Editor's Choice Entrepreneur

Hanan Supangkat, Generasi Keempat yang Mengembalikkan Kejayaan Rider

Hanan Supangkat, Generasi Keempat yang Mengembalikkan Kejayaan Rider

Hanan Supangkat mampu mendongkrak kinerja merek pakaian dalam Rider yang sempat terpuruk tajam. Penguasaan Rider di pasar pakaian dalam mencapai 40%. Saat ini, bisnis yang dibangun Phan Tjen Kong pada 1955 justru makin solid dan ekspansif di tangan generasi keempat. Hanan mampu membuat Rider kembali diperhitungkan di market pakaian dalam Tanah Air. Berikut wawancara Sigit A Nugroho dengan lelaki kelahiran 23 Desember 1981 ini:

Hanan Supangkat (utama)

Sejak kapan bergabung dengan PT Mulia Knitting Factory (MKF)?

Sudah 10 tahun bergabung dengan MKF. Itu karena saya disuruh kakek saya, H. Max Mulyadi Supangkat dan ayah saya, Henry Supangkat untuk bergabung. Perusahaan ini dibangun oleh Phan Tjen Kong. Saya generasi keempat.

Jadi, setelah saya menyelesaikan kuliah di Cal Poly Pomona (California State Polytechnic University), saya sempat magang di sebuah perusahaan di sana selama setengah tahun. Lalu begitu pulang, saya disuruh bergabung. Waktu itu usia saya 22 tahun. Saya menjadi manajer operasional.

Siapa lagi selain Anda di perusahaan ini? Saudara kandung, keponakan, ipar?

Kakak saya. Dia di keuangan. Ayah saya kebetulan anak satu-satunya. Karena itu, anak-anaknya diminta melanjutkan. Ada yang bilang generasi pertama membangun, kedua menikmati, dan generasi ketiga menghancurkan. Nyatanya, di bisnis kami tidak. Justru sekarang masuk ke generasi keempat.

Saya mau membawa perusahaan keluarga ini dikelola secara profesional. Tidak ada perbedaan apakah keluarga atau bukan. Saya terapkan pada diri sendiri. Sebenarnya, bisa saja saya berbuat sesuka hati karena saya generasi penerus bisnis. Kalau ditanya, posisinya apa? Saya bilang saja AO, Anak Owner. Ha..ha..ha… Itu kan berkuasa banget. Tapi saya tidak mau seperti itu. Di sini saya ya belajar dan bekerja dengan baik.

Apakah orang tua mengarahkan posis jabatan Anda?

Tidak ada ploting yang menekankan saya harus menempati posisi ini-itu.

Begitu bergabung, seperti apa kondisi perusahaan?

Tetap berjalan baik. Hanya, saya prihatin pada merek Rider. Ini pioner pakaian dalam di Indonesia. Dulu sempat menguasai pasar. Tapi ketika saya bergabung kondisinya sangat sulit. Kontribusi Rider sangat kecil terhadap revenue perusahaan. Kalah dari ekspor dan penjualan kain. Market share di bawah 10%. Padahal sebenarnya kualitas Rider ini sangat bagus. Cuma kurang digarap saja.

HananSupangkat (tegak)

Lantas, apa yang Anda lakukan?

Distribusi diperbaiki. Kami mendirikan distribution office di beberapa daerah seperti Surabaya, Semarang, Bali, Makassar, Palembang, Bangka, Medan, Bandung, dan Jakarta. Itu meng-cover di tiap-tiap daerah. Jaringan distribusi dari mulai hypermarket sampai toko kelontong. Kita juga membuat outlet sendiri, House of Rider. Di Jakarta ada di Blok M, ITC Mangga Dua, dan ITC Cempaka Mas. Selain itu, House of Rider juga hadir di Pekanbaru, Palembang, Surabaya, dan Jayapura.

Selain distribusi, kita juga lakukan inovasi produk. Sekarang sudah ada 100 lebih item produk dari mulai sport, active, hingga kids. Ini untuk menyasar pasar anak muda. Karena waktu saya masuk, Rider itu kesannya pakaian dalam untuk orang tua. Kualitas produk bagus, tapi desain tidak up to date. Kita ubah itu. Desain kita sesuaikan dengan selera anak muda. Tapi kita tetap pertahankan yang klasik juga; pasar untuk orang-orang tua.

Dari sisi marketing juga diperbaiki. Waktu awal-awal lebih banyak in-store promo. Baru tahun 2008 mulai aktif melakukan ATL. (Sebenarnya, dulu Rider merupakan pioner pakaian dalam yang pasang TVC.) Di media social kami juga aktif seperti Facebook, Twitter, Instagram dan sebagainya. Kami juga jual produk kami di beberapa online store ternama.

Beberapa gimmick kita berikan. Seperti pernah membuat acara Tukar Kolor. Kita tukar kolor bekas milik pelanggan dengan Rider. Kita juga pernah menggelar acara jalan sehat di Solo. Oh ya, sampai periode Desember 2013 Rider akan memberikan hadiah Kijang Inova bagi pelanggan yang beruntung. Saya rasa belum ada merek pakaian dalam yang berani memberikan hadiah mobil.

Dari sisi tim bagaimana?

Saya memperkuat tim. Saya percaya tim yang solid akan mudah untuk diajak fight. Dulu tidak ada training. Di era saya ada training berkala. Bahkan outing juga dulu tidak ada. Nah, hal-hal tersebut mampu memperkuat tim. Itu contoh kecil saja.

Apakah Anda juga fight?

Saya tidak mau main-main. Saya di Rider ini bisa jadi apa saja. Bahkan bisa jadi sales. Saya baru tahu bagaimana rasanya diomelin pelanggan. Ha..ha..ha. Itu tidak ada dibangku kuliah. Wajar saya kaget, waktu itu masih muda. Lulusan Teknik Industri disuruh jualan. Tapi ya begitulah tantangannya.

Saya berinisiatif sendiri untuk keliling kota tiap minggu. Itu karena keseriusan saya untuk mengembalikan kejayaan merek Rider.

Bagaimana respons orang tua ketika Anda minta untuk menangani Rider?

Tidak ada rintangan berarti dari orang tua. Mereka setuju dan mendukung. Karena itu saya harus tunjukkan bahwa saya mampu dan tidak akan mengecewakan mereka.

Apa wisdom yang ditularkan para tetua Anda?

Kalau kakek berpesan agar memperlakukan teman-teman di perusahaan secara kekeluargaan. Kalau ayah menyarankan agar tidak terburu-buru ekspansi. Harus tahap demi tahap, melewati tangga. Jangan langsung melompat. Ya saya ikuti mereka karena memang begitu yang bagus.

Lantas seperti apa hasilnya?

Saat ini saya berani bilang market share Rider antara 35-40%. Jadi dalam waktu 10 tahun saya bisa meningkatkan market share dari di bawah 10% menjadi seperti sekarang. Saya tidak mau katakan Rider adalah market leader.

Saat ini posisi Anda di MKF sebagai apa?

Di kartu nama memang COO (Chief Operating Officer). Tapi sebenarnya sih AO. Ha..ha..ha. Saya sudah handle semua. Di PT Rider Indonesia dan juga di pabrik MKF.

Kakek dan Ayah Anda?

Beliau meninggal tahun 2010. Kalau ayah saya aktif di perusahaan lain yang bergerak di spinning. Nama perusahaannya PT Mulia Spindo Mills. (***)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved