Editor's Choice Youngster Inc Youngster Inc. Entrepreneur

Ribs & Bier Co.: Gairah Baru Fanny Nirmala

Ribs & Bier Co.: Gairah Baru Fanny Nirmala

Fanny Nirmala betul-betul tengah menikmati gairah hidup. Sumber gairah itu, tak lain, Restoran Ribs & Bier Co. Diakuinya, ia terjun di bisnis resto karena mulai merasa jenuh berbisnis kayu. Lulusan akunting dari Monash University, Australia ini memang diserahi keluarganya bisnis distributor kayu medium density fibreboard, yang kerap dipakai untuk membuat mebel. Ia bertugas memasarkan produk tersebut. Berkat kepiawaian Fanny dan timnya, sejumlah klien kakap berhasil digenggamnya seperti Vivere, Ligna dan Cellini.

Fanny Nirmala

Fanny Nirmala, pemilik Restoran Ribs & Bier Co.

Meski bisnis yang kini dijalankan kakaknya itu sukses dan meraup omset miliaran rupiah per tahun, bidang itu tampaknya bukan passion-nya. “Nah, restoran ini yang seru,” ujar dara berusia 30 tahun ini dengan mata berbinar.

Ia sendiri masih bingung kala ditanya motivasinya berbisnis resto. Namun, hal itulah yang ingin dilakukannya. Maka, sejak setahun lalu ia mencari konsep resto yang pas. Kebetulan pula, ayahnya yang pengusaha genset membeli dua ruko di kawasan Boulevard Kelapa Gading, Jakarta Utara, untuk investasi. Jadilah Fanny menempati salah satu ruko tiga lantai dengan luas total 240 m2 itu.

Dibantu permodalan oleh orang tua, ia lantas menyusun konsep resto yang pas untuk kawasan tersebut. Fanny merasa sebagai orang yang pernah bersekolah di kawasan Pulomas dan setiap hari mondar-mandir di Kelapa Gading. Ia pun jadi paham peta makanan dan konsumen di sana. Plus, dia memanfaatkan pertemanan untuk menyurvei pasar.

Hasilnya, dia melihat tidak ada resto yang menyajikan menu iga dan bir eksklusif dengan harga menengah. Padahal, di Kelapa Gading banyak apartemen yang dihuni ekspatriat Amerika Serikat, Belanda, Jepang dan Korea, yang notabene sangat akrab dengan Western food dan bir. “Apalagi, persis di samping kami, ada apartemen dan Kelapa Gading Sports Club, penghuni dan pengunjungnya banyak yang bule tuh,” katanya.

Dengan dibantu konsultan resto, akhirnya ia membuka Ribs & Bier Co. pada 9 November lalu. Menu andalannya adalah iga, steak serta bir lokal dan impor yang mencapai puluhan variannya. Bir yang namanya asing bagi kebanyakan peminum bir lokal seperti Erdinger, Hoegaarden, Stella Artois dan Leffe tersedia di sana, menemani barisan merek bir yang sudah familier di Indonesia seperti Bintang, Heineken dan San Miguel. Tersedia pula varian bir dengan berbagai rasa seperti peach, passion fruit, leci dan stroberi. “Di kawasan ini, meski ini daerah menengah dan menengah-atas, Anda tidak bisa membanderol harga makanan tinggi-tinggi,” tuturnya.

Fanny Nirmala

Karena itulah, untuk menu bir, ia membanderol dengan harga standar. Begitu pula menu makanannya yang bisa dikatakan cukup kompetitif di kategorinya. Contohnya, sepotong steak tenderloin dengan daging yang diimpor dari Selandia Baru dipatok Rp 125 ribu. Padahal untuk mendapatkan daging impor dengan kelembutan dan kelezatan serupa, di resto lain harganya bisa lebih tinggi. “Kami juga menyediakan menu breakfast dan kopi dengan harga hanya belasan ribu rupiah,” kata Fanny Untuk urusan citarasa, Fanny tak mau main-main. Krunya diperkuat chef berpengalaman di resto menengah, bahkan internasional. “Chef kami, Chef Indra, berpengalaman di Hard Rock Cafe dan pernah bekerja di Bahrain,” ujarnya. Kru lainnya pun berasal dari berbagai venue kelas atas seperti Hotel Hyatt.

Demikian pula, atsmofer resto digarap serius. Tiap lantai dilengkapi televisi layar lebar. Lantai dasar khusus untuk segmen umum, lantai dua untuk kawasan merokok dan duduk santai, lantai tiga khusus bagi komunitas acara nonton bareng. Karena itulah, lantai dua dilengkapi sofa yang nyaman dan lantai tiga dipersenjatai dengan proyektor yang ditembakkan ke layar sekitar 4 m2.

Dengan racikan strategi tersebut, meski Ribs & Bier baru dibuka, Fanny mengklaim hasilnya menggembirakan. Dalam masa soft opening saat ini, setiap hari rata-rata 60 orang menyambangi restonya yang berkapasitas 75 tempat duduk. Seperti dugaannya, sekitar separuh dari tamunya adalah ekspat.

Ribs & Bier dibuka sejak pukul 7 pagi hingga tengah malam. Di akhir pekan, tutup pukul tiga pagi. Para pekerja kantor biasanya membanjiri tempatnya pada jam-jam after hours atau sore dan malam hari. “Kalau pagi, banyak orang tua yang habis mengantarkan anaknya lalu sarapan di sini. Kebetulan depan ruko kami ada sekolah tuh,” ujarnya seraya menunjuk ke seberang jalan.

Untuk mendongkrak restonya, Fanny sudah menyiapkan rencana promosi. Selain lewat situs web, Facebook dan Twitter, ia berniat menggandeng beberapa bank untuk join promo dan berpromosi lewat beberapa media massa kawasan dan media massa kuliner.

Meski baru dibuka, Fanny juga sudah menyiapkan rencana kemitraan. Pasalnya, konsultan restonya sudah menyiapkan panduan operasional yang lumayan tebal, plus sistem pelatihan yang baik. “Sudah lengkap semua. Semoga tahun depan bisa dijalankan,” katanya berharap.

Eddy Dwinanto Iskandar


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved