Editor's Choice Youngster Inc. StartUp

Fitinline, Jasa Menjahit Online Ala Fani

Fitinline, Jasa Menjahit Online Ala Fani

Istofani Api Diany

Istofani Api Diany

Di era digital saat ini, banyak usaha lawas yang bisa dimodifikasi menjadi bisnis beraroma teknologi, termasuk bisnis jahit pakaian. Hal itu dibuktikan oleh Istofani Api Diany yang membesut Fitinline, jasa menjahit online.

Di bawah komando Sarjana Komputer lulusan Universitas Indonesia dan MBA dari Institut Teknologi Bandung itu, menjahit pakaian tidak lagi dikerjakan hanya menggunakan mesin jahit, tetapi sekaligus menggunakan komputer dan Internet.

Caranya? Gampang saja. Konsumen yang ingin dijahitkan pakaiannya bisa mengirimkan bahannya melalui kurir. Sementara urusan ukur-mengukur postur tubuh dan memilih model baju dapat mengikuti panduan yang tersedia online di website-nya www.fitinline.com. “Kalau tidak bisa membuat ukuran bisa menyertakan contoh baju sesuai dengan ukuran yang diinginkan,” papar Istofani, yang melayani konsumennya di seantero Indonesia dari rumahnya di Perumahan Titibumi Residence, Sleman, Yogyakarta.

Istofani sengaja memilih bisnis jasa jahit tersebut, karena mantan Kepala Kantor Manajemen Proyek di Solusi 247 itu ingin menjalankan bisnis yang belum dijamah orang lain. Ditambah dia melihat peluang besar dari kemacetan di kota besar seperti Jakarta yang menyulitkan orang mendatangi tukang jahit langganan.

Berdasarkan keyakinan tersebut, Fani, sapaannya, lantas memberanikan diri pamit mundur dari tempat kerjanya tahun 2012, untuk mengibarkan bisnis jasa jahit online. Untuk melayani jasa jahit jarak jauh tersebut, Fani menyiapkan tenaga jahit khusus. Saat ini, ia memiliki 6 karyawan, empat sebagai tukang jahit dan selebihnya yang memotong pola. “Untuk desain pola sudah computerized, tapi untuk memotong masih manual karena kalau semua otomatis butuh investasi yang besar,” ujarnya.

Sebelum terjun ke bisnis tersebut, Fani sempat kursus menjahit di Jakarta. Ia rela merogoh kocek Rp 7 juta buat biaya kursus. Alasannya, sebelum terjun berbisnis sendiri, ia merasa harus paham luar-dalam dengan bisnis barunya itu. “Saya sengaja kursus jahit karena saya memang ingin serius menekuni usaha ini,” ungkapnya.

Selanjutnya, faktor kemudahan mencari tukang jahit menyebabkannya hijrah dari Jakarta ke Yogya. Kota Gudeg dirasakannya sudah memiliki infrastruktur TI yang memadai untuk mendukung bisnisnya.

Untuk memperkenalkan bisnis online-nya, Fani mengaku banyak berpromosi lewat jejaring sosial Facebook. Hanya saja, menggaet konsumen tidak semudah yang dibayangkan. Order pertama baru berhasil digenggamnya sebulan setelah bisnisnya berkibar.

Meski demikian, dia berprinsip: sekali layar terkembang, pantang surut kembali. Sebelum sukses ada di genggaman, pantang menyerah. Karena itulah, Fani terus mencari banyak cara untuk memopulerkan bisnisnya, termasuk rajin mengikuti berbagai kompetisi.

Hasilnya tak sia-sia. Seperti dalam ajang Wowenpreneur Competition yang diselenggarakan Fimela.com, Online Fashion dan Lifestyle Magazine bekerja sama dengan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, dari 900 peserta Fani sukses menyabet juara ketiga.

Kemenangan tersebut melapangkan jalan perempuan kelahiran tahun 1976 di Kebumen, Jawa Tengah itu. Liputan luas di media online dan cetak sontak diraihnya plus bantuan modal usaha. Selanjutnya ia juga mendapat kesempatan mengikuti Women Economic Forum APEC 2013 di Bali.

Setelah meraih kemenangan dalam kompetisi tersebut, kepercayaan konsumen semakin meningkat. Setiap bulan rata-rata dia mendapatkan minimum pesanan 45 baju. Adapun tarif yang dipasang minimum Rp 175 ribu per baju. Beda tipis dari tarif jasa jahit rumahan di berbagai tempat di Jakarta.

Sukses di bisnis jahit membuatnya merambah dunia yang lebih luas. Sejak Desember 2013, Fani turut mengembangkan jasa kursus jahit online. Caranya dengan membuat modul dalam bentuk video tutorial. Peserta kursus akan memperoleh videostreaming yang per videonya dihargai Rp 65-85 ribu. Fani mengaku, ia hendak fokus di bisnis kursus jahit online karena pasarnya yang dianggap lebih besar.

Nah, lagi-lagi, untuk mempromosikan bisnis jasa kursus jahitnya, Fani menempuh langkah serupa yang terbukti murah tetapi efektif, yakni dengan bertanding. Akhirnya Fani berhasil meraih juara kelima di ajang Jogja Pitching Competition 2013 kategori Digital Start-up yang diadakan oleh Grup Telkom di Jogja Digital Valley. Selain itu dia pun sukses mendapat wild card untuk menjadi finalis di Indigo Incubator Award 2014 yang diselenggarakan Telkom Indonesia.

Jika ajang ini berhasil dimenanginya, Fani akan meraih suntikan dana segar Telkom sebesar Rp 250 juta dengan kompensasi saham. “Saya berharap bisa menjadi juara,” ucap anak keempat dari lima bersaudara dari keluarga pengusaha genting di Kebumen ini, berharap.

Fani pun merasa bersyukur tiap hari jumlah pengunjung website-nya terus menanjak. Saat wawancara awal Maret 2014, jumlah pengunjung www.fittinline.com per harinya berada di angka 1.500 orang. Sementara jumlah anggota aktifnya kini telah mencapai 1.180 orang.

Gigin W. Utomo

Eddy Dwinanto Iskandar


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved