Editor's Choice Next Gen

Raymond Tedjokusumo Babat Alas di Belantara Gadget Indonesia

Raymond Tedjokusumo Babat Alas di Belantara Gadget Indonesia

Pasar telepon seluler (ponsel) Indonesia sudah dikerumuni puluhan merek asing ataupun lokal. Namun, itu tak menghalangi keluarga Tedjokusumo — yang kondang lewat berbagai produk jeroan dan aksesori komputer serta laptop bermerek SPC — ikut terjun. Malah, mereka sangat serius menggarapnya. Kesungguhan Satrijo Tedjokusumo, pendiri sekaligus CEO PT Supertone yang menaungi SPC, ditunjukkan dengan memanggil pulang anak bungsunya, Raymond Tedjokusumo, lima tahun silam. Padahal, saat itu si bungsu dari empat bersaudara itu tengah asyik berkarier sebagai auditor di kantor akuntan publik PWC di Australia usai menamatkan kuliahnya di Jurusan Bisnis dan Teknologi Informasi, Melbourne University, Melbourne, Australia.

Melihat keseriusan sang ayah, Raymond pun patuh pulang kampung. Di Jakarta, pria bertubuh jangkung itu langsung membesut divisi SPC Mobile sebagai kendaraan PT Supertone untuk menjelajahi pasar ponsel, tablet, power bank dan modem di Indonesia.

Raymond Tedjokusumo

~~

Sama seperti ayahnya, pria lajang berusia 30 tahun yang dibesarkan di Singapura itu sangat bersungguh-sungguh menggarap bisnisnya. Untuk itu, ia terlebih dulu meriset pasar selama dua tahun. Dari sana, ia menemukan formula yang tepat untuk memasuki pasar ponsel Indonesia. “Kami mengandalkan harga yang bersaing, komponen yang berkualitas serta layanan pascajual. Itulah yang selama ini menjadi keunggulan produk-produk SPC hingga kami dipercaya konsumen dan dealer,” ujar pria yang murah senyum itu saat diwawancarai SWA di sela-sela acara peluncuran toko aplikasi online SPC Store sekaligus buka puasa bersama media di kafe Bloeming, FX Mall, Jakarta Selatan, di pengujung Juli lalu.

Pernak-pernik produk SPC Mobile pun turut dirancang Raymond bersama tim desain serta tim pabrikasinya di Kota Shenzhen, Provinsi Guangdong, China, serta fasilitas penelitian dan pengembangan sekaligus pabrik lokal Supertone di Bitung, Tangerang. Raymond mengaku harus terjun langsung karena dia dan timnya yang paling memahami kebutuhan dan keinginan konsumen Indonesia. “Kami serius di bisnis ini,” kata Raymond, yang menduduki posisi Chief Operating Officer (COO) SPC Mobile. Pabrik di Shenzhen sendiri sesungguhnya merupakan kepunyaan Supertone yang dimiliki bersama mitra lokalnya. Keberadaan kedua pabrik Supertone itu membuat Raymond yakin mampu mengontrol kualitas produknya. Berbagai produk SPC Mobile juga dia garap agar selalu mengikuti arus selera pasar. Di awal kemunculannya tiga tahun lalu, SPC Mobile banyak menelurkan varian ponsel berpapan ketik QWERTY. Namun, kini produknya sebagian sudah beralih ke teknologi layar sentuh dengan sistem operasi Android.

Sebagai contoh adalah smartphone S7 Neo yang dibanderol Rp 1,3 juta. Smartphone dengan luas layar sentuh 4,5 inci ini dilengkapi sistem operasi Android 4.0 (Ice Cream Sandwich), kamera utama 2 MP serta kamera depan VGA. Adapun dayanya diperkuat dengan RAM 512 MB, konektivas 3G dan EDGE, memori internal 4 GB, dan dilengkapi slot yang mampu menampung microSD hingga kapasitas 32 GB.

Ada pula phablet atau tablet P5 Opera dengan layar sentuh 8 inci yang dijual seharga Rp 1,6 juta. Produk ini dilengkapi sistem operasi Android 4.1 (Jelly Bean), dual camera 2 MP, prosesor dual core 1GHz, RAM 1GB, serta memori internal 4 GB dengan slot microSD. “Karena itu, kami memakai tagline: No. 1 in Quality dan Kualitas Melebihi Harga. Kami memang ingin memberikan spesifikasi dan kualitas yang jauh melebihi harga yang dibayarkan konsumen,” ujar Raymond. Tentu, Raymond juga sadar, konsumen tak cuma mencari ponsel berkualitas baik, tetapi sekaligus yang mudah diperbaiki jika mengalami gangguan. Karena itu, ia mendirikan sembilan pusat pelayanan di delapan kota besar Indonesia seperti Jakarta, Bandung, Garut, Yogyakarta, Solo, Surabaya, Medan dan Cibinong. “Kami mau hadir dalam jangka panjang,” ujar pria yang menggemari olah raga golf itu.

Dia menyadari, persaingan di bisnis ponsel lokal sangatlah keras. Karena itu, ia berupaya selangkah lebih maju ketimbang pemain lain dengan memberikan nilai tambah bagi produk SPC Mobile. Caranya, dengan meluncurkan SPC Store, toko aplikasi online untuk ponselnya yang bisa diakses di apps.spc-mobile.com. Untuk menyemarakkan SPC Store, ia menggandeng para pengembang aplikasi melalui Kementerian Perindustrian dengan menggelar kuis dan game agar mereka tertarik bergabung di SPC Store. Kini, terdapat 160 aplikasi dari 50 pengembang di SPC Store yang bisa didapatkan secara cuma-cuma. Raymond berharap jumlah aplikasi akan meningkat hingga 1.000 buah tahun depan.

Memang, saat ini aplikasi yang ada tersedia gratis. Namun, ke depan, pasti akan muncul aplikasi berbayar. Untuk itu, Raymond telah memikirkan kemudahan akses bagi konsumen. Caranya dengan menerapkan sistem potong pulsa bagi peminat aplikasinya. Langkah ini ditempuh dengan menggandeng berbagai operator telekomunikasi. “Saya mendobrak pasar karena melihat kelemahan Google Play, yang hanya menerima kartu kredit. Padahal, kan pemegang kartu kredit di Indonesia cuma beberapa belas juta orang,” katanya beralasan.

Berbagai langkah itu memang tak mudah diwujudkannya. Namun, Raymond mengaku visinya memang ingin menjadikan SPC Mobile sebagai merek ponsel dan tablet besar di Indonesia. Dan, berkat kerja kerasnya selama lima tahun, ia sudah mulai melihat jalan terang. Pengapalan SPC Mobile meningkat pesat. Di awal kehadirannya, ia hanya bisa memasok pasar dengan 5 ribu unit produknya per bulan. Kini, jumlahnya sudah melejit hingga 150 ribu unit/bulan.

Raymond pun kini kian mantap menjalankan tugasnya sebagai COO SPC Mobile. “Ayah saya sudah mengajarkan cara berbisnis di Indonesia. Memang di sini kita harus fleksibel,” tuturnya.

Untuk mengetahui performa SPC Mobile di pasar, SWA menghubungi beberapa dealer utamanya di berbagai kawasan di Indonesia melalui telepon. Salah satunya Kawan Ponsel (KP) yang berlokasi di Jalan Hijas 179, Pontianak, Kalimantan Barat. Salah seorang karyawan KP memaparkan, sebagai dealer utama, KP bisa menjual 200 unit ponsel SPC Mobile per hari. “Itu kalau produknya baru meluncur. Namun kalau sudah seminggu atau sebulan di pasar, biasanya 50 unit/hari,” ungkapnya. Adapun unit SPC Mobile yang paling laris di KP adalah SPC S1 Link yang bersistem operasi Android Gingerbread 2.3 dengan layar sentuh 3,5 inci dan berharga Rp 525 ribu/unit.

Adapun dealer Rizki Phoneshop (RP) yang berlokasi di Jalan Mayor Salim Batubara 279 Palembang, Sumatera Selatan, mengaku bisa menjual 50 unit/hari. “Di berbagai daerah memang berbeda kondisinya. Di Palembang sini, kami dipenuhi berbagai merek. Jadi, konsumen banyak pilihan,” ungkap salah seorang karyawan RP yang meminta namanya tidak disebutkan. Di RP, ponsel SPC Mobile yang paling laris adalah C5 Gloss yang berbentuk candy bar dengan dengan harga Rp 200 ribuan. “Penjualan C5 bisa mencapai 40% dari total penjualan ponsel SPC Mobile di sini,” katanya.

Sutofan, pemilik toko ponsel Central Com di Mal Cibinong, Bogor, yang sekaligus menjadi dealer utama SPC Mobile di area tersebut, mengaku sudah menyalurkan merek tersebut sejak 2010. “Awalnya SPC Mobile booming di touch screen, kemudian bergeser ke candy bar. Sekarang yang booming Android untuk smartphone,” ungkapnya.

Sutofan juga menyebut ponsel SPC Mobile S1 Link dan C11 sebagai ponsel yang paling dicari konsumen. “Karena harganya terjangkau dan fiturnya termasuk lengkap, ada kamera, TV, layar lebar dan slot memory card,” tutur dia.

Sebagai dealer utama, Sutofan mengaku puas atas kinerja staf penjualan SPC Mobile yang dinilainya cukup baik. “Mereka cukup solid dan hingga saat ini tidak pernah ganti orang sehingga tidak banyak mengganggu proses kerja sama,” katamya. Tingkat kerusakan produk SPC yang dijualnya selama ini juga rendah, di bawah 1%. Jika ada kerusakan, konsumen tidak perlu menunggu lama karena suku cadang sudah tersedia. Ia berharap, SPC bisa lebih memperbanyak lagi varian ponselnya untuk melayani berbagai segmen. “Misalnya, anak sekolah yang suka games pilih Android, sementara anak kuliah sukanya tablet.”

Adapun Kartono, dealer utama SPC Mobile di area Tangerang, mengaku cukup puas atas pelayanan staf penjualan ponsel tersebut. “Staf penjualannya sering update mengenai produk baru dan terkadang juga menanyakan keluhan pelanggan,” kata pemilik Toko Ponsel Akar Jaya Abadi di Jalan Borobudur, Tangerang, Banten, itu.

Terkait pusat pelayanan, Kartono menilai pelayanan SPC Mobile cukup baik. “Layanan pascajual lebih cepat dibandingkan dengan kompetitor sejenis. Untuk hal ini, layanan pascajual SPC Mobile bisa dikategorikan sama dengan merek ponsel menengah-atas. Paling lama 2-3 hari masalah sudah bisa diatasi,” ujarnya.

Akar Jaya Abadi mampu menjual produk SPC Mobile hingga 100 unit/hari. “Kami kan dealer utama, jadi bisa menjual sampai 10 dus/hari. Satu dus isinya 10 ponsel. Yang paling laku model S1 Link,” ungkap salah seorang karyawannya.(*)

Eddy Dwinanto Iskandar


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved