Editor's Choice Entrepreneur

Junius Rahardjo, Bawa Herbal Asli Indonesia Mendunia

Junius Rahardjo, Bawa Herbal Asli Indonesia Mendunia

Bicara soal jamu dan ekstrak herbal secara keseluruhan, Indonesia ternyata masih kalah dengan India, China, dan Brasil, yang berada di urutan tiga besar negara pengekspor herbal terbesar di dunia. Indonesia sendiri, menurut CEO PT Tri Rahardja (Javaplant), Junius Rahardjo, berada di urutan 6-7. Sungguh miris melihat Indonesia memiliki keragamaan jenis tanaman herbal yang tinggi.

Dari data Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Kesehatan, Indonesia memiliki 11 balai penelitian khusus tanaman obat. Balai penelitian yang didirikan, lanjut Tjandra, memiliki lima kegiatan ilmiah. Hingga saat ini, pemerintah telah mendeteksi adanya 850 jenis tanaman obat yang sebagian sudah rampung diteliti.

Yang unik, minat masyarakat Indonesia sendiri untuk mengonsumsi ekstrak herbal masih rendah. Itulah kenapa Javaplant lebih banyak melepas produknya keluar negeri. Namun, menembus pasar dunia tidak semudah membalikkan piring di atas meja mengingat India, China, dan Brasil sudah lebih dulu kesohor dengan produk serupa.

“Itulah kenapa Javaplant melakukan identifikasi ekstrak herbal apa saja yang asli Indonesia yang bisa dipasarkan keluar negeri. Jadi, benar-benar memiliki ciri khas negeri ini. Kami harus membawa sesuatu yang beda, ekstrak asli Indonesia yang tidak bisa didapatkan dari negara lain,” katanya.

CEO PT Tri Rahardja (Javaplant), Junius Rahardjo

CEO PT Tri Rahardja (Javaplant), Junius Rahardjo

Permintaan tertinggi masih dipegang ekstrak Temulawak yang memang hanya tumbuh subur di Indonesia. Di negeri tetangga, Malaysia, ada namun baru skala kecil. Di Jepang, pun masih dalam tahap penelitian.

Permintaan ekstrak Tongkat Ali, yang berkhasiat meningkatkan gairah dan stamina pria dewasa, berada di posisi kedua. Khusus Temulawak, memiliki segudang manfaat, mulai dari kecantikan, makanan dan minuman kesehatan, dan lainnya. Javaplant juga memiliki keahlian membuat ekstrak kayu manis (cinnamon)

“Kami mudah mendapat bahan baku Temulawak karena tumbuh di sepanjang Pulau Jawa. Kami bekerjasama dengan para petani serta pengepul besar dan kecil dengan harga on the spot. Kami tidak ahli di perkebunan. Sementara, suplai Tongkat Ali berasal dari Kalimantan dan Cinnamon dari Kerinci, Jambi,” ujarnya.

Ke depan, Javaplant berencana mengembangkan ekstrak Purwoceng yang berasal dari Wonosobo dan memiliki khasiat mirip dengan Tongkat Ali, yakni meningkatkan gairah dan stamina pria dewasa. Pasalnya, herbal jenis ini sangat digemari masyarakat lokal maupun internasional. Jenis tersebut bahkan masuk dalam daftar konsumsi untuk gaya hidup pria dewasa.

“Beda dengan healthy lifestyle, misalnya herbal untuk mencegah tekanan darah tinggi, kolesterol, yang tidak mendesak penggunaannya. Customer-nya beli nanti-nanti. Kalau sexy lifestyle, untuk kebutuhan sekarang. Kita harus paham, itu yang terjadi di lapangan. Makanya kami fokus kesana. Kami fokus promosi ke pasar Amerika dan Jepang,” kata Junius.

Menurut dia, pengembangan Purwoceng juga untuk mengharumkan nama Indonesia karena tanaman tersebut tidak ada di negara-negara lain. Korea sudah terkenal dengan ginseng dengan khasiat serupa. Malaysia pun kesohor dengan Tongkat Ali. Kemudian, Maroko memiliki Maca.

“Indonesia punya apa? Temulawak juga belum begitu populer. Sebenarnya, Purwoceng juga belum. Indonesia punya beragam herbal seperti binahong, jahe, kunyit, tapak liman, sarang semut, dan lain-lain. Tapi, tidak ada satupun yang menonjol. Tak ada perusahaan yang fokus pada satu tanaman. Nah, Javaplant ingin mengorbitkan Purwoceng,” katanya. (Reportase: Aulia Dhetira)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved