Profile Company Editor's Choice Corporate Action

Jurus Blue Ocean Ninoy Besarkan Bima Multi Finance

Jurus Blue Ocean Ninoy Besarkan Bima Multi Finance

Jika dibanding beberapa perusahaan pembiayaan kendaraan bermotor lain, nama Bima Multi Finance (BMF) mungkin belum terlalu sering terdengar. Namun sesungguhnya, perusahaan ini sudah memiliki tempat tersendiri di hati para pelanggannya di daerah Jawa Tengah, Jawa Timur, dan sekitarnya.

Lihat saja kinerjaBMF yang meningkat signifikan empat tahun terakhir. Pada awal 2011, target penjualan BMF Rp 1 triliun, tetapi realisasinya berhasil mencapai Rp 1,40 triliun. Demikian juga di 2012, target penjualannya Rp 1,7 triliun, tetapi sejak awal November, target itu sudah berhasil terpenuhi.

Ninoy Tandra Matheus

Ninoy Tandra Matheus

Salah satu strategi bisnis yang diusung BMF adalah selalu berusaha mengenal nasabah dari dekat. “Kami biasa datang melayani langsung nasabah ke rumah mereka,” ujarnya. Maka, jika dibanding lembaga pembiayaan lain, suku bunga yang diberikan BMF kepada nasabahnya relatif lebih tinggi. “Tapi, karena kami memberikan pelayanan sesuai dengan apa yang dibutuhkan nasabah, maka nasabah kami terus bertambah,” kata Ninoy. “Ibaratnya, kalau disamakan dengan pelayanan pesawat terbang, kami ini memberikan pelayanan first class. Harga sesuai dengan pelayanan yang kami berikan,” lanjutnya menjelaskan.

Selain itu, BMF hanya menggarap pasar di daerah dengan lebih fokus pada pembiayaan motor dan mobil bekas. Itu kelebihannya. “Dari awal, kami berusaha fokus: hanya menyasar pasar multifinance di kota atau daerah selain di Jakarta. Bagi kami, sudah tidak ada ruang lagi di Jakarta untuk mengembangkan lembaga pembiayaan,” ungkapnya. Apalagi BMF banyak berkonsentrasi menggarap pembiayaan kendaraan bekas. “Yang bekas ini justru cukup menguntungkan. Margin yang dihasilkan cukup besar. Berbeda dari kendaraan baru yang marginnya relatif kecil,” ia menandaskan.

Ninoy mengibaratkan, kota besar seperti Jakarta, bisa dibilang red ocean. Terlalu banyak pemain di industri ini yang jauh lebih besar ketimbang BMF. Berbeda dengan di daerah, termasuk Semarang – yang menjadi pusat bisnisnya – Ninoy melihat daerah ini merupakan blue ocean karena masih banyak peluang yang bisa digarap.

Perusahaan yang secara resmi berdiri 8 Agustus 2006 ini, sekarang sudah memiliki 220 cabang atau yang disebut Kantor Unit Pelayanan (KUP). BMF tersebar hampir di seluruh wilayah Indonesia, jumlah karyawannya mencapai tak kurang dari 3.100 orang. Jaringan BMF kebanyakan berada di Ja-Bar, Ja-Teng, Ja-Tim, Lampung, Jambi, Riau, Nusa Tenggara Barat, Sulawesi Selatan, Sul-Ut, Sul-Teng, Sumatera Barat, Sum-Sel, Kalimantan Selatan, Bangka Belitung, Serang, Yogyakarta, dan Jakarta.

Di tahun 2013, BMF berencana menambah lima KUP di Ja-Teng karena daerah ini masih memiliki potensi cukup besar. Selain terus menambah jaringan, kehati-hatian dalam bisnis pun perlu dijaga. Jangan sampai terlalu berambisi untuk mengembangkan bisnis tetapi tidak sesuai dengan pertumbuhan yang ditargetkan. “Kami tidak ingin terlalu bernafsu. Prinsip kami, kalau satu cabang sudah mampu membiayai 1.000 unit motor, berarti cabang tersebut harus di-split. Tidak boleh terlalu berlebih,” kata Ninoy meyakinkan.

Dede Suryadi dan Radito Wicaksono


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved