Editor's Choice Youngster Inc. StartUp

Muhammad Ali Akbar Taufani Spesialis Jins Customize

Muhammad Ali Akbar Taufani Spesialis Jins Customize

Di usianya yang baru menginjak 23 tahun, Muhammad Ali Akbar Taufani memiliki bisnis yang beromset sekitar Rp 100 juta/bulan. Dan, aktivitas bisnisnya dilakoni di sela-sela kuliahnya di Jurusan Manajemen Perbankan Universitas Al-Azhar Indonesia. Lewat Rumah Denim & Jeans Comic, Ali tak hanya melayani konsumen perorangan, tetapi juga 24 merek jins lokal yang memercayakan produksi celana jins mereka kepadanya.

Muhammad Ali Akbar Taufani

~~

Dibanderol mulai dari Rp 135 sampai Rp 850 ribu, 350-400 potong celana dan 80-an jaket jins dilempar ke pasar saban bulan. Dari workshop-nya di Pamulang, Ciputat, penetrasi pasarnya menjangkau Bandung, Surabaya, Bali, Sumatera, Makassar, Papua dan Nabire.

Kelahiran Jakarta 12 Maret 1990 ini mengawali bisnis berangkat dari hobinya memakai jins. Ia kerap membuat jins dengan pola sendiri di tukang jahit langganannya. Kalau membeli celana jins, menurut dia, ukurannya kadang tidak sesuai. Ukuran pinggang pas tetapi kepanjangan atau sebaliknya. Ujung-ujungnya, pergi ke tukang jahit minta dipermak. Dengan menjahit sendiri, imbuhnya, selain ukurannya pas, juga bebas menentukan desain sendiri.

Tak dinyana, teman-teman kampusnya suka dan minta dibikinkan celana serupa. Ia pun menjahitkan celana jins pesanan teman-temannya kepada penjahit langganannya. Permintaan yang terus mengalir menggelitik naluri bisnisnya. Ia lalu mengibarkan Rumah Denim & Jeans Comic pada Mei 2012 yang khusus melayani jasa pembuatan celana dan jaket jins yang customize. Karena customize inilah, apalagi Ali menyediakan beragam bahan dan warna, dalam tempo singkat produk jinsnya mampu memincut pasar.

Saat ini, Rumah Denim & Jeans Comic sering menjadi referensi kalangan ABG sampai anak kampus yang menginginkan jins dengan ukuran dan desain yang sesuai dengan selera mereka. Rumah Denim bahkan bisa membuat celana dengan merek yang dirancang sendiri oleh pelanggan. Ali pun menawarkan jasa “Bikin Celana Cuma 1 Hari Jadi” untuk memberikan kepuasan kepada pelanggannya. Untuk jasa pembuatan yang superkilat itu, pelanggan tak dikenai biaya tambahan.

Sebelum mengibarkan Rumah Denim & Jeans Comic, bersama dua temannya, Ali secara patungan pernah membuat usaha pembuatan celana jins. Bertempat di Warung Buncit, Jakarta, usaha yang dibangun pada 2011 ini hanya bertahan seumur jagung. “Usaha mati karena tidak ada visi, dan konsep kami berbeda,” tutur pehobi futsal ini.

Konsep yang diinginkan Ali adalah spesialisasi pada jins dan denim dengan mengeluarkan denim-denim baru yang tidak sebatas berbahan lokal. Sementara rekannya menginginkan konsep store dengan menyediakan juga kaus dan sebagainya. “Saya ingin yang spesialis, saya ingin yang khusus. Kalau misal kita ke Bandung, ada distro yang jual jins dan ada toko spesialis jins, mana yang lebih dipilih? Toko spesialis jins, kan?” begitu argumen Ali.

Dengan konsep spesialis itulah Ali memberanikan diri berjalan sendiri. Ia pun memindahkan tempat usahanya ke Pamulang. Dengan dana pinjaman dari koperasi sebesar Rp 10 juta plus dana pribadi sekitar Rp 400 ribu, ia membangun Rumah Denim & Jeans Comic. Bermodal lima mesin jahit, dua tenaga penjahit dan sepetak ruangan dengan biaya sewa Rp 2,7 juta yang harus dibayar per bulan, Ali membangun bisnisnya.

Dipilihnya jins karena rata-rata orang memakainya. “Tidak ada matinya,” ujar Ali. Ia juga tak sekadar menawarkan jasa customize. Dari sisi kualitas bahan dan pembuatan, ia berani diadu dengan produk jins dari luar negeri karena ia sudah memakai mesin internasional. “Soal kualitas boleh diadulah. Mereka yang menitip jahit itu karena sudah lihat kualitas kami. Kalau di bisnis ini, yang dilihat adalah mesin. Kami sudah pakai Union Special, mesin yang paling diandalkan di jins,” ungkapnya.

Kontrol kualitas pun dijaganya. Ketika barang sudah jadi, Ali melakukan pengecekan dan akan mengembalikan kepada penjahit untuk dibetulkan kalau ada yang jelek atau cacat. Bahkan, Ali berani memberikan garansi setahun. “Misalnya kalau seminggu ada robek, kami ganti. Kalau setahun itu, misalnya mereka mau memperbesar atau memperkecil bisa. Ada pola khusus. Itu free,” katanya. Ia juga menyediakan beragam bahan, mulai dari lokal sampai bahan impor dari Korea, Jepang dan Thailand.

Untuk kualitas, Teguh Wiratama, salah seorang pelanggan loyal Rumah Denim & Jeans Comic, membagi cerita. Sang fresh graduate ini pertama kali membeli jins di Rumah Denim pada Maret lalu. Dan, sampai saat ini sudah dari 10-an potong yang ia pesan. “Bukan cuma buat saya soalnya,” imbuhnya. Saudara-saudara dan teman-temannya ada yang menitip pesan. “Ukurannya pas, bahannya nyaman. Saya juga suka karena ada garansi. Saya sempat mengecilkan pinggang celana saya karena kebesaran. Itu gratis. Pelayanannya bagus dan kerjanya juga cepat,” katanya memuji.

Teguh tertarik membeli di Rumah Denim karena ia penyuka denim. Dan, ia sempat terkaget-kaget begitu disodori pilihan warna dan bahan. Ia semakin loyal karena pelayanannya bisa lewat telepon dan surat elektronik. “Saya awalnya tidak yakin, tetapi ternyata pas dan enak dipakai,” kata Teguh yang kemudian menceritakan kepuasannya kepada saudara-saudaranya, juga ayahnya. Yang membuat Teguh makin terpincut, pertama kali memesan celana jins, harganya dipatok Rp 285 ribu. “Kemarin pesan lagi, saya kira harga naik, tetapi malah turun jadi Rp 210 ribu. Kualitas juga makin bagus. Saya kaget juga, kenapa lebih murah,” ungkapnya.

Diakui Ali, margin keuntungannya memang tipis. “Sengaja seperti ini biar terus berjalan. Kalau terlalu mahal, orang akan jarang datang. Penjahit kerjaannya akan berkurang, padahal saya harus bayar mereka. Jadi, mending berputar terus meski tidak besar keuntungannya,” ungkapnya. Toh, dalam tiga bulan saja, ia mengaku sudah balik modal.

Tantangan utama di bisnis ini, menurut Ali, adalah penjahit. “Susah carinya,” ujarnya. Para penjahit kerap pergi dan datangnya juga tidak bisa dipastikan. Apalagi, kalau mereka dari satu kampung. Satu minta izin pulang kampung karena ada acara, yang lain pulang juga dan tidak bisa dipastikan kapan datang lagi. Ali kemudian menyiasatinya dengan mencari penjahit dari kampung yang berbeda. Selain itu, kebanyakan penjahit maunya menjahit per bagian seperti di pabrik, misalnya pinggangnya saja. Padahal, Ali membutuhkan penjahit yang mau mengerjakan langsung satu potong.

Tantangan lain, model yang customize. “Biasanya ada komplain masalah ukuran. Walaupun dia datang langsung ke toko, sudah disesuaikan, ternyata ketika jadi beda dengan apa yang mereka inginkan,” kata Ali yang menggunakan sarana BlackBerry Messenger (BBM) dan Internet untuk menyebar promosi. Selain pelanggan bisa datang langsung, ia juga melayani pesanan online dengan formula ukuran, misalnya tinggal memberi informasi tinggi dan berat badan, serta ukuran yang biasa dipakai.

Kini, Ali sedang membangun pabrik yang berlokasi dekat dengan rumahnya. “Konsepnya untuk vendor saja karena di sini sudah mulai overload,” ungkapnya. Ia juga menargetkan bisa membuka cabang yang dekat dengan area kampus. Selain fokus mengembangkan Rumah Denim & Jenas Comic, bersama temannya ia kerap mengikuti tender di store-store. “Mengajukan proposal untuk mengisi fashion, biasanya untuk baju anak-anak yang kemudian dijual dengan merek mereka sendiri. Beda konsep dengan Rumah Denim,” ungkapnya.

Di tengah kesibukannya mempersiapkan skripsi, Ali mengaku menikmati aktivitas bisnisnya. “Jujur saja, saya ini dari segi akademis agak malas, lebih suka bergaul, nongkrong. Keluarga mungkin berpikir, saya main terus padahal adik sudah bekerja. Tetapi saya kemudian mikir bagaimana bisa menghasilkan uang juga. Akhirnya bisnis,” tutur Ali yang sempat berjualan kamera.

Awalnya, Ali memang tidak didukung orang tua yang memintanya fokus kuliah. “Saya diam-diam buka usaha ini. Karena, kalau bilang, tidak akan diizinkan,” ujarnya. Sebelumnya, ia juga sempat bekerja di bank. “Cuma tahan dua bulan. Saya merasa tidak cocok. Di bank itu, kerja sekeras apa pun, ya segitu saja hasilnya,” imbuhnya.(*)

Henni T. Soelaeman dan Rif’atul Mahmudah


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved