Editor's Choice Youngster Inc. Self Employed

Sandy Karman, Desainer Grafis Berprestasi Internasional

Sandy Karman, Desainer Grafis Berprestasi Internasional

Kendati apresiasi terhadap karya desain grafis – khususnya seni poster – di Tanah Air masih rendah, Indonesia patut berbangga memiliki Sandy Karman. Ia adalah desainer grafis muda yang memiliki prestasi global.

Sandy Karman

~~

Awal tahun ini, misalnya, Sandy baru saja mengikuti pameran La Fette du Graphisme di Paris. Ajang penting ini menampilkan 300 karya seniman grafis dunia. Sandy merupakan satu-satunya seniman grafis dari Asia Tenggara yang diundang memamerkan karyanya di sana.

Di ajang internasional, Sandy sudah menorehkan jejak gemilang. Di tahun 2012, lima karya grafis Sandy terpilih sebagai finalis di ajang Golden Bee: The 10th Moscow Global Biennial of Graphic Design pada momen Moscow Design Week 2012. Perhelatan tersebut merupakan salah satu acara Global Graphic Design Biennial terbesar dan bergengsi di dunia yang berlangsung di Central House of Artists, Moskwa. Kelima karya Sandy yang terpilih berjudul Festival Teater Jakarta, A Post(er): Call for Entries, Molecular Gastronomy is Dead, 100 Years Phantom of the Opera, dan Festival of Sight & Sound 2011.

Sebelumnya, tiga karya lajang kelahiran 31 Maret 1983 ini juga terpilih di ajang 23rd International Poster Biennial Warsaw 2012, Polandia. Karyanya dipamerkan selama tiga bulan sejak Juni 2012 di The Poster Museum, Warsawa, Polandia. Warsaw International Poster Biennial merupakan kompetisi poster bienial tertua dan dianggap paling prestisius yang dibuka pertama kali pada 1966.

Selain itu, karyanya yang berjudul A Post(er): Call for Entries juga terpilih pada 10th International Poster Triennial di Toyama, Jepang. Karya tersebut dipamerkan di The Museum of Modern Art, Toyama sepanjang musim panas 9 Juni-3 September 2012. Karya Sandy menjadi bagian dari 398 poster terpilih dari 4.622 karya yang masuk. Sandy pun merupakan satu-satunya seniman grafis dari Indonesia yang karyanya bisa masuk ke festival tersebut.

Bagaimana lulusan Jurusan Desain Grafis dari Fakultas Seni Rupa dan Desain ITB ini bisa menjadi poster artist hebat di usia muda? “Sejak kecil saya memang suka menggambar,” ucap Sandy. “Ketika kuliah saya pilih desain grafis. Tetapi, saya sendiri tidak tahu desain grafis itu apa. Waktu itu saya ikut-ikutan saja karena banyak orang yang membicarakan,” tambah Sandy seraya tertawa.

Setelah menyelesaikan kuliah S-1 pada 2005, Sandy sempat bekerja di perusahaan iklan Leo Burnett Design dan Ogilvy One. Toh, ia hanya bertahan sekitar 1,5 tahun sebagai desainer grafis dan art director di kedua agensi periklanan itu. Jiwa seninya yang kuat mendorongnya berkreasi lebih bebas. “Ternyata dunia kerja tidak seperti yang saya pikirkan. Saya merasa bekerja bukan untuk membuat karya yang bagus, tapi cenderung kejar setoran,” ungkap penggemar jalan-jalan ini dengan raut muka serius.

Selepas kerja kantoran, Sandy menyalurkan hasrat seninya dengan membuat beberapa karya poster yang kemudian diikutkan ke kompetisi internasional. “Tahun 2008 saya berhasil menjadi juara,” katanya bangga. Dia pun membuka usaha jasa desain grafis. “Pelan-pelan saya mulai mendapatkan klien,” katanya seraya menyebutkan, para klien itu mengenalnya dari efek getok tular (word of mouth) ataupun mereka yang pernah melihat karyanya.

Menurut Sandy, selama ini ia tidak berpromosi untuk memperoleh klien. Yang pasti, ia tergolong rajin mengikuti berbagai acara pameran dan kompetisi desain poster. Hebatnya, kebanyakan pameran yang diikuti Sandy berdasarkan undangan. Misalnya, pada Januari lalu ia ikut pameran di Paris. Dari sana, ia pun mendapat ajakan untuk mengikuti pameran di Brasil. Sejauh ini sejumlah pameran bergengsi desain grafis pernah diikutinya, termasuk pameran di 7 museum seni dunia seperti di Jepang, Moskwa, Polandia, Prancis, Hong Kong, Finlandia dan Tiongkok.

Bagi Sandy, mengikuti pameran itu penting. Alasannya, selain untuk mengekspresikan hasil karya seninya sehingga beroleh pengakuan, Sandy pun ingin membuat perubahan lewat seni desain grafis. “Jika menjadi desainer grafis, kita mempunyai tanggung jawab untuk membuat dunia lebih baik dari segi desain. Karena sekarang ini yang terlihat di mana pun, kita dibombardir oleh sesuatu yang belum didesain dengan baik,” ujar Sandy. “Mimpinya, saya ingin membuat perubahan lewat desain grafis,” ia menambahkan.

Diakui Sandy, upaya untuk mewujudkan mimpinya itu cukup berat dan butuh waktu yang panjang. Sebab, di Indonesia karya desain grafis belum mendapatkan apresiasi yang pantas dari masyarakat dan belum dapat dukungan pemerintah. Ia melihat lulusan bidang desain grafis banyak, tetapi para pengguna jasa sendiri mengaku kesulitan mencari desainer grafis yang mumpuni.

“Orang yang memiliki kemampuan gambar yang jauh lebih jago dari saya itu banyak. Tetapi, untuk menjadi sukses dan mencapai apa yang dimimpikan, yang dibutuhkan bukan hanya skill,” ujarnya. “Para desainer grafis di Indonesia harus berani tampil dan mengambil positioning yang tepat,” ia menggarisbawahi.

Sandy sendiri sudah pantas berbangga dengan pencapaiannya. Kini ia telah dikenal sebagai desainer grafis jagoan, bukan hanya di Indonesia tetapi di dunia internasional. Tentu saja tawaran pembuatan desain poster pun berdatangan, baik proyek perorangan maupun korporasi. Wajarlah, tarif pembuatan desain poster Sandy cukup mahal, bisa di atas Rp 100 juta.

Toh, permintaan pembuatan logo, iklan, dan desain profil perusahaan, terus mengalir. Contohnya PT Panin Asset Management, yang selama tahun 2013 dan 2014 menggunakan jasa desain grafis Sandy untuk kepentingan promosi perusahaannya. Misalnya untuk desain iklan annual directory BEI 2013, desain folder map perusahaan, desain brosur, banner dan logo maraton, banner peluncuran produk Panin Dana Ultima, dan media produk Internet advertising. “Karya-karya yang dihasilkannya memuaskan,” ujar Lodevik Ludo Kartawijaya, Manajer Relationship PT Panin Asset Management.

Saat ini, Sanddy sendiri masih memendam ambisi agar bisa menjadi anggota International Graphic Alliance, organisasi desain grafis terkemuka yang berkantor di Swiss, yang dikenal elitis dan tertutup. Seorang desainer grafis baru bisa menjadi anggota aliansi ini jika direkomendasikan oleh anggota lain yang sudah masuk. “Saat ini saya sedang dalam proses nominasi untuk menjadi anggota aliansi ini. Saya dinominasikan oleh tiga desainer: Russel Fogel dari Swiss, Max Kisman dari Belanda, dan Ahn Sang Suu dari Korea Selatan. Kalau masuk, saya akan menjadi orang Asia Tenggara pertama yang jadi anggota aliansi ini,” ungkap Sandy bersemangat.

Ada pula mimpi Sandy lainnya. Ia mengauku ingin melakukan eksibisi tunggal di New York untuk pengakuan status sebagai seniman, dan mengadakan pameran di Ginza Graphic Gallery. “Dan, pastinya, saya ingin mempunyai galeri yang saya bangun sendiri,” kata desainer grafis yang karyanya berciri khas eklektik (bergaya Barat tetapi dengan sentuhan Asia) ini.

A. Mohammad B.S. & Destiwati Sitanggang

Riset: Rizki


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved