Financial Report Editor's Choice Corporate Action

Laba Bersih KAI Meningkat 3,6 Kali Lipat dalam 5 Tahun

Laba Bersih KAI Meningkat 3,6 Kali Lipat dalam 5 Tahun

Kurniadi Atmosasmito merupakan Chief Financial Officer PT KAI sejak 2011. Sebelum bergabung di KAI, Kurniadi pernah menjabat sebagai Direktur Keuangan PT Aneka Tambang di tahun 2003 – 2008. Sejalan dengan performanya yang apik, berbagai penghargaan pun diraihnya, salah satunya adalah Annual Report Award pada 2006 dari Menteri Keuangan Sri Mulyani. Bagaimana kinerja keuangan KAI dalam lima tahun terakhir? Kurnadi memaparkannya kepada Fardil Khalidi dari SWA Online:

KAI (utama)

Apa produk/jasa yang menjadi unggulan KAI di tahun 2013?

Sudah pasti sektor jasa transportasi. Hanya saja ada beberapa pembaruan sistem yang sudah berjalan secara efektif, yakni booking online. Dengan demikian penumpang tidak perlu ribet mendatangi stasiun untuk mendapatkan tiket, cukup akses kereta-api.co.id mereka bisa melakukan reservasi. Selain itu, secara tidak langsung ini juga menghapus praktek percaloan yang ada selama ini.

Dari sisi marketing, apa saja strategi yang Anda buat agar produk/jasa Anda bisa menjadi mesin uang?

Mungkin kalau dari marketing lebih ke pembaruan di sistem booking online. Semua informasi tentang ketersediaan tiket, tata cara reservasi serta pembayaran selalu saya pantau terus. Jika ada sedikit yang clash maka saya akan secara langsung turun tangan. Hal ini saya lakukan agar melalui situs kereta-api.co.id bisa memfasilitasi calon penumpang secara maksimal.

Selain itu, bagi yang non-pengguna internet tapi ingin membeli tiket kereta api secara efektif, kami juga bekerja sama dengan Indomaret dan Alfa Midi untuk memfasilitasi calon penumpang agar bisa membeli dari gerai terdekat.

Kemudian bagaimana dari segi teknisnya? Perubahan apa yang sudah dan tengah Anda jalankan?

Dari segi teknis tentunya kenyamanan dan keamanan merupakan modal penting. Dulu di sekitar stasiun banyak tumbuh lokasi pedagang liar, kemudian saat ini kita netralkan serta berikan tempat yang layak. Kemudian dari kasus over capacity yang umum terjadi sekitar tahun 1990-an, ketika penumpang banyak yang berdiri atau bahkan menaiki atap kereta api, itu juga sudah dihapuskan bahkan sudah ada undang–undangnya. Dan yang terpenting lagi adalah penghapusan praktik percaloan dengan adanya sistem booking online ini.

Sementara itu, kami juga sedang berupaya untuk menambah ruas rel kereta api, misalnya rute Jakarta menuju Surabaya, Bandung, Jogyakarta, dan Malang. Targetnya akan selesai lima tahun ke depan.

Kemudian penambahan lokomotif serta gerbong yang pada tahun 2012 kita memiliki sebanyak 328 loko, kini di tahun 2013 ditambah menjadi 523 loko. Sementara untuk gerbongnya di tahun 2012 sebanyak 5.233 gerbong, menjadi 6.170 gerbong.

KAI2(tegak)

Siapa kompetitor KAI?

Jika dilihat dari perusahaan sejenis, saya rasa kami tidak memiliki kompetitor. Karena di Indonesia perusahaan yang mengurusi perkeretaapian hanya PT KAI. Mungkin kalau ingin menyebut kompetitor, lebih kepada sesama pelaku sektor jasa transportasi, dalam hal ini penerbangan, dan bus antar kota antar propinsi.

Apa langkah dan strategi Anda untuk mengalahkan kompetitor?

Untuk melawan pesawat, mungkin perpotongannya masih yang skala kecil, misal satu pulau. Namun jika sudah ada rel penghubung antar pulau, seperti (Jawa – Bali, dan Jawa – Sumatera) yang akan mulai digagas setelah Pilpres, ruang lingkup persaingannya bisa lebih besar. Kalau sejauh ini sih baru sebatas efektivitas harga dan reservasi. Soal harga, jika pesawat memberikan tiket promo (misal Citilink, Lion Air), kami pun memberikan.

Kemudian soal harga, ada beberapa cakupan keuangan kami yang masih bergantung pada dana APBN, jika sisi ini bisa diperkecil, maka harga tiket pun bisa lebih murah lagi. Begitu juga jika penambahan lokomotif dan penggandaan rel berjalan dengan semestinya, kami bisa menjawab tantangan animo masyarakat yang sering bepergian menggunakan kereta, di mana kami masih sering menerima keluhan H-2 minggu tiket kereta habis.

Sementara untuk transportasi darat, kami lebih membidik sisi logistik. Jadi dari 100% kapasitas kereta, 60% akan kami alihkan untuk logistik. Jadi, volume kendaraan besar di rute logistik seperti Pantura, bisa dikurangi. Sehingga bisa berimbas pada penurunan dana APBN untuk memelihara jalan-jalan berlubang. Sementara untuk transportasi antarkota dengan bus, saya rasa kendalanya hanyalah soal ketersediaan lokomotif. Artinya, penumpang bus adalah buangan penumpang yang tidak mendapatkan tiket kereta.

Apa cara Anda untuk meluaskan pasar? Apa yang Anda lakukan untuk memperbesar jumlah customer?

Harapan kami sih antar pulau di Indonesia dapat terhubung dengan rel kereta api. Jika jembatan Suramadu saja bisa dibuat, tidak menutup kemungkinan realisasi rel kereta penghubung antar pulau dapat terjadi. Namun itu semua menunggu hasil Pilpres mendatang.

Benefit-nya, jika hal itu terjadi maka mobilitas penumpang yang ingin bepergian antar pulau sangat terwadahi. Dan otomatis dapat lebih meningkatkan keuntungan PT KAI.

Bisa digambarkan kondisi profit PT KAI dari sebelum dan saat Anda menjabat sebagai CFO?

Sampai 2008 perusahaan terus mengalami rugi, bahkan mencapai Rp 83 miliar. Padahal, total aset sudah mencapai 2 triliun. Akhirnya kami putuskan untuk melakukan pinjaman agar terjadi leverage keuangan. Selain dari segi likuiditas, pinjaman tersebut juga diplot untuk mendongkrak profitabilitas berupa perbaikan di berbagai sistem.

Alhasil pertumbuhan pendapatan cukup signifikan dan bersamaan dengan investasi yang dijalankan mampu mendorong pertumbuhan aset dan laba perusahaan. Pendapatan meningkat berturut-turut sebesar Rp 4.395 miliar (2008), Rp 4.838 miliar (2009), Rp 5.192 miliar (2010), Rp 6.094 miliar (2011), Rp 6.966 miliar (2012) dan Rp 8.601 miliar (2013). Aset perusahaan juga bertumbuh dari Rp 5.774 (2008), Rp 5.545 (2009), Rp 5.584 miliar (2010), Rp 6.066 miliar (2011), Rp 8.961 miliar (2012) hingga Rp 15.259 miliar(2013). Bila tahun 2009 digunakan sebagai dasar, dalam lima tahun pendapatan meningkat 1,8 kali dan Aset meningkat 2,8 kali.

Kinerja keuangan yang sebelumnya merugi Rp 83 miliar (2008) menjadi laba (net income) berturut-turut sebesar Rp 155 miliar (2009), Rp 216 miliar (2010), Rp 201 miliar (2011), Rp 425 miliar (2012), dan Rp 561miliar (2013). Dalam lima tahun Laba Bersih meningkat menjadi lebih dari 3,6 kali lipat (dari 2009). (***)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved