Editor's Choice Corporate Action Corporate Action

Kolaborasi Indosat dan XL Besarkan Kembali Bisnis RBT

Kolaborasi Indosat dan XL Besarkan Kembali Bisnis RBT

Erik Meijer

Erik Meijer, Direktur & Chief Commercial Officer PT Indosat

“Tak ada kawan dan lawan yang abadi. Yang abadi hanyalah kepentingan.” Tampaknya, jargon politik tersebut berlaku pula di dunia bisnis. Lihat saja yang dilakukan operator seluler Indosat dan XL. Demi kepentingan membangkitkan kembali bisnis ring back tone (RBT) yang sempat terkapar dengan kejadian Black October, mereka pun tak ragu bergandengan tangan.

Sekadar mengingatkan, pada Oktober 2011, pihak regulator, Badan Regulasi Telekomunikasi Indonesia (BRTI), mengeluarkan surat edaran yang mengimbau kalangan operator seluler dan content provider (CP) untuk melakukan un-reg (penghapusan keanggotaan) massal atas layanan konten untuk menghindari pencurian pulsa. Momen Oktober 2011 itu disebut kalangan pelaku industri RBT sebagai Black October. Pasalnya, akibat kejadian tersebut, para pelaku industri ini – mulai dari operator, CP, label (perusahaan rekaman), dan musisi – mengaku tiba-tiba pendapatan mereka turun drastis.

Sebagai contoh, PT Yatta – CP yang bergerak di bidang aplikasi game, musik dan konten rohani – merosot omsetnya hingga 95%, karena aturan tersebut. Jika sebelumnya CP asal Jakarta ini mampu membukukan omset Rp 2-6 miliar per bulan, keuntungannya sempat hanya sebesar Rp 7-10 juta sebulan. Penurunan omset yang drastis juga dialami pihak label dan operator. Berdasarkan informasi dari kalangan industri rekaman, revenue yang dihasilkan dari musik digital kurang-lebih turun sampai 90%. Pada operator? “Penurunannya cukup signifikan. Jumlah pelanggan i-Ring Indosat kurang dari 10% dari total jumlah pelanggan sebelum Oktober 2011,” ungkap Erik Meijer, Direktur & Chief Commercial Officer PT Indosat.

Nah, untuk membangkitkan kembali bisnis RBT yang sempat menjadi lahan subur ini, pihak Indosat dan XL berinisiatif berkolaborasi meluncurkan program Pesta RBT dan i-Ring pada Desember 2012.

“Kolaborasi ini dibuat bersama sebagai bentuk usaha nyata Indosat dan XL untuk membangun kembali industri kreatif dan musik digital yang mengalami penurunan signifikan sejak oktober 2011,” Erik menegaskan. Ia mengklaim dalam implementasi kerja sama tersebut mereka didukung oleh 12 perusahaan rekaman beserta seluruh jajaran artis yang tergabung di dalamnya sebagai penyedia konten layanan RBT.

Erik Meijer

~~

Bentuk kolaborasi Indosat dan XL adalah menyeragamkan kode akses layanan, alias menggunakan single access. Bahkan ke depan, ia yakin tidak tertutup kemungkinan keterlibatan operator dan label dalam menggunakan akses single short code secara bersama-sama.

Dijelaskan lebih lanjut oleh Revie Sylviana Andriani Dewi, GM Konten & Aplikasi PT XL Axiata, kolaborasi antara XL dan Indosat dilakukan dalam bentuk menyediakan single short code UMB (USSD Menu Browser) *919# untuk aktivasi RBT pilihan dalam program Pesta RBT dan i-Ring. Selain itu, kedua perusahaan juga mengedukasi secara reguler kepada pelanggan mengenai layanan RBT melalui media ataupun langkah co-branding program Pesta RBT dan i-Ring dengan memberikan hadiah kepada pelanggan.

“Kolaborasi ini dilakukan untuk mempercepat proses build back industri RBT. Dengan bersatunya dua operator GSM besar di Indonesia, diharapkan kepercayaan masyarakat terhadap layanan RBT bisa lebih cepat didapat,” ujar Revie.

Menurut Revie, kolaborasi XL dan Indosat ini pada dasarnya memiliki dua tujuan: jangka pendek dan jangka panjang. Tujuan jangka pendek adalah mengembalikan revenue dari layanan RBT ke titik sebelum kejadian Black October. Adapun tujuan jangka panjang untuk mendukung perkembangan industri kreatif, khususnya industri musik digital. “Secara kuantitatif, target XL meningkatkan jumlah pelanggan RBT 50% dari jumlah existing subscriber RBT saat ini. Sedangkan dari sisi kualitatif, targetnya meningkatkan kepuasan pelanggan yang menggunakan layanan XL RBT,” ujar Revie.

Sebagai bisnis value-added service, diyakini Erik ataupun Revie, bisnis RBT ini masih sangat potensial untuk dikembangkan lagi. Syaratnya, seluruh pelaku bisnis RBT bersinergi membangun kembali industri kreatif dan musik digital dengan lebih proaktif menciptakan program yang lebih menarik dan transparan dalam hal mekanisme kontrol, pengenaan tarif pada pelanggan, serta dalam menginformasikan program melalui promosi.

“Kami percaya bahwa industri RBT masih bisa kembali ke kondisi sebelum Black October,” kata Revie. Alasannya, industri RBT hanya terkena dampak bad publication dari Surat Edaran BRTI sehingga banyak pelanggan yang takut berlangganan RBT karena ada isu yang mengaitkan RBT dengan sedot pulsa. “Kami optimistis, melalui layanan RBT yang baik, tingkat kepercayaan pelanggan untuk menikmati layanan ini akan kembali,” Erik menambahkan.

Kalangan label sendiri menyambut hangat langkah ini. “Kembali diaktifkannya RBT ini akan mempermudah penyampaian karya seniman kepada penikmatnya, dan akan turut menggairahkan industri musik,” ujar Rahayu Kertawiguna, CEO Nagaswara, salah satu label ternama. Kendati begitu, pemilik sapaan akrab Babe ini tidak yakin volume RBT dapat kembali seperti dulu (sebelum Black October). “Peluang RBT maksimum 40% dari yang dulu,” katanya. Alasannya, format bisnis RBT mengalami perubahan, mengikuti pola bisnis yang ada. “Prinsipnya, yang diidamkan pelaku industri adalah win-win solution,” ia menegaskan.

A. Mohammad B.S. & Herning Banirestu, Sigit A. Nugroho

Riset: Sarah Ratna Herni


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved