Editor's Choice

Gebrakan Bank Mandiri dalam Mengelola Effectiveness Employee

Gebrakan Bank Mandiri dalam Mengelola Effectiveness Employee

Menjadi bank terbesar di Indonesia, tentu dalam memperhatikan employee effectiveness menjadi utama, agar setiap strategi bisnis bisa tercapai targetnya. Namun bukan hal mudah, terutama bagi Bank Mandiri, bank BUMN yang tentunya bukan hal aneh jika SDM-nya menjadi incaran bank lain. Terlebih pasar Indonesia ramai diserbu bank-bank asing dan tumbuhnya bank lokal yang luar biasa dalam 5 tahun terakhir.

Alex Denni, Senior VP Human Capital Strategy (HC) & Policy PT Bank Mandiri (Persero) Tbk, mengatakan, yang utama bagi pihaknya di human capital adalah mencari tahu sejak awal, orang datang ke Bank Mandiri, melamar menjadi karyawan Bank Mandiri itu untuk cari apa. “Kalau kita tidak tahu apa yang mereka cari dan inginkan, tentu sulit bagi HC men-deliver-nya,” tutur pria yang lama berkarier di Dunamis Organization Services ini.

Menurut Alex, apa yang mereka cari dengan apa yang pihaknya mau deliver, itu didifinisikan sebagai employee value preposition. Dari penggalian HC di Bank Mandiri selama dua tahun, dari survei mengapa orang mau bekerja di Bank Mandiri, ditemukanlah berbagai jawaban. Awalnya orang masuk Bank Mandiri memang sederhananya, ingin jadi bankir, kerja di bank identik dengan kemakmuran (prosperity).

Mandiri-Alex

“Lalu kami gali lagi, apa itu prosper? Ternyata prosper itu multidimensi, tidak bisa dapat uang banyak tapi hatinya sakit. Tidak bisa juga hatinya senang, tapi badannya sakit,” ujarnya.

Setelah dikerucutkan oleh HC Bank Mandiri, ternyata orang bekerja di sana, sebenarnya mencari happiness, healthy, dan wealthy. Ketiga hal ini menjadi keyword dalam prosper spirit di SDM Bank Mandiri. Pertanyaannya? “Kita happy, tapi kalau nasabah tidak, gimana? Kita healthy dan wealthy, tapi nasabah tidak, bagaimana. Padahal pada akhirnya yang akan bertransaksi adalah nasabah. Maka itu kami tidak bisa egois, ketiga hal itu juga harus dirasakan nasabah,” paparnya.

Ditarik lebih jauh lagi, nasabah tidak akan happy, healthy dan wealthy jika negara ini tidak baik ekonominya. Lebih jauh, prosper spirit itu kemudian diterjemahkan menjadi spirit memakmurkan negeri. Begitu bicara tentang negeri ini, berarti termasuk di dalamnya : kita sendiri, keluarga, teman, nasabah kita dan negara ini.

“Nah karyawan ini berperan, menjadi bagian dalam menciptakan ini,” tuturnya.

Untuk itu, tiap dua tahun Bank Mandiri melakukan survei, sudah seberapa happy, healthy dan wealthy sih karyawan bank ini. Tanpa menyebut pihak ketiganya, dengan menggunakan cloud based, Alex menyebut survei ini rutin dilakukan.

“Ada pertanyaan standar di dalam survei tersebut, namun setiap survei kami punya pertanyaan tambahan. Pertanyaan tambahan itu merupakan isu yang sedang berkembang di tahun tersebut di tengah karyawan,” jelasnya.

Juga dilakukan FGD untuk menemukan critical issues di karyawan. Berdasarkan hasil survei ini tiap tahun HC punya prioritas. Misalnya pada survei yang lalu salah satu skor terendah didapat adalah work life balanced.

“Seperti kita tahu selama ini kita tahu, orang Bank Mandiri itu berangkat kerja matahari belum muncul, pulang kerja tidak lihat matahari,” katanya sambil tertawa.

Dari isu tersebut, maka HC punya program baru tahun ini yaitu flexible time management. “Kami mulai trial tahun ini flexible time di tiga grup; central operation, credit operation dan salah satu cabang,” tuturnya. Jadi karyawan bisa memilih waktu memulai kerjanya, tapi ada core time. Karena pilot project sukses– selama 3 bulan dicoba—program lalu diteruskan ketiga grup itu, yang tadinya hanya beberapa department, menjadi lebih luas lagi. Tahun depan pihaknya sudah meluaskan lagi, sudah mengklasifikasi mana grup yang suitable untuk flexi time, mana yang partially, dan mana yang list suitable.

Berdasarkan itu dilakukan road map, yang suitable flexi time lalu dicek bagaimana readiness-nya. Tahun 2014-2015 roll outnya akan semakin banyak dari penerapan flexi time ini di Bank Mandiri.

Isu kedua adalah kalau bicara happy, ternyata salah satu faktor kritikal, bagaimana cara orang berkomunikasi. Dari survei ditemukan fakta, karyawan tidak bisa berkomunikasi secara terbuka terlebih dengan yang posisinya jauh lebih tinggi. Ada kultur orang sungkan dan takut. “Kalau ada direksi, sungkan. Ada grup head, sungkan bicara,” ujarnya.

Maka itu mulailah dilakukan perbaikan cara berkomunikasi antar level di Bank Mandiri mulai awal tahun ini. Intinya HC mencoba mencari informasi secara sistematis. Apa yang menjadi prioritas untuk dikembangkan setiap tahun. Lalu tiap tahun juga diprogramkan.

Bicara healthy, sebenarnya Bank Mandiri menyediakan banyak fasilitas dan benefit. Segala macam kegiatan olah raga, seperti Mandiri club, ada lapangan basket, futsal, dan lain lain. “Tapi dengan pengaturan waktu kerja sebelumnya, ternyata tidak ada waktunya untuk olah raga. Dengan flexi time itu diharapkan mereka punya waktu untuk itu,” imbuhnya.

Menurut Alex, efek dari penerapan flexi time itu luar biasa bukan saja hasil kuantitatif, SLE, produktivitas dan sebagainya. “Bahkan ada karyawan yang seorang ibu kirim report ke saya, bilang dia jadi bisa menyiapkan sarapan untuk keluarganya. Sarapan bareng itu sudah menjadi suatu hal yang membuat mereka happy,” katanya.

Ada yang menyampaikan sekarang waktu tempuh ke kantor hanya 45 menit, yang sebelumnya sampai lebih dari 2 jam, karena harus berbarenngan berangkat dengan kantor-kantor lain. Sebab sekarang mereka bisa berangkat lebih siang. Intinya, HC Bank Mandiri memaknai, manusia memiliki kebutuhan yang holistik, bukan saja body, tapi juga mind dan spiritnya.

Kebutuhan akan healthy mind, Bank Mandiri mendukungnya dengan Mandiri University. “Kami investasi luar biasa besarnya di Mandiri University,” katanya. Itu juga bagian dari HC strategy dan talent pool Bank Mandiri. Setelah dibuat kampus ternyata juga tidak banyak orang yang datang, tidak ada waktu dan kesempatan, lalu dibuatlah jalur elektroniknya juga seperti e-learning dan e-knowledge management.

“Kami punya social learning internal, namanya Mandiri Jump, ini semacam Twitter,” katanya. Sosial media tapi internal Bank Mandiri. Semua yang disampaikan oleh karyawan berusaha dikembangkan dan diterapkan di Bank Mandiri.

Di kompensasi dan benefit, menurut Alex juga penting diperhatikan untuk membuat karyawan engage. Ini menjadi salah satu hal penting yang menjadi isu di wealthyness. “Kami sudah punya strategi dengan besaran persentail tertentu,” ujarnya tanpa menyebut angka. Juga best pay-nya seperti apa, short term insentif dan long term insentifnya juga diperhatikan seperti apa. Terus diakselerasi oleh tim HC Bank Mandiri. Termasuk juga didalamnya memperhatikan retantion programnya seperti apa, karena pertarungan talent berada di sana.

Tahun lalu Bank Mandiri melakukan survei tentang benefit yang diberikan pada karyawannya. Ternyata meski banyak benefit yang diberikan karyawan tidak semuanya menikmati dengan maksimal. Karena berbagai kendala. “Cuti yang diberikan tidak bisa dinikmati maksimal, lebih dari 60 persen karyawan Bank Mandiri hanya menggunakan separuh dari hak cutinya,” ia mencontohkan. Benefit kacamata disediakan, tapi tidak semuanya memanfaatkannya. Artinya, tidak maksimal semua benefit yang ditawarkan ke karyawan oleh Bank Mandiri, untuk dimanfaatkan.

Maka itu tahun ini, pihaknya merancang flexi benefit. Mulai awal tahun 2014 karyawan Bank Mandiri mulai bisa memilih dan menentukan benefit yang dia mau ambil. Benefit yang tidak diambil bisa dikumpulkan menjadi poin, yang bisa dia ambil untuk “dibelanjakan” pada benefit yang lain. “Artinya memang memaksimalkan benefit yang ditawarkan perusahaan, agar digunakan sesuai dengan kebutuhan mereka,” katanya.

Contoh benefit kaca mata, yang tidak gunakan ini, bisa dikumpulkan poinnya untuk di-reimburse untuk ke fitnes. Bisa juga bagi yang sudah punya anak di-reimburse untuk bayar sekolah anak. Banyak pilihan yang nanti bisa dipilih karyawan. Sekitar kuartal dua tahun depan tepatnya flexi benefit ini akan berjalan.

“Cara HC bekerja seperti itu, kami mencari apa yang menjadi kebutuhan karyawan. Lalu kami kami buat prioritas, karena kami punya keterbatasan budget, barulah kemudian kami eksekusi satu per satu,” ujar Alex tanpa menyebut budgetnya. (***)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved