Management Editor's Choice Strategy

Ocean Mitramas Budidaya Ikan Kakap di Lahan Seluas 40 Ha

Ocean Mitramas Budidaya Ikan Kakap di Lahan Seluas 40 Ha

Ocean Mitramas adalah salah satu pemain penting di bisnis penangkapan ikan di Indonesia. Selain untuk memenuhi kebutuhan lokal seperti bahan baku ikan kaleng, ikan hasil tangkapannya seperti tuna, cakalang, muroaji, dan tongkol, juga diekspor untuk memenuhi permintaan yang tinggi di pasar internasional.

Dua perusahaan pengalengan ikan di Jawa Timur, yakni PT Aneka Tuna Indonesia dan PT Avila Prima adalah pelanggan lama Ocean Mitramas. “Satu kapal kami bisa mengangkut 400 ton ikan per trip. Setahun, satu kapal bisa 5-7 trip. Semua ikan itu dibongkar di Indonesia, baru dibawa ke Jepang. Sebanyak 20-30% untuk memenuhi kebutuhan di dalam negeri dan sisanya dikirim ke Jepang. Belakangan, seiring resesi di Negeri Sakura, kami juga menjual ke Taiwan dan negara lainnya,” ujar Esther Satyono, CEO PT Indonesia Mariculture Industries (Indomarind).

Untuk memenuhi pasokan bahan baku, Ocean Mitramas menggandeng 778 nelayan dengan sistem plasma. Jumlah armada kapal plasma mencapai 60 unit, terdiri dari 22 unit di NTT, 14 unit di Papua Barat, serta 24 unit di Maluku dan Maluku Utara. Ikan yang diangkut kapal perseroan adalah hasil tangkapan para nelayan yang menjadi mitra. Perusahaan telah bermitra dengan para nelayan di Indonesia Timur. Pola tersebut dibangun lewat kantor unit operasional yang ada di Larantuka (Nusa Tenggara Timur), Bitung (Sulawesi Utara), Ternate (Maluku), dam Sorong (Papua Barat) dengan nelayan setempat. “Kami bermitra dengan nelayan di daerah-daerah terpencil dan yang jauh dari pasar,” katanya.

Esther Satyono, Dirut PT Indonesia Mariculture Industries (Indomarind)

Esther Satyono, Dirut PT Indonesia Mariculture Industries (Indomarind)

Untuk mengurangi ketergantungan penangkapan ikan pada bahan bakar yang harganya terus merayap naik, perseroan melakukan diversifikasi usaha dengan menggarap perikanan budidaya. Ikan kakap yang akhirnya dipilih seiring tingginya permintaan di dalam maupun luar negeri. Lewat bendera PT Indonesia Mariculture Industries, bisnis budidaya ikan kakap di Kepulauan Riau telah dimulai sejak 7 tahun lalu. Luas lahan perikanan budidayanya kini sudah mencapai 40 hektar. “Kami mengelola sendiri, bukan kemitraan dengan nelayan. Budidaya ikan, kuncinya harus punya induk unggul, bebas penyakit sehingga tumbuhnya cepat, gampang bertelur, dan bentuknya bagus untuk diproses di industri. Ikan kakap gampang bertelur, tidak seperti kerapu yang biasanya hanya ada di daerah tertentu dan bertelur di masa-masa tertentu,” kata Esther.

Saat ini, ikan kakap hasil budidaya perseroan diperuntukkan untuk konsumsi lokal dan memenuhi pasar ekspor. Namun, dia mengaku tak tahu persis berapa porsi yang dijual di dalam negeri dan yang diekspor karena yang melakukannya adalah pihak ketiga. Produksinya pun masih belum banyak meski pernah mencapai angka 1.000 ton per tahun. Misi perseroan adalah mencapai target produksi 3.000 ton per tahun. “Kendalanya manajemen penyakit yang membuat kerap gagal panen. Kalau budidaya itu tidak bisa kena penyakit lalu dibasmi, tapi harus diidentifikasi dan mengatasinya dengan vaksin. Itu yang makan waktu,” ujarnya.


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved