Editor's Choice Entrepreneur

Painted Dinnerware Yulindra Berjaya di Sarang Kolektor

Painted Dinnerware Yulindra Berjaya di Sarang Kolektor

Seni jadi duit? Kenapa tidak. Lahirnya bisnis – bisnis baru dari kecintaan seni makin nyata saja sejak kedatangan era ekonomi kreatif pada tahun 2000-an. Ekonomi kreatif tak hanya menerpa sektor industri masif macam garmen, tapi juga zona produksi terbatas. Salah satu pelakunya adalah Yulindra Gallery, sebuah galeri seni, yang membuat perangkat makan lukis (painted dinnerware). Produksinya bertumpu pada kreativitas artistik.

“Yulindra berproduksi berdasarkan tema, misalnya tema pertama Blooming Blossom dan kedua Tulip. Ketika tema terbaru, Jasmine, muncul, saya tidak mengeluarkan tema lama lagi,” papar Painting Artist and Art Director Yulindra Gallery, Adindara Jelita Setyohadi pada SWA online (6/2). Sebagai pimpinan artistik, ia mengemban tanggung jawab menggambar desain dengan tangannya sendiri. Cara ini berdampak pada eksklusivitas dinnerware Yulindra yang kerapkali dicari kolektor.

Adindara J. Setyohadi dengan karya painted dinnerware

Atas permintaan kolektor pula, Yulindra mencetak koleksi ke-3 di atas bahan bone china yang terbuat dari tulang ikan. Koleksi berjudul Jasmine ini telah diluncurkan akhir 2012 lalu. “Beberapa kolektor dan teman tak hanya membeli, tapi sampai meminta saya menata ruangan di rumah mereka supaya pas dengan dinnerware itu,” terang kelahiran 18 September 1988 yang kerap disapa Dara itu.

Bone china adalah jenis bahan untuk perangkat pecah belah yang paling baik dibanding keramik & porselin. Karena ringan dan lebih tidak mudah pecah (dengan catatan, tidak dibanting), harga dinnerware berbahan unik itu lebih tinggi, menggapai Rp 1.500.000 per set. “Proses produksinya makan waktu lebih lama pula, sekitar 4-5 bulan, dibanding porselin yang bisa selesai dalam 2-3 bulan,” kata Dara yang sedang mengerjakan proyek arsitektur dan rancang interior rumah juga.

Untuk menjaga animo kolektor, Dara tak memproduksi lebih dari 1000 set untuk tiap tema. Blooming Blossom dan Tulip pun terjual habis. Namun seperti pengusaha muda pada umumnya, Dara ingin dinnerwarebuatannya dipakai semua orang. “Dalam jangka panjang, Yulindra bisa saja mengeluarkan lini ke-2 yang diproduksi besar-besaran,” katanya mengungkap rencana pengembangan bisnis.

Meski bersaing dengan produsen masif yang sudah dikenal pasar jauh sebelumnya, Dara yakin bahwa kreasi Yulindra cocok dengan selera para pecinta seni. “Pelanggan masih mencari barang yang tak ada duanya di pasaran,” ungkapnya. Makin banyak pula orang awam yang tertarik pada dinnerware Yulindra. Selain itu, sejumlah hotel dan restoran pun mulai mendekati galeri ini agar memasok kebutuhan perangkat makan yang meliputi piring, cangkir teh dan kopi, serta alasnya. (EVA)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved