Dibandingkan ban-ban lain, menurut klasifikasi pemeriksaan, maka dengan menggunakan ban ini akan cenderung lebih hemat bahan bakar hingga 11%, kebisingan lebih rendah, serta cengkeraman (gigi) ban itu lebih tahan licin. Ini juga sudah diuji standar Eropa dan bahan kimia yang dipakai tidak menimbulkan kanker kulit bagi manusia, atau berarti proses produksinya menggunakan bahan baku yang health friendly. Perusahaan ini sudah memenuhi standar Indonesia, AS, Eropa, Brazil, Belgia, dan Timur Tengah. Di samping itu pola manajemennya menggunakan 3 R, Reduce, Reuse, dan Recycle.

Peringkat keenam adalah perusahaan yang tahun lalu sudah ikut, kemudian tahun ini ikut lagi dengan perubahan yang lebih baik, yaitu PT Summarecon Agung Tbk. Mereka sudah menerapkan prinsip 3P dengan baik. Mereka menempuh suatu pola perumahan yang banyak menanam pohon, menggalakkan program biopori, dan mengharuskan para penghuninya memakai air PAM, bukan air dari sumur pantek. Dan mereka belajar dari luar negeri bahwa perusahaan untuk meraih keuntungan itu harus going green. Jadi going green itu bukan hanya sekadar lip service atau iklan saja, tapi dia juga bagian dari marketing skill-nya dalam merebut keuntungan. Mereka menginvestasikan atau mengalokasikan secara khusus untuk pengelolaan lingkungan, yakni dalam bentuk pengelolaan air yang sudah dibangun untuk 10 klaster, dan untuk tiap klaster itu digelontorkan milyaran rupiah. Jadi ini bukan nilai yang kecil, tapi besar. Lalu mereka juga punya fasilitas pengelolaan sampah Rp20 miliar yang dibangun pada lahan satu hektar.

Peringkat kelima adalah PT Holcim Indonesia Tbk. Program green di perusahaan ini sangat didominasi CEO-nya. Dia sendiri yang aktif memimpin pengelolaan lingkungan di perusahaan ini. Holcim menjadi founding member dari Indonesia Business Council for Sustainable Environment dan Green Building Council. Kemudian kalau perusahaan lain masih kita lihat ada asap-asap mengepul dari proses pembuatan semen, maka Holcim memakai Electricit Prespitator (EP) untuk menangkap serbuk-serbuk asap dan debu-debu semen agar tidak sampai keluar. Emisi CO2 dikendalikan dengan tujuan mengurangi carbon footprint, dan ada suatu proyek yakni menghancurkan bahan perusak ozon dalam produksi semen, kemudian mereka juga menerapkan efisiensi energi sampai memperoleh Certified Emission Reduction (CER). Dia juga membuat program Solusi Rumah untuk membantu masyarakat membangun rumah yang ramah lingkungan.

Emil Salim(utama)

Lalu bagaimana dengan peringkat keempat sampai ke peringkat pertama yang berarti mendapatkan nilai terbagus di penjurian yang lalu? Apa alasan dia bisa menang?

Peringkat keempat adalah PT Martina Berto Tbk. Apa yang dilakukan perusahaan ini sangat menarik yakni mereka menanam lebih dari 500 jenis tanaman obat, kosmetik, dan aromaterapi, di atas lahan seluas 10 hektar. Ini dibudidayakan secara organik dan tidak memakai pupuk yang merugikan. Rangkaian proses tanam, pengolahan, dan penjualan jamu siap minum dilangsungkan di Kampoeng Djamoe Organik (KaDO) di Cikarang, Bekasi. Lalu, sudah ada 117 kelompok tani dari seluruh Indonesia yang mendapatkan pelatihan di KaDO tersebut. Kampung ini menggunakan kincir angin dan panel surya untuk sumber energi, dan pabrik herbal senilai Rp130 miliar dibangun di kampung tersebut untuk memproses tanaman obat yang mereka tanam untuk dijadikan jamu.

Peringkat ketiga adalah PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BNI). Mereka ini mempunyai prinsip sebagai perusahaan berbentuk bank, tetapi cara nasabah untuk mendapatkan kredit atau pembiayaan dari BNI telah dilakukan beyond compliance. Jadi hal itu berlaku di atas yang berlaku lazim pada bank-bank lain. Pemberian kredit di BNI adalah plus x, dan x-nya itu adalah ramah lingkungan. Jadi ini built in dalam sistem perkreditan. BNI memasukkan perhitungan resiko atau mitigasi lingkungan sebagai wujud strategi dari sustainable banking business management. Lalu ada green lending, green funding, green mortgage, dan green CSR (misal berupa Boekit Hijau BNI). Bukit itu awalnya gersang, lalu mereka tanami dengan pohon jambu mete; jambu tersebut menarik kupu-kupu, yang kemudian menjadi kepompong, dan kepompong melahirkan aktivitas pembuatan kain sutra, dari sutra dijadikan pakaian jadi, sehingga akhirnya muncul yang namanya ecofashion.

Peringkat kedua adalah PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk, yang mana dalam perusahaan tersebut ada penyatuan antara kepedulian lingkungan dengan manajemen bisnisnya. Kita sudah tahu CEO Garuda Indonesia yang memang menunjukkan kepeduliannya terhadap lingkungan, tapi yang terpenting adalah dia mengeluarkan satu kebijakan lingkungan yang menjabarkan pelaksanaan empat pokok dari International Air Transportation (IAI) yg mencakup improve technology, penggunaan bio fuel, effective operations, dan efisiensi dalam infrastruktur. Sehingga semua ini bemuara dalam mengurangi CO, memungkinkan carbon trading, dan melahirkan carbon incentive. Garuda mengganti pesawatnya hanya dalam waktu 4 tahun 7 bulan, tidak sampai 5 tahun, karena pesawat yang baru bisa lebih hemat energi, rendah karbon, dan bersifat environmental friendly. Jadi mereka memang fokus pada efisiensi bahan bakar. Kemudian kalau Garuda terbang, air yang ditujukan untuk kebutuhan penumpang diisinya tidak penuh, hanya ¾-nya saja, untuk mengentengkan berat pesawat terbang, sehingga akan lebih sedikit bahan bakar yang diperlukan. Serta ada juga penempatan barang-barang di dalam pesawat secara efisien, sehingga ada keseimbangan pesawat, jadi ketika bermanuver akan hemat energi.

Dan yang menjadi peringkat pertama adalah PT Bio Farma (Persero). Selama ini yang kita kenal bahwa perusahaan BUMN masih inefisien, tapi perusahaan ini lain yaitu dia merupakan satu-satunya produsen vaksin dan antisera di Indonesia, dan sudah mendapatkan pengakuan dari dunia internasional. Tahun ini dia melakukan produksi vaksin Pentavalent, yang bisa untuk mengobati lima penyakit sekaligus, yakni difteri, artitis, tetanus, hepatitis A, dan hepatitis B. Vaksin ini sudah diterima tidak hanya di Indonesia tapi juga di dunia. Mereka juga efisien dalam bahan baku, berinovasi dalam fasilitas produksi, mempunyai clean room supaya produk tidak tercemar oleh kontaminasi dari luar, menghemat energi, air, dan listrik, kemudian menerapkan standar ISO 14001, serta mempunyai quality assurance yang sudah sesuai dengan standar internasional.

Jadi apa kesan dan pesannya untuk para pemenang Indonesia Green Company Awards 2013?

Mereka adalah delapan perusahaan yang kita anggap sudah menjalankan konsep-konsep green company. Masing-masing perusahaan mempunyai ciri khas; mereka melakukan tugas-tugasnya beyond the call of duty. Mereka menggunakan management skill untuk menerapkan efisiensi energi, kepedulian terhadap lingkungan, dan tanggung jawab sosial. Jadi prinsip 3P itu menyatu dalam pola manajemen perusahaan itu. Kalau semua perusahaan melakukan ini, maka Indonesia pasti akan dikenal sebagai negara di mana bisnis berkembang dengan tanggung jawab sosial, lingkungan, dan ekonomi. Prinsip 3P harusnya dilakukan oleh top management, sementara kalau hanya dilakukan oleh middle atau below management, tidak akan jalan prinsip tersebut. Ini juga harus dilakukan secara auto aktivitas swasta, atau usaha swasta sendiri tanpa insentif pemerintah. (EVA)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved