Editor's Choice Youngster Inc. Entrepreneur

Gadrie Food, Industri Rumahan Menerobos Hotel Bintang Lima

Gadrie Food, Industri Rumahan Menerobos Hotel Bintang Lima

Gadrie Food benar-benar merupakan industri roti rumahan. Proses produksinya dijalankan di sebuah rumah di Jl. Hud II/18, Rawa Belong, Sukabumi Utara, Kebon Jeruk, Jakarta Barat. Pengerjaannya dilakukan secara manual. Meski begitu, produk Gadrie Food digandrungi kalangan menengah-atas. Buktinya, roti merek Gadrie Food mampu menembus restoran, supermarket, dan hotel papan atas.

Syarief Baihaqi

Syarief Baihaqi, CEO Gadrie Food

Gadrie Food? Mungkin nama ini agak asing bagi pecinta roti. Popularitasnya kalah jauh dibanding raksasa Sari Roti. Namun jangan salah, untuk produk frozen food khas Timur Tengah, produk Gadrie Food juara di pasaran. Produknya sudah menyebar di berbagai supermarket kenamaan, seperti Hero, Giant, Hypermart, All Fresh, Food Hall, Kem Chick’s, Ranch Market, Farmer Market, Gelael, Grand Lucky, Rezeki Supermarket, Total Buah, dan banyak lagi. Juga masuk ke resto dan hotel berbintang. Sayang, nama hotel dan resto tidak boleh disebutkan, kecuali Hotel Four Seasons.

Cikal bakal Gadrie Food adalah usaha katering yang dikelola Syarifah Azizah tahun 2000-an. Hobi memasaknya ia curahkan dengan segenap hati untuk melestarikan masakan asal tanah kelahiran leluhurnya. Produk andalannya adalah nasi kebuli, roti jala dan roti maryam. Hidangan ini ia sajikan untuk hajatan besar seperti pesta pernikahan.

Beberapa tahun berjalan, Syarifah merasa kerepotan dalam menjalankan usaha kateringnya. Ia pun tidak sanggup lagi memenuhi permintaan pelanggan yang kian membludak. Akhirnya tahun 2005, Syarief Baihaqi ikut turun tangan. Putra bungsunya ini merombak total manajemen usaha mulai dari memperbarui kemasan, pengurusan surat izin usaha, pendaftaran hak paten, dan sertifikasi BPOM, serta aktivitas lain yang berhubungan dengan pemasaran. Syarifah pun lebih tenang mengurus produksi, karena kepemimpinan bisnisnya sudah dipegang sang anak.

Syarief Baihaqi (26 tahun) kini bertindak sebagai CEO Gadrie Food. Tanggung jawabnya mulai dari pengadaan bahan baku hingga penjualan. Sementara sang ayah, Syarief Buchari, berperan sebagai penasihat. “Artinya saya hanya ikut andil dalam memberikan pertimbangan yang tepat bagi kelangsungan produksi,” tutur Buchari. Kebetulan ia aktif di Kadin, sehingga bisa menunjang aktivitas bisnis Gadrie Food. “Sekarang yang menangani semua aktivitas bisnis adalah anak saya, Baihaqi,” tambah Buchari.

Syarief Baihaqi, suami Chairun Nisa dan ayah Syarief Dastan Ibraheem ini adalah sarjana lulusan Desain Komunikasi Visual Grafis dari Universitas Bina Nusantara, Jakarta. Maka tak anehlah, sentuhan tangannya menjamah bidang promosi dan pemasaran serta kemasan, sesuai dengan ilmu yang diperoleh di bangku kuliah.

Produk utama Gadrie Food adalah roti maryam. Kemasannya ada dua jenis: satu pak isi 8 potong atau satu karton terdiri dari 12 pak. Dan satu pak isi empat potong atau satu karton isi 24 pak. Ada dua varian roti maryam yang diproduksi, pertama, Maryam Gadrie, yaitu roti maryam yang terbuat dari tepung terigu dengan kadar protein kualitas tinggi, diolah dengan butter blend dengan kadar butter 99% hingga menghasilkan roti dengan ciri khas khusus. Roti maryam ini biasa disajikan untuk pengganti nasi atau roti saat sarapan atau bisa disajikan dengan toping manis seperti keju, susu, madu, sari korma, selai, meses, gula, dll. Atau disajikan asin dengan pelengkap seperti kare, gulai, salad dan mayonaise.

Kedua, Maryam Sylvana yang merupakan variasi dari Gadrie. Yang membedakannya hanya pada penggunaan butternya. Jenis ini terdiri dari tiga rasa, yaitu margarin (lemak nabati), butterfat (lemak susu), dan buttermilk(lowfat-unsalted-unhydrogenated) alias susu rendah lemak. Masing-masing memiliki isi yang sama yaitu satu pak isi satu potong, atau satu karton isi 50 pak.

Produk lainnya adalah roti Sambousa, yang merupakan camilan pendamping saat minum teh atau sedang santai. Dulu sempat ada 6 rasa, tetapi setelah dievaluasi berdasarkan tingkat penjualannya, akhirnya kembali menjadi tiga rasa: sapi, ayam, dan sayur. Untuk rasa sapi, digunakan knuckel cut, paha sapi tanpa lemak. Rasa ayam, bahannya 100% daging dada ayam, dan sayur menggunakan sayuran beku pilihan seperti bawang Bombay, jagung, kacang polong, buncis, dan wortel. Dalam satu pak terdapat lima potong atau satu karton 24 pak. Produk yang dihentikan adalah rasa keju, cokelat dan buah.

Syarief Baihaqi

~~

Harganya relatif lebih mahal jika dibanding roti “biasa”. Roti Maryam 8 potong dilepas seharga Rp 44 ribu, empat potong Rp 22 ribu. Roti Sambousa Rp 22 ribu, sedangkan bumbu kari Rp 33 ribu. Karena yang dibidik adalah pasar kelas menengah-atas, harga seperti itu bukan halangan bagi para konsumen untuk menikmati roti buatan Gadrie Food.

Karena produknya masuk ke supermarket, hotel dan resto berkelas, pengemasannya pun dibuat apik, lewat proses vakum (kedap udara), sehingga bisa tahan hingga setahun. Meski begitu, kedaluwarsanya tetap ditulis 6 bulan saja. Kemasannya sudah kualitas ekspor: tahan banting, tahan cuaca, dan tahan tekanan. Sehingga, ketika produk Gadrie Food diangkut lewat darat, laut atau udara, bisa tetap bagus sampai ke pemesan.

Gadrie Food leluasa masuk ke supermarket, hotel, dan resto berkelas karena praktis tidak memiliki pesaing. Kalau pun ada, pesaingnya berasal dari Malaysia (merek Qarts) atau Singapura (Spring Home). Sementara pemain lokal, kemasannya masih sederhana.

Baihaqi berharap, suatu saat nanti Gadrie Food bisa menerobos pasar Singapura dan Malaysia. “Permintaan khusus dari Singapura dan Malaysia sudah ada. Hanya untuk formalnya masuk ke pasar negara tetangga baru akan digarap di masa mendatang,” kata Baihaqi.

Investasi yang dibenamkan Rp 150 juta. Dengan tingkat keuntungan 25%, modal itu impas dalam tempo empat tahun. Kini, setiap hari Gadrie Food memproduksi 500 potong roti Maryam. Omsetnya berkisar Rp 40-60 juta per bulan.

Seorang pelanggan Gadrie Food, Ernawati, 35 tahun, Pegawai di Kementerian Pertanian, mengaku kerap memesan roti Maryam. Ia mengenal roti Maryam tahun lalu, ketika diselenggarakan bazar di kantornya. Semula Ernawati cuma mencoba-coba, ternyata rasanya enak. Akhirnya ia ketagihan, sehingga sering memesan dalam jumlah lumayan banyak. Selain untuk dimakan sendiri, juga untuk dibawa sebagai oleh-oleh jika berkunjung ke kerabatnya, atau ada saudaranya yang datang ke rumah.

Ernawati puas dengan kualitas produk roti Maryam Gadrie Food karena kemasannya yang bagus, sehingga higienitasnya terjamin.

Didin Abidin Masud & Gustyanita Pratiwi

Riset: Adinda Khalil


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved