Editor's Choice Entrepreneur

Mimpi Kinema Menjadi Studio Animasi Terbesar di Asia

Mimpi Kinema Menjadi Studio Animasi Terbesar di Asia

PT PT Kinema Systrans Multimedia hadir dari sebuah mimpi, bahwa Indonesia bisa menjadi pusat industri kreatif dunia. Sumber daya yang teredia banyak dan potensi bisnisnya juga sangat luar biasa. Bagi industri kreatif seperti Kinema, selama masih ada anak-anak, potensinya masih besar. Apalagi produksi film selalu membutuhkan special effect, sehingga peluang yang bisa direngkuh Kinema masih besar di dunia.

Daniel Harjanto, Kinema Systrans Multimedia, animasi, Infinite

Daniel Harjanto

Daniel Harjanto, Direktur Teknikal PT Kinema Systrans Multimedia, mewakili perusahaan yang bergerak di bisnis kreatif, yaitu film animasi, film layar lebar dan film serial televisi ini. Dalam wawancara dengan Herning Banirestu dari SWA, ia menjelaskan Kinema adalah sebuah studio animasi terbesar di Asia Tenggara, yang berlokasi di kawasan Nongsa, Batam. Kinema didirikan pada t 2005 dan didukung oleh 250 tenaga artis — 95% berasal dari seluruh daerah di Indonesia. Berikut wawancaranya:

Apa saja produk-produk yang dihasilkan PT Kinema Systran Multimedia?

Kami sudah menghasilkan beragam produk, yaitu film animasi, film layuar lebar, dan film serial televisi. Beberapa produk bahkan menjadi tontonan dunia, seperti Garfield Show (yang ditayangkan di Cartoon Network) — film kartun kucing kuning belang-belang, juga film kartun Franklin& Friends (ini ditayangkan di Spacetoon, sebanyak 104 episode di antaranya dikerjakan Kinema), Chicken Town, Leonards dan sebagainya Produk lain yang dikerjakan Kinema adalah film layar lebar berjudul Tatsumi, animasi 2D, sayang tidak ditayangkan di Indonesia, karena masalah sensor. Namun film layar lebar itu sudah ditayangkan di fetival film besar macam Cannes, Perancis, serta masuk list seleksi di Oscar meski hanya masuk 25 besar, tapi ini sudah membanggakan sebagai produk lokal. Namun demikian film Tatsumi sudah memenangkan penghargaan di Dubai Film Festival dan festival film lain di Italia serta Australia. Telah ditayangkan di berbagai bioskop di berbagai negara di dunia.

Kapan film itu akan ditayangkan di Indonesia?

Hanya sayang karena ceritanya dewasa, meski animasi, di Indonesia sulit ditayangkan di bioskop. Hanya ditayangkan dalam lingkup terbatas di sini. Film lain adalah film “Rumah Darah”, yang filmnya dikerjakan oleh Moo Brothers, tapi special effect-nya dikerjakan oleh Kinema. Ini menjadi batu loncatan Kinema untuk produk berikutnya, yang kemungkinan akan ditayangkan di bioskop-bioskop di Indonesia pada bulan Oktober tahun ini yaitu Dead Mind.

Yang berikutnya karya layar lebar Kinema adalah “Meraih Mimpi”, bisa dibilang film animasi musikal pertama di Indonesia, ditayangkan di berbagai negara di Singapura, Korea dan beberapa pasar film di Amerika, serta beberapa negara di Eropa Barat, termasuk di Rusia. Meraih Mimpi sebenarnya film yang dibiayai pemerintah Singapura, namun pengerjaannya oleh Kinema, di Indonesia, yang judul aslinya “Sing to the Down”. Pada saat bersamaan Kinema mengerjakan serial TV berjudul “Roll Boats” untuk Kanada, namun ditayangkan juga di Amerika Utara, Eropa, Asia, dan Amerika Selatan.

Kemana saja produk Kinema diekspor?

Ada empat tujuan ekspor pada 2011 awal, yaitu Kanada, Prancis, Belgia dan Singapura. Pada awal 2012 kami mengembangkan pasar di Eropa Barat, dengan tambahan ke Irlandia, Australia serta kawasan ekonomi yang berkembang pesat yaitu ASEAN, Cina, dan Jepang. Kami juga membuat film dengan format durasi pendek seperti untuk Discovery Channel, National Geographic. Semua film itu dikerjakan di Batam, untuk komponen computer graphic. Serta mengerjakan film-film untuk iklan seluruh dunia. Kini kami sedang menggarap tiga film kartun dunia, yang belum bisa kami sebutkan, karena terikat perjanjian.

Bagaimana proses pembangunan Kinema?

Kinema kini sudah menjadi studio terbesar di Asia Tenggara, semula studio kami berlokasi di sebuah resort, karena keterbatasan lahan, kami lalu memindahkan kantor ke wilayah padang golf belum lama ini. Kinema memiliki sound stage salah satu yang terbesar dunia, seluas hanggar pesawat sekitar 30.000 square feets, sehingga bisa membuat banyak ruangan untuk syuting. Standarnya juga internasional, diharapkan bisa jadi layanan baru dengan pihak dunia.

Apa proyek yang sedang dikerjakan sekarang?

Kami sedang kerjakan film serial TV, “Serangoon Road”, yang bercerita tentang Singapura tahun 1960-an, kami membangun setting-nya di Batam, sebanyak 80% setting-nya di sini. Total kapasitas Kinema saat ini mencapai 300 orang artis.

Untuk memudahkan pemasaran, kami membeli sebuah perusahaan di Singapura, yang dijadikan kendaraan untuk memasarkan produk dan jasa Kinema. Ini kiat untuk memudahkan pemasaran mereka secara internasional. Kenapa? Karena banyak perjanjian G to G, yang membuat kami tidak mudah memasarkan produk secara langsung, harus ada co-production treaty antara pemerintah Indonesia dengan negara lain. Kami memang ekspor, tapi masih taraf jual jasa, hanya tiga pekerjaan yang merupakan co-production, yaitu dengan Nelvana (Kanada), Soulway Film (Singapura) dan ABC.

Apa yang diperlukan agar lebih mudah menggarap pasar ekspor?

Untuk memudahkan pemasaran produk-produk kami, diharapkan ada co-production treaty antara Indonesia dengan negara-negara lain. Ini bantuan yang sangat besar bagi kami, dan berharap pemerintah mendukung pemasaran Kinema. Sebab, selama ini negara lain pun didukung pemasarannya oleh pemerintah. Padahal kapasitas produksi Kinema mencapai 3 episode per minggu, artinya 66 menit per minggu, ini hanya bisa disaingi oleh India dan Cina. Sedangkan negara lain, seperti Malaysia dan Singapura, studio terbesarnya hanya mampu memproduksi satu episode per minggu.

Bagaimana persaingan dengan negara-negara lain?

Kami tidak bersaing dengan India, karena biaya produksinya terendah dibanding negara lain. Pesaing kita adalah Vietnam, diprediksikan akan menjadi negara ke-7 terbesar dunia, sedang negara ke-6 adalah Malaysia, sedangkan Indonesia tidak tercatat, meski punya studio animasi terbesar di Asia Tenggara. Karena itu, kondisi pemasaran dan investasinya kami tidak didukung, juga belum ada co-production treaty dari pemerintah antara negara.

Bagaimana rencana Kinema ke depan?

Kami akan membuat movie town, sebuah perumahan yang juga bisa untuk syuting dan juga bisa jadi rumah tinggal. Lokasi di Batam adalah lokasi strategis di segitiga emas. Klien pertama kami adalah pemerintah Singapura, ini memudahkan mereka. Nama Indonesia masih kurang baik dalam perlindungan intelectual property rights. Karena itu, kami membuat dual office, Singapura sebagai front office dan Batam sebagai back office. Jarak dari bandara Changi ke Batam kurang dari satu jam, sehingga klien kami tidak terasa keluar dari Singapura.

Bagaimana komposisi pasar Kinema antara ekspor dan lokal?

Demand dunia untuk animasi ini sangat tinggi, maka itulah kami melirik pasar ekspor terlebih dahulu. Jadi, tidak heran jika pasar lokal belum kami lirik, meski sudah ada permintaan untuk itu. Biaya animasi tidak kecil, dan untuk produksi lokal belum ada yang invest ke sini.

Untuk mendapatkan klien yang dilakukan Kinema, awalnya tidak mudah. Visi awal kami adalah menjadikan Kinema Studio sebagai salah satu studio besar di Asia. Untuk itulah, kami menanamkan investasi tidak sedikit untuk mendukung hal tersebut. Dari pekerjaan pertama “Sing to The Down”, film yang dibiayai pemerintah Singapura, menjadi landasan portofolio Kinema. Lalu kami mendapat kontrak untuk memproduksi “Roll Boats”, sebuah serial TV yang didapat sebelum menyelesaikan film “Sing to The Down”. Awalnya Kinema hanya didukung oleh lima orang saja, termasuk Daniel dan Michael Wiluwan (sebagai owner).

Kedua proyek itu menjadi pendorong bahwa kami mampu. Setelah itu, bergulir dari mulut ke mulut tentang kemampuan Kinema ke penjuru dunia. Kami berhasil menembus pasar Kanada sebagai negara terbesar produksi animasi, juga Prancis, sebagai negara pertama produksi animasi. Terbukti kami bisa menembus semua, juga negara lain seperti Belgia, Luxemburg, hingga Irlandia, nanti diharapkan bisa masuk ke Inggris dan Jerman. Sayangnya, saat ini kondisi ekonomi Eropa menurun, maka kami pun kini melirik pasar Asia saat ini. Sekarang Kinema sedang mengerjakan projek Jepang dan Cina. Kualitas hasil karya kami menjadi bahan jualan kami, bahwa kami setara dengan produsen Kanada dan Prancis.

Apa saja kunci sukses ekspor Kinema?

Kunci ekspor produk kami adalah mampu men-deliver yang sudah dijanjikan. On time, on quality dan on cost. Hingga saat ini semua itu bisa diwujudkan pihaknya, bahkan kualitasnya dipuji pemesan dibanding dikerjakan di negara mereka. Kami juga aktif terlibat dalam ajang pemasaran dunia seperti Mid Prompt, Kids Screen, Hong Kong Film Art, di mana di sana berkumpul produser dunia, sehingga kami bisa mempresentasikan apa yang dikerjakan Kinema. Kualitas pekerjaan itulah yang bisa kami jual. India dikenal sebagai produsen animasi dengan harga sangat murah, Kinema bukan yang termurah, tapi kami bersaing dengan kualiatas dan dengan men-deliver apa yang dijanjikan.(Didin Abidin Mas’ud)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved