Editor's Choice

PT Martina Berto Tbk: Dorongan Sang Founder untuk Menjadi Perusahaan Hijau

PT Martina Berto Tbk: Dorongan Sang Founder untuk Menjadi Perusahaan Hijau

Pabrik kosmetik dan obat tradisional, PT Martina Berto Tbk. (MBTO), mengandalkan bahan baku lokal, sebagian organik, sebagai ciri khusus kehijauannya. Diterangkan oleh sang pendiri dan komisaris utama, Martha Tilaar, upaya hijau perusahaannya yang didasari falsafah Tri Hita Karana itu mulai gencar pada tahun 1995 silam. Komitmennya meliputi ide, anggaran, jejaring, hingga sarana pendidikan.

Ke depannya, wajah hijau macam apa yang mau ditunjukkannya melalui perusahaan tersebut? Simak penuturannya kepada Rosa Sekar Mangalandum berikut ini:

Pabrik 'hijau" Grup Martha Tilaar

Pabrik ‘hijau” Grup Martha Tilaar

Sejak kapan MBTO mulai menggalakkan pengelolaan lingkungan sebagai bagian dari perusahaan?

Praktik ini makin ditekankan pada 1995, saat kami mulai mencari sertifikat internasional. Kami tidak hanya mengaitkan pelestarian lingkungan dengan merek kami, tetapi juga menggabungkannya dengan pelestarian budaya.

Hasilnya, tahun 1996, kami memperoleh ISO 9000. Kemudian memenuhi cara produksi kosmetik dan jamu yang baik (GMP) di level ASEAN. Pada tahun 2000, kami mendapat ISO 14001. Memang terus-menerus.

Dalam hal apa saja Anda mempengaruhi atau menginspirasi pengelolaan lingkungan di MBTO sebagai perusahaan hijau?

Saya berangkat dari kearifan lokal untuk go global. Maka, filosofi Tri Hita Kirana (falsafah tentang hubungan antara manusia dengan lingkungan, sesama, dan Tuhan) menjadi inspirasi dasar untuk pengelolaan lingkungan yang dilakukan perusahaan. Saya kira, ini masih up-to-date supaya perusahaan menjadi hijau secara berkelanjutan.

Saya mempelajari kearifan lokal dari eyang saya. Ia mengajarkan, kalau memakai tanaman dari alam, kita harus menanam kembali dan harus berbagi. Dengan demikian, benar-benar memperhatikan bumi ini sehingga seimbang antara 3P (planet, people, profit).

Sejauh apa Anda mempengaruhi keputusan manajemen perusahaan untuk mengelola lingkungan?

Ide-ide saya masih ada terus hingga kini. Saya pernah sampai punya ide agar petani di Indonesia punya nilai tambah. Jadi, kami latih mereka dengan metode tanam organik. Waktu itu, bekerja sama dengan Bungaran Saragih, Menteri Pertanian dulu (selama 2001-2004 Kabinet Gotong Royong) dan mantan Rektor IPB. Kami berhasil menjangkau petani di 33 provinsi. Itulah keunggulan dari jejaring.

Apa saja inisiatif Anda untuk membangun MBTO menjadi perusahaan hijau?

Selain ide, saya juga menggalang kerja sama. Mendirikan sekolah. Mendirikan saingan juga. Prinsipnya, connect, collaborate, compete. Walaupun bekerja sama, tetap berkompetisi secara sehat pada akhirnya. Tapi, kami tetap eksis karena bisa sharing.

Apakah Anda membuat kebijakan untuk pendanaan kegiatan hijau perusahaan?

Itu sudah pasti. Setiap tahun, kami punya anggaran untuk 4 pilar: pemberdayaan perempuan, beauty green, beauty culture, dan beauty education.

Sebagai perusahaan hijau, apakah produk MBTO sudah berbahan baku organik semua?

Ada yang sudah bersertifikat organik, sedangkan ada juga yang masih dalam pelaksanaan. Ada yang sedang distandarisasi pula. Pasalnya, paten susah.

Perkebunan Grup Martha Tilaar

Perkebunan Grup Martha Tilaar

Apa program yang sudah, sedang, atau akan dilakukan atas inisiatif Anda sendiri agar MBTO benar-benar menjadi perusahaan hijau?

Kami membuat Kampoeng Djamoe Organik pada tahun 1998. Karena tiap musim hujan, Jakarta tergenang air. Dan saya lihat, anak-anak muda buang sampah di jalan seenaknya. Saya sangat prihatin. Saya betul-betul force inisiatif ini pada manajemen. Saya ajak CEO-nya berunding. Mulai tahun 1998, kami mengubahnya dari tanah marginal menjadi kebun.

Kami juga punya program pelestarian air di Sungai Gajahwong, di Yogyakarta. Di situ ada bank sampah. Jadi, kami membuat pemanfaatan sampah lebih banyak agar menjadi pendapatan buat masyarakat.

Ini akan meluas nanti. Akan dilakukan program pendidikan hidup sehat dan bersih di daerah Kampung Melayu dengan RS Hermina Jakarta. Ada pula program UN CEO Water Mandate di Cilincing dengan Indonesia Global Compact Network.

Apa dukungan yang Anda harapkan dari pemerintah?

Sebenarnya pemerintah melakukan banyak penelitian. Tapi, tidak terbuka atau tidak terkomunikasikan. Kalau begitu kan, susah.

Maka, di antara mahasiswa-mahasiswa, jiwa inovasi harus kita tingkatkan juga. Sebab, semua bahan baku berasal dari Indonesia. Maka, aplikasi BPPT mesti lebih optimal. Dan kinerja mereka harus dihitung. §


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved