Editor's Choice

Jurus Guntur S. Siboro Pulihkan Bisnis Aora TV Satelit

Jurus Guntur S. Siboro Pulihkan Bisnis Aora TV Satelit

Nama Aora TV Satelit sempat melejit saat tv berbayar ini berhasil mendapat hak siar kompetisi sepakbola Liga Inggris di tahun 2008-2009. Jumlah pelanggannya naik pesat. Ketika hak siar Liga Inggris dilepas pada Agustus 2009, pelanggan berbondong-bondong meninggalkan tv ini.

Guntur S. Siboro, Direktur Utama Aora TV Satelit (foto by: Lila Intana)

Awal tahun 2010, masa depan Aora TV sempat dalam keraguan usai dirumahkannya sekitar 90% karyawannya dan banyaknya pelanggan yang menghentikan langganannya. TV ini bahkan sempat berhenti beroperasi.

Pada Desember 2010, pemegang saham baru masuk. Kemudian ditunjuklah Direktur Utama baru yakni Guntur S. Siboro. Kepemimpinan pria yang punya pengalaman puluhan tahun di industri telco ini terbukti sukses mengembalikan bisnis Aora TV.

Saat ini jumlah pelanggannya bahkan lebih dari 200 ribu. Pertumbuhan pelanggan dari 2011 ke 2012 lebih dari 100%. Tahun 2013 ini target pertumbuhan jumlah pelanggan dipatok 50%. Jaringan tv ini juga sudah ada di 80 kota di seluruh Indonesia. Apa saja yang sudah dan akan dilakukan Guntur S. Siboro untuk Aora TV Satelit? Berikut petikan wawancara SWA Online dengan Direktur Utama Aora TV Satelit.

Tahun 2010 awal Aora TV Satelit sempat diguncang masalah dan berhenti siaran. Kemudian pada akhir 2010 mengudara kembali. Apa saja yang Anda benahi di era baru Aora TV Satelit ini?

Di akhir 2010 pemegang saham baru masuk. Saya langsung ditunjuk untuk memimpin tv ini. Yang pertama kali saya lakukan adalah mereposisi. Kalau dulu segmennya olahraga, sekarang jadi hiburan keluarga. Mereposisi itu tidak mudah, karena mengubah konten dan lain-lain.

Aora TV sempat mengalami lonjakan pelanggan saat mendapat hak siar Liga Inggris. Apa tidak berminat lagi membeli hak siar Liga Inggris?

Ya memang kami dulu terkenal karena program Liga Inggrisnya, tapi kami kini memilih lebih ke konten keluarga. Bukan berarti kami meninggalkan olahraga, tapi problem yang kami hadapi adalah hak siar olahraga itu mahal. Bahkan Liga Indonesia saja mahalnya luar biasa.

Apa trauma karena setelah dulu Aora TV tak lagi menyiarkan Liga Inggris, pelanggan berbondong-bondong berhenti berlangganan?

Bukan begitu. Sepakbola/olahraga itu lebih banyak disukai laki-laki, sedangkan yang paling punya waktu menonton itu anak-anak dan perempuan. Laki-laki itu tontonannya hanya olahraga, porno dan film laga. Kalau olahraga hak siarnya mahal, porno tidak mungkin kami siarkan, makanya kami mencoba menyentuh segmen ini dengan mendatangkan FOX Action Movies.

Selain mereposisi, apa lagi yang Anda lakukan?

Setelah mereposisi, kami lalu membangun ulang karena sempat berhenti siaran. Dulu tidak ada operasi, penjualan hanya ada di Jakarta. Sekarang kami ada di 80 kota. Anda bayangkan, dalam setahun kami ke 70an kota, jadi tiap minggu satu kota kami buka. Itu semua pekerjaan besar dan kami bekerja keras. Setelah membangun basis, lalu kami mulai mengembangkan paket.

Kalau dari sisi pemasaran strategi apa yang Anda lakukan agar jumlah pelanggan kembali naik?

Kami percaya industri tv berbayar belum banyak dikenal. Jadi konsep tv berbayar jelas bukan iklan, tapi direct selling. Kalau Anda tidak kenal jasanya, kemudian saya iklan, Anda tetap tidak akan mengerti. Kalau saya jelaskan langsung, Anda pasti mengerti jasa yang saya jual.

Direct sellingnya dari pintu ke pintu. Anda bisa lihat bagaimana mobil Aora TV berkeliling dari satu tempat ke tempat ke tempat lain.

Apa tidak ingin meniru kompetitor yang membuka stand di mal-mal?

Tidak. Kalau kami lebih memilih mobile. Saat ini kami punya ratusan mobil. Kami datangi komplek-komplek, alun-alun, dll.

Apa cara pemasaran seperti itu efektif?

Kalau dibilang efektif ya efektif juga, Cuma memang kalau bicara mahal ya jelas lebih mahal. Kan lebih murah beriklan satu semua orang tau. Kalu yang kami lakukan kan mendatangi pelanggan satu-satu. Mobilnya juga mahal.

Kalau bicara inovasi, apa Aora TV Satelit akan menghadirkan inovasi baru yang belum pernah dilakukan tv berbayar lain?

Menurut saya yang terlebih dahulu dilakukan adalah memahami kebutuhan pelanggan. Berangkat dari situ, baru inovasinya kami tentukan. Untuk apa kami berinovasi tapi pelanggan tidak butuh. Seperti misalnya teknologi 3D, canggih memang, tapi infrastrukturnya juga belum dimiliki pelanggan, jadi buat apa kami luncurkan. Contoh lainnya high definition (HD) kami juga meluncurkan paket itu, tapi karena pasarnya belum besar, jadi penjualannya belum terlalu maksimal.

Apa harapan Anda ke depan untuk Aora TV Satelit?

Kami memulai bisnis ini sudah tertinggal 20 tahun dari kompetitor. Dari sisi jumlah kami mungkin bisa menyalip tak lama lagi. Tapi market leader kan bukan hanya dari sisi jumlah pelanggan, dari inisiatif. Malah maaf maaf saja, market leader yang ada sekarang justru mengikuti kami. Artinya inisiatifnya kami dulu yang melakukan.

Memangnya inisiatif apa yang diikuti market leader tv berbayar?

Banyak, contohnya pemasaran dari pintu ke pintu. Kalau dulu mereka tidak pernah melakukan pemasaran dengan menjemput bola seperti itu. Kalau pemimpin pasar kan harusnya mereka yang punya inovasi.

Kalau dari sisi pelayanan, apa yang Aora Tv lakukan untuk meminimalisir keluhan-keluhan pelanggan, seperti buruknya tampilan siaran?

Kalau 100% bisa memuaskan pelanggan itu tidak mungkin, bisnis jasa itu seperti itu. Yang paling penting itu responsif, kalau ada keluhan cepat direspon. Kalau tiba-tiba blank, gambar tidak muncul karena cuaca buruk, itu tidak bisa kami hindari.

Tentang perjalanan karier, sebelum di Aora TV Satelit, Anda pernah bekerja di mana?

Sebelum ditunjuk memimpin di sini, saya bekerja 23 tahun di Indosat. Posisi terakhir saya di sana adalah sebagai Direktur Marketing. (EVA)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved