Editor's Choice Next Gen

Gebrakan Generasi ke-4 Jamu Jago

Gebrakan Generasi ke-4 Jamu Jago

Perusahaan keluarga jarang yang bisa bertahan lebih dari tiga generasi. Bisa saja di tangan generasi pertama perusahaan itu tumbuh pesat dan menjadi besar, tetapi kemudian meredup di generasi kedua. Berbeda dari perusahaan keluarga pada umumnya, PT Jamu Jago, produsen jamu yang berdiri sejak 1918, mulus melakukan regenerasi hingga generasi keempat.

Ivana Lucia

Ivana Lucia, Direktur Utama PT Jamu Jago

Hal itu ditandai dengan naiknya Ivana Lucia (30 tahun) ke kursi Direktur Utama PT Jamu Jago pada 2010, menggantikan posisi Jaya Suprana — yang tenar sebagai musisi dan pencetus kelirumologi serta pendiri Museum Rekor Indonesia (MURI). Di bawah komando Ivana, baru-baru ini Jamu Jago meluncurkan produk perawatan bayi Bebe Roosie. Ini merupakan minyak telon dalam bentuk krim yang dikemas dalam botol tube.

Ivana mengklaim Bebe Roosie merupakan minyak telon pertama di Indonsia, bahkan di dunia, yang dibuat dalam bentuk krim. Begitu diluncurkan, produk ini langsung menarik perhatian pasar. Permintaan akan produk telon krim ini terus meningkat. “Produk ini baru kami luncurkan tahun ini dan permintaan pasar sangat bagus,” tutur lulusan Teknik Kimia Universitas Parahyangan, Bandung, ini. Bahkan, produk ini mampu menembus pasar mancanegara, antara lain Jepang dan China.

Peluncuran produk baru seperti menjadi tradisi di setiap pergantian generasi di lingkungan Jamu Jago. Setiap ganti generasi selalu ditandai dengan kemunculan produk baru yang kemudian menjadi unggulan dan sangat laris di pasaran.

Tahun 2010 memang tercatat sebagai salah satu tahun regenerasi dalam sejarah perjalanan bisnis Jamu Jago. Yang pertama tahun 1936, ketika T.K. Suprana sebagai pendiri perusahaan jamu yang semula berpusat di Wonogiri, Jawa Tengah, menyerahkan tampuk kepemimpinan perusahaan kepada keempat anaknya, yaitu Anwar Suprana, Panji Suprana, Lambang Suprana dan Bambang Suprana

Regenerasi kedua kalinya terjadi pada 1978. Di sinilah para cucu atau generasi ketiga mulai berperan dalam menjalankan perusahaan. Mereka adalah Jaya Suprana, Sindu Anwar Suprana, Monika Suprana, Nugraha Suprana, Suryohadiwonoto dan Sena Karjadi.

Di tangan generasi ketiga ini, perkembangan Jamu Jago terbilang pesat. Generasi ketiga ini terbilang cukup kreatif. Selain sukses membangun pabrik baru seluas 3 hektare di Srondol, Semarang, mereka juga membuat MURI, mendirikan Pusat Litbang Jamu Jago yang kemudian menghasilkan aneka produk jamu yang sukses di pasaran. Produk jamu hasil kreasi generasi ketiga ini antara lain Buyung Upik, Basmingin, Purwoceng, Sayuri dan Esha.

Setelah menjalankan tugas tiga dasawarsa lebih, tahun 2010 para cucu meletakkan jabatan untuk diserahkan kepada generasi keempat. Selain Ivana, ada Arya Suprana (Direktur Degefarm), Vincen Suprana (Direktur Pemasaran Jamu Jago), Tatum Suprana, dan Andoyo Lim yang mengurusi keuangan perusahaan.

Ivana menghadapi tugas berat untuk mengibarkan bendera Jamu Jago lebih tinggi lagi di kancah bisnis nasional. Dan, itu tidak mudah mengingat saat ini ada tren penurunan konsumsi jamu, seiring denngan naik daunnya suplemen minuman energi. “Salah satu tugas yang diberikan kepada saya adalah tetap mempertahanan tradisi minum jamu di masyararakat,” tuturnya.

Untuk mengatasi penurunan tradisi minum jamu, para produsen jamu terus berlomba menciptakan produk yang bisa diterima masyarakat. “Intinya, kami harus kreatif dan inovatif untuk menghasilkan produk jamu yang bisa diterima masyarakat,” Ivana menegaskan.

Dan, inovasi itu diwujudkan dalam produk baru yang digandrungi pasar: Bebe Roosie. Menurut Ivana, peluncuran Bebe Rosie merupakan terobosan baru untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan minyak telon khusus bayi dalam bentuk berbeda. Selama ini, minyak telon berupa cairan yang dikemas dalam botol plastik atau kaca.

Ivana pun mengerahkan tim R&D untuk membuat produk minyak telon yang tampil beda dari yang ada di pasaran. Melalui berbagai uji coba, lahirlah minyak telon dalam bentuk krim. “Kami membutuhkan riset yang mendalam untuk menghasilkan telon krim,” ujarnya.

Telon krim memang menjadi pilihan, setelah melihat kelemahan minyak telon cair kemasan botol, yaitu mudah tumpah dan kemasannya bisa pecah. “Telon krim merupakan solusi dari banyaknya keluhan terhadap minyak telon cair yang mudah tumpah dan pecah kemasannya,” kata Ivana.

Saat ini ia juga telah menyiapkan beberapa produk untuk segera diluncurkan. “Tunggu saja pada saatnya nanti, kita akan terus meluncurkan produk baru,” ujar perempuan yang baru saja mengakhiri masa lajangnya ini.(*)

Didin Abidin Masud & Gigin W. Utomo (Yogyakarta)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved