Editor's Choice Entrepreneur

Putra Andrean: Mengamati dan Belajar dari Kompetitor

Putra Andrean: Mengamati dan Belajar dari Kompetitor

Dibiasakan untuk mau mencoba segala jenis makanan, membuat Putra Andrean tertarik dengan dunia Food & Beverages. Untuk mencapai passion tersebut, membuat anak laki-laki satu-satu dari Johnny Andrean ini, mengambil studi double major, Finance dan Enterpreneurship, di San Fransisco. Langkahnya tersebut semakin dimantapkan dengan ikut terjun mengelola J.CO sebagai barista usai kuliah selesai. Anak kedua dari empat bersaudara ini, kini menjabat sebagai CEO Roppan dan Operation and Product Development Manager J.CO. Hal ini menyadarkan pria kelahiran tahun 1988 ini untuk terus belajar, mengingat tanggung jawabnya sebagai penerus ayahandanya. Berikut penjelasan lengkap Putra kepada Destiwati Sitanggang dari SWA Online:

Putra Andrean, CEO Roppan

Putra Andrean, CEO Roppan & Operation and Product Development Manager J.CO.

Apa saja yang dipegang?

Saya pegang Roppan dan J.CO. Kalau di Roppan saya sebagai CEO dan di J.CO saya lebih ke Operation and Product Development Manager.

Sejak kapan mulai bergabung?

Saya mulai bergabung di Roppan itu sekitra 2,5 tahun yang lalu, kalau di J.CO mulai sejak 2010.

Pernah bekerja di tempat lain sebelumnya?

Saya lulus kuliah langsung ke J.CO. Saya tidak sempat sempat bekerja di tempat lain. Jadi saya lulus kuliah tahun 2010.

Memang dari awal berniat untuk bergabung mengelola bisnis keluarga?

Jadi, waktu saya mulai, saya diminta oleh papa untuk membantu dulu. Saya diminta untuk belajar. Saya mulai belajar dari J.CO. Saya mulai dari bawah sebgai barista, membuat kopi. Jadi saya ditempatkan di bagian operation. Saya juga juga memakai topi dan memberikan donat untuk costumer. Keluarga saya kalau melihat suka menunjuk-nujuk lalu tertawa.

Berapa lama di sana?

Saya di sana selama 1,5 tahun. Setengah tahun saya di bagian operation, 1 tahun saya bekerja sebagai manager. Setelah itu saya dari J.CO saya pindah ke Roppan. Roppan ketika itu baru mulai dikembangkan oleh papa. Satu tahun pertama Roppan buka, saya masih di. J.CO. Setelah satu tahun Roppan berjalan, papa melihat bahwa Roppan ini memiliki potensi untuk dikembangkan. Saya ditugaskan untuk mengambil alih Roppan sebagai CEO-nya. Tapi, sekarang juga masih di J.CO.

putra Andrean (tegak)

Apakah ada perlakukan khusus ketika Anda turun di bagian operation?

Kalau staf lain agak segan, tetapi waktu saya turun ke lapangan, saya selalu melakukan hal yang sama dengan mereka. Dalam bekerja saya juga menganggap mereka sebagai teman. Mereka sudah lebih lama dan saya masih baru, saya juga banyak bertanya kepada mereka.

Niat untuk turut bergabung dari dari orang tua atau dari diri sendiri?

Memang niat saya sendiri, karena saya tertarik dalam F & B.

Apakah ada niat bekerja di tempat lain?

Tadinya saya sempat kepikiran bekerja di tempat lain. Keadaannya, saya sudah terlalu terjun di perusahaan. Setelah saya pikir lagi, jika saya buang waktu saya bekerja di luar, takutnya papa kekurangan orang.

Boleh saya tahu background pendidikannya?

Background pendidikan saya, saya ambil double major, Finance dan Enterpreneurship, masuknya ke business management, di San Fransisco. Itu saya yang pilih untuk mendukung niat saya mengembangkan F & B. Karena saat itu memang papa saya sedang mengembangkan J.Co dan ini brand yang kita bangun sendiri. Saya ingin menjadi entrepreneur seperti papa saya.

Apa yang membuat Anda tertarik masuk di F & B?

Karena sejak saya kecil, papa saya sudah mengajarkan saya untuk doyan makan, jadi setiap ada makanan saya diminta untuk mencoba. Karena memang sejak kecil saya termasuk orang yang suka memilih makanan. Jadi ketika masih kecil papa saya mengajar saya, kalau jadi orang kita tidak boleh pilih-pilih. Makanan harus semua dicoba, sejak itu saya mencoba semua makanan, jadi saya lumayan mengerti mana yang enak dan tidak enak. Karena untuk mengetahui mana makanan yang enak, maka kita harus berani mencoba, bukan pilih-pilih. Bisa dikatakan, saya memiliki six sense, untuk memprediksikan makanan apa yang akan laku dan berhasil. Di situlah awal mula passion saya di makanan mulai keluar. Ketika papa saya mulai mengelola bisnis F & B, saya mulai mengikuti jejak papa saya tentang business management, bagaimana menjalankan bisnis.

Penempatan Anda di bagian operation di J.CO atas kehendak siapa?

Keinginan keduanya, karena memang saya pikir, karena ingin mengerti semuanya, kita harus memulai dari bawah. Dan saya juga maunya bisa menguasai semuanya, bukan hanya dari sisi manajemen di atas, tapi juga dari sisi operasional. Kalau tidak mengerti sisi operatsioanl bagaimana bisa menjalankan bisnis.

Tidak ada keluhan?

Tidak mengeluh, tapi memang di awal merasa capek. Tapi saya mengetahui bahwa itu merupakan sebuah proses untuk belajar.

Apa poin yang didapatkan saat ditempatkan di bagian operation?

Pertama, customer services itu sangat penting, kalau servis kita jelek, customer akan komplain dan tidak akan mau kembali lagi. Kedua, kecepatan dalam melayani dan penyajian makanan kepada customer. Ketiga adalah kualitas produk. Saya sadar bahwa kualitas produk memang harus selalu dijaga. Jika tidak sesuai standar, maka customer akan komplain dan hal itu akan mengakibatkan penjualan turun karena customer tidak ingin kembali.

Dalam mengelola J.CO terobosan apa yang telah dilakukan?

Saya membantu memperlancar beberapa hal di bidang operation seperti seperti cara membuat produk atau SOP yang bisa memudahkan karyawan dalam bekerja agar lebih cepat dan efisien. Hal-hal yang bisa mengurangi waktu kerja dan servis ke customer lebih cepat. Yang kedua, saya membantu beberapa produk seperti J.Coffe. Awal mula kopinya dari luar, ketika saya masuk saya membantu membuat kopi khas J.CO sendiri. Itu ide dari saya dan saya membantu mengembangkan juga.

Lalu, apa terobosan yang dilakukan di Roppan?

Kalau di Roppan ada cukup banyak. Kondisinya Roppan masih baru dan identitas dirinya masih kurang. Dasarnya kita ingin membuat konsep restoran dan juga hang out, saat itu Roppan dipandang masih kurang rapi. Roppan itu pertama kali di bidang restoran, kita berpikir kalau di restoran semua makanan bisa masuk, ternyata salah. Kalau kita masuk ke bidang makanan kita harus fokus, makanan apa yang harus kita sajikan. Roppan itu memang restoran a la Jepang, maka saya arahkan makanannya ke arah rasa Jepang.

Jadi, ada beberapa makanan yang saya hapuskan dan saya ganti resep dan rasanya yang saya diskusikan dengan spesialis saya. Dan akhirnya lari ke makanan a la bento, ramen, udon, sushi, dan ada juga T-Pan, rotinya Roppan. Dulu roti ini terlalu besar dan harganya kurang bersahabat dengan customer. Saya posisikan diri saya sebagai customer dan saya perhatikan keluhan tersebut, akhirnya saya ciptakan produk yang baru. Produk baru ini saya sesuaikan dengan kebutuhan customer. Setelah melakukan penyesuaian produk dengan customer, barulah Roppan mulai berkembang.

Perubahan apa yang terjadi di Roppan setelah itu?

Untuk perubahan itu, saya memerlukan waktu satu tahun dari awal saya masuk Roppan. Sebelum saya pegang, penjualannya Roppan itu agak menurun sedikit, sejak saya ambil kendali pertumbuhan Roppan sekarang sudah sekitar 80%.

Kalau dari gerai berapa jumlah toko Roppan sebelum dan sesudah Anda kelola?

Sekarang sudah ada 13 toko, sebelumnnya ada 3 toko. Membangun dari 3 ke 10 itu membutuhkan waktu 2 tahun.

Itu sistemnya franchise?

Saat ini Roppan belum ada rencana di franchise, semua masih kita kelola sendiri.

Strategi lain yang diterapkan untuk Roppan?

Saya juga melakukan perubahan di SOP. Ketika itu manajernya dikatakan kurang tegas, saya terapkan beberapa peraturan yang mereka harus lakukan di toko, untuk menjaga kualitas, customer service. Seperti check reservation. Beberapa peraturan agar toko itu dapat berjalan 100% tanpa harus supervisi saya. Selain itu, dari segi produk, setiap 3 bulan sekali kami melakukan review tentang produk yang kurang berjalan dan paling diminati. Dalam 3 bulan sekali juga, kami selalu mengeluarkan menu baru baik dari produk maupun rasa. Dalam menentukan rasa, kami menggunakan chef dari Jepang, tetapi saya yang membantu dalam menentukan rasanya.

Adakah tantangan dalam mengelola Roppan maupun J.Co?

Tantangan selalu ada, karena bisnis ritel ini selalu berhubungan dengan orang, dan berhubungan langsung dengan customer. Kita sebagai perusahaan selalu membutuhkan banyak orang. Bisnis itu berbicara tentang bagaimana cara berhubungan dengan orang. Jadi, saat ini yang saya fokuskan bagaimana cara berhubungan dengan orang, bagaimana cara saya menunjukkan kepada karyawan-karywan lain dan teman kerja saya, bahwa saya mambantu untuk memimpin tim. Saat ini juga harus banyak belajar juga.

Target untuk Roppan?

Tahun 2014, kami berencana menambah toko di dua lokasi lagi di luar kota. Sampai akhir tahun, saya harapkan dapat meningkatkan penjualan 120% dari awal saya masuk Roppan.

Kalau belajar dari siapa?

Kebanyakan dari papa saya. Saya lebih banyak dengar kalau papa sedang meeting atau menemui customer dan juga rekan bisnis. Saya mendengar apa yang dibicarakan, apa yang dilakukan, saya juga melihat bagaimana cara papa merespons dalam setiap situasi.

Sejak kapan diikutsertakan dalam meeting?

Sebelum saya bergabung, saya sudah sering diajak meeting. Memperhatikan, karena kalau mau belajar cepat kita harus terjun langsung ke lapangan. Setiap ada kesempatan, beliau mencoba mengajak saya.

Nilai apa yang diambil dari orang tua dalam menjalankan bisnis?

Pertama, beliau orang tegas dan tajam. Seperti, orang boleh berbicara bertele-tele, tapi beliau bisa langsung tahu maksud orang itu apa. Jadi, tidak perlu banyak-banyak bicara, bisa langsung to the point. Lalu, beliau orangnya cepat mengatasai masalah. Ketika ada masalah cepat langsung ditindaklanjuti. Sebagai businessman, kalau ada apa-apa itu tidak boleh ditunda. Masalah harus diselesaikan saat itu juga, kalau tidak masalah itu akan menumpuk dan kita tidak akan bisa berkembang.

Apa target Anda untuk Roppan?

Kalau bisa dikembangkan sampai di luar kota lain yang ada potensi untuk berkembang. Karena saya melihat di luar kota haus akan entertainment dan makanan baru. Saya pikir, dari berkompetisi di Jakarta yang sudah cukup banyak, saya mau mengembangkan brand-nya di luar kota. Roppan sekarang ada di Jakarta 9 toko, Bandung 2 toko, sisanya Bali dan Makassar.

Sulit tidak mengembangkan brand sendiri dan Indonesia?

Menurut saya tidak terlalu sulit. Semua tergantung dari diri kita. Kalau kita memiliki passion dan detail, memiliki ambisi untuk maju, menurut saya brand apapun yang diciptakan di Indonesia bisa berkembang. Ambisi kecil dan visi hanya segitu saja, serta terlalu cepat puas, sulit untuk berkembang. Jadi kuncinya hanya satu, memiliki ambisi yang besar dan visi yang jauh.

Apa suka duka dalam berbisnis ini?

Kalau masuk di bisnis ritel, setiap hari itu bekerja, tidak ada libur. Bahkan di saat hari libur, saya sendiri kadang-kadang harus ikut turun memantau toko, padahal justru di hari libur itu saat-saat toko lagi rame-ramenya. Jadi, kita harus memperhatikan toko di saat ramai, yang justru di saat ramai itu masalah-masalah itu keluar. Ketika saya memperhatikan, saya harus menyiapkan solusi bukan hanya menyuruh orang saja. Saya berpikir, ketika ke depannya saat toko ramai, masalah ini tidak terulang.

Sebagai orang muda, bagaimana membagi waktu luang untuk kehidupan sosial dan bekerja?

Kadang-kadang ambil off. Saya izin ke papa, big boss, kalau diizinkan baru saya ambil off. Papa saya juga orang pengertian, saya masih muda, saya masih ingin bersosialisas dengan teman-teman. Jadi, papa masih memberikan saya ruang yang cukup lega untuk saya tetap bisa bekerja sekaligus enjoy dengan kehidupan sosial saya.

Sekarang sudah terjun ke bisnis, apakah ini bentuk suatu persiapan untuk menjadikan Anda sebagai penerus?

Ya memang papa saya ke depannya ingin saya kembangkan bisnisnya. Mungkin, saya ditempatkan di J.Co dan Roppan, beliau ingin mempersiapkan saya untuk dapat mengembangkan brand yang kita miliki memiliki masa depan yang lebih besar lagi. Pasti setiap orang memiliki harapan terhadap anaknya. Saya punya tanggung jawab sebagai anaknya untuk membantu mengembangkan bisnis orang tua.

Bagaimana cara Pak Johnny mempersiapkan Anda sebagai penerus?

Papa selalu meminta saya mendengarkan dan banyak melihat, karena saya masih banyak belajar maka saya harus banyak mendengar, terutama dengan orang tua yang memiliki pengalaman yang lebih besar. Jadi, saya tidak boleh menganggap diri lebih pintar dibandingkan orang lain. Saya harus siap mendengarkan masukan dari orang lain.

Apa memang pernah terucap dari orang tua, bahwa Anda akan meneruskan bisnis orang tua?

Bilang begitu tidak. Dalam hati, saya bisa mengerti apa kemauan beliau dan saya sendiri memang mau untuk meneruskan bisnis.

Adakah mentor lain untuk belajar?

Kalau mentor tidak ada, saya kebanyakan belajar sendiri. Saya lebih banyak menyimak situasi, orang-orang, dan belajar dari kompetitor. Dan belajar dari kompetitor itu sangat penting karena bisa dikatakan, kalau kompetitor itu orang yang hebat karena mereka masuk ke sini, pasti ada sesuatu dalam diri mereka yang bisa kita pelajari. Saya lebih banyak mengamati kompetitor, apa yang mereka lakukan bisnis, marketing, operasional toko. Hal itu buat saya adalah pelajaran. Saya juga belajar dari staf dan manajer saya, kadang mereka yang memberikan input. Sesuatu yang tidak saya perhatikan, mereka sampaikan dan mereka juga bantu saya memberikan ide. Itu masukan untuk saya.

Apakah pesan dari orang tua saat Anda terjun ke bisnis?

Dari kecil orang tua saya mengajarkan saya unutk selalu sopan santun dan menghargai orang lain, apapun posisi mereka. Selain itu, mereka juga mengingatkan untuk tidak meremehkan orang lain. Jadi ketika saya mulai bekerja, saya tidak pernah menganggap diri saya lebih hebat dibandingkan orang lain. Dengan staf-staf lain di toko, saya menyamakan posisi saya dengan mereka. Saya datang ke sini untuk bekerja, bukan untuk menjadi bos.

Apakah Anda siap jika kelak harus menggantikan posisi orang tua Anda?

Siap tidak siap, kita harus selalu siap. Saya tidak tahu kapan, papa saya akan menyerahkan atau ingin istirahat. Oleh karena itu, sampai saat ini, saya ingin terus berkembang dan belajar.

Persiapan apa yang Anda lakukan?

Persiapan dari dalam diri saya, saya harus bisa mengelola dan mengatur waktu lebih baik lagi. Saya juga harus bisa peka dalam mengatasi orang dan beradaptasi dengan cepat, mengingat bisnis yang terus berubah. (***)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved