Editor's Choice

Imanudin Membawa Moci dan Cilok Naik Kelas

Imanudin Membawa Moci dan Cilok Naik Kelas

Setelah lulus sebagai Sarjana Desain Grafis dari Universitas Telkom Bandung, tahun 2008, Imanudin kemudian bekerja sebagai desainer grafis di beberapa perusahaan. Tetapi selama bekerja, dia merasa kurang puas dengan penghasilannya sebagai karyawan. Ia lalu memutuskan berhenti dari pekerjaan dan mencoba berwirausaha. Iman—sapaan akrabnya—kemudian membuat makanan tradisional khas Bandung yakni kue moci dan cilok tampil dalam varian rasa yang unik dan modern dengan bendera Mochilok.

mochilok bandung+

Jajan moci dan cilok di kedai Mochilok—demikian nama usahanya—kini menjadi sebuah tren yang berkelas bagi masyarakat Bandung. Iman memulainya dari teras rumah, kini sudah menjelma menjadi kedai dengan omset mencapai Rp 100 juta per bulan. Berikut ini penuturan kisah inspirasi bisnis Iman kepada SWA Online.

Bagaimana awalnya bisa mendapat ide berbisnis makanan moci dan cilok ?

Ceritanya tahun 2012 bulan Januari, saya punya ide ingin usaha dari makanan yang sudah ada tetapi dibikin versi inovasi barunya. Nah, apa sih makanan yang dari dulu smapai sekarang masih banyak penggemarnya, maka terpililah si moci dan cilok ini. Jadi kakak saya dulu sempat bikin cilok tapi yang versi tradisionalnya, cilok bumbu kacang. Saya coba ternyata rasanya enak, layak buat dijual tetapi dari situ saya berpikir kalau jualan cilok yang seperti itu apa bedanya dengan pedagang cilok keliling yang sudah sangat ramai di mana-mana.

Bagaimana caranya supaya saya jualan cilok tetapi naik kelas. Jadi orang makan cilok jadi gaya. Saya kemudian coba-coba ciloknya dibakar kemudian dikasih bumbu kacang pedas, ternyata enak. Tetapi setelah dapat satu menu saya masih merasa kurang, kira-kira apalagi yang bisa saya eksplorasi. Saya lihat kalau martabak itu kan ada dua versi yang gurih dan yang manis, saya kemudian berpikir bagaimana kalau moci yang versi manisnya. Saya kemudian mulai bikin sejak awal Januari 2012 itu saya coba tetapi gagal terus selama hampir 6 bulan.

Berapa besar modal awal yang digunakan untuk memulai bisnis ini?

Modal awal Rp 5 juta, saya beli sebuah freezer, beli kompor gas, bahan-bahan dan meja serta kursi plastik yang murah.

Di mana pertama kali memulai berdagang Mochilok ini?

Saya memulai jualannya di teras rumah kakak, kan saya numpang tinggal di rumahnya. Rumahnya padahal bukan di pinggir jalan, masuk gang, tetapi di situ adalah kawasan kos-kosan mahasiswa, jadi ramai. Alhamdulillah, banyak yang suka, pembeli makin banyak, gangnya jadi macet saya sampai sempat dikomplain sama warga karena dagangan yang ramai pengunjung itu membuat jalan gang jadi macet. Sekarang sudah jadi kedai Mochilok.

Sekarang berapa produksinya per hari?

Produksi moci 3.000 buah per hari, ciloknya juga 3.000 buah per hari. Kalau weekend atau hari libur bisa dua kali lipat.

Berapa omsetnya per bulan?

Omsetnya sudah rata-rata Rp 100 juta per bulan

Menunya sudah berapa varian?

Awalnya moci itu itu hanya dua varian cokelat dan stroberi sekarang sudah 8 varian. Kemudian ciloknya awalnya hanya bumbu kacang dan barbeque, lalu berkembang jadi 6 varian.

Bagaimana cara menemukan variannya itu?

Saya coba-coba racik sana sini, pokoknya dicoba-coba.

Sudah berapa karyawannya?

Sekarang sudah 20 orang karyawan dari semula hanya berdua yakni saya dan kakak saya dibantu satu orang karyawan.

Rencana ke depan apa lagi yang akan dilakukan untuk Mochilok ini?

Yang paling dekat kami sedang berecana membuat konsep franchise, jadi kami sedang menyusun SOP-nya yang detail sehingga nantinya kualitas tetap terjaga. (EVA)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved