Editor's Choice Entrepreneur

Quick, Perusahaan Keluarga Penyumbang Pajak Terbesar di Yogya

Quick, Perusahaan Keluarga Penyumbang Pajak Terbesar di Yogya

Tidak hanya perusahaan Penanaman Modal Asing (PMA) yang bisa berkontribusi pada negara Indonesia dengan pembayaran pajak yang besar. Perusahaan Modal Dalam Negeri (PMDN) pun bisa memberikan dana segar kepada negara dalam bentuk pajak yang besar.

Hal tersebut yang ingin dibuktikan oleh perusahaan keluarga CV Karya Hidup Sentosa (Traktor Quick), yang selama 15 tahun terus eksis mendapat penghargaan dari Pemkot Yogyakarta sebagai perusahaan taat pembayar pajak.

Namun sayangnya Hendro Wijayanto, Direktur Utama Quick tidak mau menerangkan berapa besaran pajak yang diberikan kepada Pemkot Yogyakarta. Yang jelas menurutnya, perusahaan yang ia pimpin sejak Oktober 1987 itu menjadi perusahaan penyumbang pajak terbesar di Yogyakarta.

Hendro Wijayanto, Direktur Utama PT Karya Hidup Sentosa (Quick)

Hendro Wijayanto, Direktur Utama PT Karya Hidup Sentosa (Traktor Quick)

Kemudian Hendro, yang akrab disapa Bimbin, menegaskan kepada SWA Online bahwa perusahaan PMDN pun mampu untuk berkontribusi bagi negara. Sebab, menurutnya selama ini yang sering didengar oleh pemerintah adalah perusahaan PMA yang dianggap dapat menambah penghasilan bagi negara. Sementara keberpihakan pemerintah terhadap produk nasional masih sangat kurang.

“Kondisi saat ini, baik masyarakat dan Pemerintah tidak bisa membedakan antara produk nasional dan produk buatan dalam negeri. Dalam jangka pendek perusahaan PMDN tetap menguntungkan bagi negara,karena deviden dan gaji manajerial tetap di Indonesia, tidak dibawa keluar negeri, apalagi dalam jangka panjang,” jelas Bimbin kepada SWA Online lewat jaringan telepon (23/10).

Dalam mengenali produk yang dipasarkan di Indonesia, Bimbin menjelaskan bahwa ada beberapa kategori produk yang beredar di pasaran Indonesia. Pertama, produk impor; kedua, produk impor berlabel di Indonesia;ketiga produk dari produsen PMA (Penanaman Modal Asing); keempat, produk dari produsen PMDN (Penanaman Modal Dalam Negeri).

Menurutnya, produk impor yang berlabel di Indonesia tidak jauh berbeda dengan produk impor. Namun produk tersebut seringkali dianggap sebagai produk Indonesia, padahal sejatinya produk tersebut bukan produk nasional.

Sementara produk dari PMA menurutnya terlalu bahaya jika Indonesia menggantungkan pada perusahaan PMA. Memang, dapat menyerap tenaga kerja Indonesia, tetapi tenaga kerja manajerial & teknik tetap dipegang oleh SDM asing. Selain itu, terjadi alih teknologi secara terbatas, hanya proses produksi, sedangkan untuk proses desain dan pengembangan produk tidak dilakukan alih tehnologi.

Dalam jangka panjang, ketika perusahaan PMA sudah memenuhi pasar yang besar di Indonesia, akan ekspor ke negara lain. Bila skala ekonomi di negara lain cukup, mereka akan mendirikan pabrik di negara itu. Nah, pada saat Indonesia mengalami high cost yang disebabkan berbagai penyebab seperti peningkatan nilai tukar uang, kenaikan gaji buruh, perusahaan akan menutup usaha di Indonesia.

“Akibatnya Indonesia akan mengimpor dari negara itu. Dividen akan diterima oleh negara pemilik PMA. Tenaga kerja manajerial yang digunakan di pabrik negara lain, tetaplah tenaga kerja dari negara pemilik PMA, tidak ada lagi tenga kerja Indonesia yang bekerja di perusahaan tersebut. Akhirnya Indonesia tidak mendapat apa apa,” ungkap Sarjana Ekonomi dari Universitas Gadjah Mada itu.

Untuk menjelaskan kepada publik bahwa produk traktor Quick adalah produk nasional, maka yang dilakukan Bimbin adalah mengedukasi masyarakat lewat tagline ‘Produk Nasional Sejak 1953’ yang selalu disematkan dalam setiap kampanye dan promosinya kepada semua kalangan.

“Semua karyawan kami adalah tenaga kerja dari Indonesia dari berbagai disiplin ilmu, yang kami rekrut secara profesional dan selektif dari berbagai perguruan tinggi ternama di Indonesia, khususnya daerah Yogyakarta,”jelas Bimbin bangga.

Terkait dengan komponen dan bahan baku perakitan produk, Bimbin mengaku ada beberapa bahan baku yang terpaksa diimpor dari negara lain karena tidak diproduksi di Indonesia. Seperti komponen yang jumlahnya tidak lebih dari 10%. Sedangkan untuk material dan besi batangan yang digunakan untuk produksi Quick diambil dari berbagai perusahaan dalam negeri seperti Krakatau Steel.

Meski sudah memberikan sumbangsih yang nyata pada negara, namun Bimbin mengaku dalam perjalanan bisnisnya masih terkendala oleh berbagai hal, salah satunya adalah infrastruktur. Seperti jaringan listrik, jaringan gas dan logistik.

“Untuk jaringan listrik, kami harus membiayai sendiri jaringan transmisi listrik dan menghibahkan jaringan tersebut ke PLN tanpa kompensasi. Jaringan gas tidak tersedia, padahal tenaga gas bisa menghemat energi. Biaya logistik, perijinan dan retribusi masih terlalu tinggi,” ungkap Bimbin.

Sebagai perusahaan nasional dan bagian dari perusahaan PMDN, Bimbin berharap pemerintah dapat lebih fokus untuk membela produk-produk nasional yang diproduksi oleh PMDN. (EVA)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved