Editor's Choice

Penggagas Asuransi Sampah Raih Penghargaan dari Pangeran Charles

Penggagas Asuransi Sampah Raih Penghargaan dari Pangeran Charles

Gagasan Asuransi Sampah menurut Gamal Albinsaid, digerakkan bersama empat sahabatnya, plus dukungan satu dosennya di Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya Malang, yaitu dr Rita Rosita pada Maret 2010.

Idenya memang dari Gamal. Pria yang sebentar lagi selesai dari kuliah kedokterannya awal Mei tahun ini, melakukan riset sebelumnya hampir 80% masyarakat membiayai kesehatannya tanpa asuransi, atau biaya sendiri setiap kali periksa kesehatan. Terlebih separuh dari penduduk Indonesia masih masuk low middle income, yang pendapatanya masih di bawah US$ 2 per hari bahkan 10% masih di bawah US$ 1.

Gamal (utama)

“Berapa dari penghasilan yang rendah itu dialokasikan untuk kesehatan, rendah sekali, saya mendapat data 2,1% dari penghasilan mereka untuk kesehatan. Bahkan yang penghasilannya di bawah hanya 1,6%,” ujar pria yang suka sekali pada bidang riset kepada Herning Banirestu.

Dalam skala nasional pun, alokasi anggaran kesehatan sekitar 2-3% saja, dari seluruh APBN. Padahal standar WHO minimal anggaran 5%. Di satu sisi Indonesia juga punya potensi sampah yang besar. Gamal menyebut penghasilan sampah di Amerika itu nilainya bisa sekitar US$ 150 juta. Sedang penghasilan sampah di Indonesia sehari itu bisa 80.200 ton, di Jakarta saja bisa 6.500 ton. Semua produk akan berakhir ke sampah.

Dari data tersebut, membuat Gamal dan teman-temannya berpikir, bagaimana meningkatkan anggaran kesehatan tiap keluarga dari “produksi” dalam keluarga. Keluarga menengah ke bawah pun bisa membiayai kesehatannya. Ini yang tidak disadari. Bahwa sampah yang dihasilkan dalam rumah, bisa dijadikan uang, yang bisa jadi jaminan kesehatan. “Kami menyebutnya micro currency,” tuturnya.

Akhirnya dikembangkanlah micro insurance dengan memobilisasi masyarakat, menjadikan sampah sebagai sumber anggaran kesehatan mereka. “Saya mulai gagasan ini di sebuah klinik kesehatan di Lowok Waru, di sebuah kota kecamatan di Malang,” ujarnya.

Klinik itu mau menerima ide tersebut atas dukungan dokter Rita karena klinik binaannya.Dokter Rita juga tokoh yang disegani di sana. Sayang gagasan itu tidak bisa berlanjut di klinik tersebut. “Ternyata ide menarik ini tidak mudah diimplementasikan. Klinik tidak berumur panjang. Tidak mudah menerima sistem baru, menerima sampah menjadi jaminan pembayaran,” ujarnya.

Sebagai asuransi mikro ini minimal yang berpartisipasi 200 orang. Nah sistem yang belum sempurna, kurangnya anggota menjadi kendala saat itu. “Sistem belum jalan, premi masih rendah, itu jadi learning project kami,” imbuhnya.

Setelah gagal di klinik tersebut, mereka tidak berhenti dan menyerah. Setelah menyempurnakan sistem. Mulailah asuransi sampah ini dijalankan di lima klinik lain, yaitu empat di Kota Malang, satu di Kabupaten Malang. Dua sengaja didirikan oleh dokter Rita, Gamal dan sahabatnya itu, sedang yang tiga klinik swasta.

“Kami belajar, bagaimana konsep yang lebih baik dair sebelumnya, premi yang tepat berapa, menyiapkan sumberdaya yang memadai juga,” katanya.

Jadi ada tim khusus sebagai staf recycling center, mereka yang bertugas untuk mengolah sampah. Lalu bekerjasama dengan Bank Sampah Malang juga. Jadi sebagian sampah yang terkumpul dari anggota dijual ke bank tersebut, dan sebagian lagi diolah menjadi pupuk. “Kami juga bekerjasama dengan satu RW, sampah mereka untuk kami jual,” tuturnya.

Gamal (tegak)

Saat ini anggota asuransi sampah sudah 500 orang. Gamal dan teman-teman menjalankan metode baru yaitu Pengobatan Sampah. Ada beberapa titik di mana masyarakat bisa menyetor sampahnya dan mendaftar menjadi anggota. “Tiap Sabtu sore jadi waktu bagi anggota untuk “setor premi” ke titik-titik tersebut untuk asuransi kesehatan mereka,” ujarnya. Nilai premi sampah itu minimal Rp 10 ribu.

Tim Gamal ada 47 orang di bawah sebuah perusahaan yang diberi nama “Indonesia Medika”. Nah di perusahaan ini, kata Gamal, bukan saja Asuransi Sampah yang digerakkan.

Indonesia Medika ini tujuannya sangat besar, mewujudkan setiap riset menjadi sesuatu yang nyata. Gamal prihatin karena banyak penelitian hanya berakhir di paper atau jurnal-jurnal. Rendah implementasi. Saat ini ada delapan titik yang siap menggerakkan ini di seluruh Indonesia. Masing-masing punya 10 anggota. Di Medan, misalnya, ada tim yang menerapkan ini. Proyeknya bukan hanya asuransi sampah.

“Kami menyadari, harus ada kolaborasi penelitian dan penerapan. Selain itu,, orang kesehatan tidak bisa jalan sendiri, harus ada interkoneksi,” imbuhnya. Maka butuh orang ekonomi, hukum, dan lain-lain untuk mengembangkan dunia kesehatan. Indonesia Medika ini mendorong semua orang dengan latar belakang disiplin ilmu berbeda untuk mengembangkan dunia kesehatan melalui beberapa gerakannya. Separuh orang Indonesia Medika adalah orang medis, separuhnya nonmedis.

“Salah satu projek yang baru adalah sabuk bayi pintar. Ini hasil temuan baru kami,” ujarnya. Bayi bisa mendengar sejak usia tiga bulan, ada yang bilang musik klasik bisa mencerdaskan, atau bagi ibu atau ayah yang muslim di dekat ibu hamil yang rajin membaca Al Quran akan mudah menghafal anaknya nanti.

Sabuk bayi pintar ini dikenakan oleh ibu hamil, bisa menstimulasi otak bayi berkembang lebih pesat. Produknya sudah diluncurkan sejak hari ibu tahun lalu. Distribusinya akan ke seluruh Indonesia pada Maret tahun ini. Indonesia Media juga menggagas Mother Happiness Center. Itu semua ada di website Indonesia Media informasinya. “Ibu hamil itu sangat sensitif, agar ibu lebih enjoy menghadapi kehamilannya. Mother Happiness Center semacam pusat layanan konsultasi. Jadi ini ada tim yang ditempatkan di rumah sakit-rumah sakit,” katanya.

Apakah profit oriented? Saat ini belum, prinsip Gamal, mereka siapkan sumber daya ide, orang, dan jaringan, nanti sumberdaya finansial akan datang dengan sendirinya. Nah, sejauh ini mereka menggaet kerjasama-kerja sama dengan banyak pihak.

Lalu ada Tomokid, To mother and kid, nah ini semacam layanan online konsultasi dengan dokter tentang ibu dan anak dibawah website Care for Mother. “Kita bisa cek bagaimana perkembangan janin bagaimana, dan banyak info lain yang bisa ditanyakan,” katanya. Indonesia Medika kini sudah berbadan hukum untuk keleluasaan gerak dan kerjasama dengan banyak pihak.

“Kunci perkembangan program ini pada kerjasama, dan saya percaya setiap program dengan pendekatan ilmiah itu lebih terpercaya, kredibel, mudah dievaluasi, replikasi dan modifikasi,” imbuhnya.

Sayang Gamal mengaku tidak terlalu hafal angka nilai uang yang sudah terkumpul dari asuransi sampahnya. Alasannya itu ada staf yang mencatat. Untuk asuransi sampah, Gamal dan tim menolak jika ada anggota yang hanya menyetor uang saja, harus setor premi dengan sampah.

“Ke depan kami ingin ini direplikasi secara masif ke banyak lokasi. Kami sudah bentuk tim replikator yang siap mendampingi,” tegasnya. Hingga saat ini belum ada kerjasama dengan perusahaan asuransi tertentu.

Saat diwawancara (Februari), Gamal mengatakan sedang penjajakan kerjasama dengan BPJS Kesehatan. Dikatakan Gamal, BPJS Kesehatan premi paling murah Rp 25 ribu. “Premi kami kalau dihitung masih lebih tinggi dari minimal itu, saban Sabtu kan setor sampah, yang nilainya minimal 10 ribu rupiah,” katanya. Artinya sebulan nilai premi sekitar 40 ribu. Replikasi ini dalam waktu dekat akan ke Medan dan Makasar.

Penghargaan dari Inggris yang diterima Gamal belum lama ini, menurutnya menjadi pemicu untuk lebih baik. “Saya sebelumnya direkomentasi oleh organisasi Asosiasi Wirausaha Sosial (Asoka), saya dimasukkan kandidat. Lalu diseleksi dari puluhan, saya masuk 14 besar, konsep dan administrasi dan sebagainya, baru kemudian diseleksi wawancara,” katanya. Baru masuk ke 7 besar, yang dari sana mendapat virtual learning programe, oleh Universitas Cambrige selama satu bulan. Baru kemudian ke Inggris, di sebuah universitas, lalu presentasi final di Unilever. Sekitar 511 kandidat yang harus bersaing dengan Gamal di sana yang datang dari 90 negara. Gamal berhasil meraih juara pertama. Untuk itu dia berhak atas hadiah 50 ribu Euro, plus pelatihan-pelatihan untuk pengembangan gagasannya ini dan mentoring Cambrige selama setahun. Dia juga mendapat gelar entreprenuer dari Kerajaan Inggris.

Gamal (24 tahun), wirausahawan muda asal Kota Malang, Jawa Timur meraih penghargaan “The Prince of Wales Young Sustainability Entrepreneur” dari Pangeran Charles di Inggris, menyisihkan 511 wirausaha peserta dari 90 negara.

Menurut Gamal, di London, 1 Februari 2014 lalu, penghargaan itu diumumkan Pangeran Charles dalam upacara di Istana Buckingham bersama CEO Unilever, Paul Polman, dan Vice Canchellor dari Universitas Cambridge, Professor Sir Leszek Borysiewicz di hadapan pemimpin organisasi dan perusahaan internasional lainnya.

Gamal mengaku, dirinya terpilih sebagai wirausahawan yang memberikan pelayanan kesehatan di masyarakat dengan sistem Klinik Asuransi Sampah di Kota Malang.

“Saya ingin memberikan ucapan selamat hangat saya untuk Gamal Albinsaid untuk inisiatifnya yang menakjubkan,” kata Pangeran Charles dalam acara pemberian penghargaan pada Jumat lalu sebagaimana sampaikan Gamal. Pangeran Charles, kata Gamal, mengakui ide itu yang menangani dua masalah pada saat yang bersamaan, yaitu sampah dan kesehatan, adalah hal yang luar biasa.

Meski begitu, katanya, penghargaan itu tidak penting, bahkan berbahaya karena bisa merusak niat dan ketulusan. “Karena banyak di antara kita memulai pekerjaan dengan niat yang ikhlas, namun tidak banyak yang bertahan dengan keikhlasannya,” katanya.

Penghargaan berupa The Prince of Wales Young Sustainability Entrepreneur diterima Gamal setelah melalui seleksi ketat dari tujuh finalis Unilever Sustainable Living Award di seluruh dunia yaitu Anu Sridharan dari India, Blessing Mene dari Nigeria, Surya Karki dari Nepal, Isabel Medem dari Peru, Curt Bowen dari Guatemala, dan Manuel Wichers dari Meksiko.

Gamal memperoleh hadiah sebesar 50.000 Euro sebagai dukungan finansial dan paket mentoring dari Universitas Cambridge yang dirancang secara individu.

Program penghargaan internasional ini didesain untuk menginspirasi pemuda di seluruh dunia untuk menyelesaikan isu lingkungan, sosial, dan kesehatan.

Kompetisi ini mengundang wirausahawan yang berusia di 30 tahun ke bawah untuk memberikan solusi yang menginspirasi, praktis dan jelas untuk membantu mewujudkan hidup berkelanjutan. (***)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved