Editor's Choice Youngster Inc. Entrepreneur

Saskia Pratiwi dan Mutia Safrina, Mencecap Manisnya Bisnis Teh Thailand

Saskia Pratiwi dan Mutia Safrina, Mencecap Manisnya Bisnis Teh Thailand
Saskia Pratiwi dan Mutia Safrina

~~

Kesulitan kerap kali berubah menjadi peluang di tangan individu berjiwa kreatif. Seperti halnya yang dilakukan Saskia Pratiwi (28 tahun), pecandu racikan teh Thailand atau Thai tea. Ketika perempuan yang berdomisili di Bandung, Jawa Barat itu tiga tahun silam kesulitan mencari minuman kesukaannya yang bercitarasa kaya rempah, maka ia pun berkreasi meracik versinya sendiri. Ternyata, Thai tea racikannya tak cuma memuaskan dirinya, tetapi juga keluarga dan kerabatnya.

Dari orang-orang terdekatnya itu pula tercetus ide memasarkannya untuk umum. Setelah memberanikan diri melempar produknya pertama kali di ajang pemilihan rektor Institut Teknologi Bandung tahun 2011, hasil yang dicecap lulusan S-1 Desain Interior ITB itu pun cukup manis.

Akhirnya, Saskia bersama seorang temannya, Mutia Safrina (27 tahun), MBA lulusan dari SBM ITB, merambah pasar yang lebih luas dengan merek Addictea. Lagi-lagi, kesuksesan diteguknya. Addictea kini menjadi salah satu minuman ikonik di Bandung dengan omset ratusan juta rupiah per bulan.

Padahal, ketika memulainya, Saskia dan Mutia hanya bermodal uang tabungan Rp 5 juta. “Buat beli bahan baku dan kulkas,” tutur Mutia yang kebagian peran pemasaran melengkapi teman dan mitranya yang fokus di bagian produksi dan keuangan. Bahkan, demi menghemat pengeluaran, saat acara di ITB, pada Desember dua tahun silam, mereka bekerja serabutan mulai dari meracik, menjaga stan hingga melayani pembeli. Ternyata, respons pasar sangat baik.

Dari sana, Saskia dan Mutia menjadi yakin akan masa depan produknya. Perlahan tetapi pasti, area pemasarannya mulai diperluas. Di Bandung, Addictea kini bisa diperoleh di 16 titik penjualan yang beberapa di antaranya menumpang di gerai kuliner populer seperti Shinlin-Dicks, Roti Gempol, The Dreams Cake dan Sushi Den. Di Jakarta pun mereka sudah memiliki seorang reseller dan empat titik penjualan.

Varian rasa pun kini diperbanyak dari hanya dua menjadi lima yakni, original Thai tea, green Thai tea, taro milk tea, banana milk tea, coffee milk tea dan minty milk tea. Memang, kini Addictea tidak hanya dikenal sebagai minuman Thai tea, tetapi juga teh susu. “Setiap kami mengeluarkan produk baru biasanya hasil dari kami ngobrol juga sama pelanggan dan tentu saja keluarga, karena mereka kan cenderung lebih jujur kalau soal rasa,” kata Saskia yang bersama Mutia diwawancara SWA di gerai mereka di Jl. Cisangkuy 46, Bandung.

Sadar keberhasilan sudah dalam genggaman, dua sekawan yang kini dibantu 6 karyawan ini terus berupaya menjaga resep unggulan mereka. Untuk varian Thai tea dan green tea, hingga kini Addictea tetap menggunakan daun teh asli dari Thailand. Sementara untuk varian lainnya menggunakan daun teh Indonesia. Tantangan terbesarnya saat ini, menurut Saskia, adalah daya tahan produknya. Berhubung Addictea berbasis susu, setelah tutupnya dibuka maka produknya hanya mampu bertahan 6 jam di suhu ruang. “Ke depan, kami ingin lebih tingkatkan lagi daya tahannya.”

Tantangan lainnya muncul dari para kompetitor yang tergiur atas keberhasilan Addictea. Untuk menghadapi persaingan, selain menjaga kualitas produk, Saskia dan Mutia juga menahan laju kenaikan harga produknya. Dari awal hingga kini, produk Addictea dijual Rp 10 ribu untuk kemasan kecil 150 ml, Rp 15 ribu kemasan medium, dan Rp 30 ribu kemasan 1 liter.

Mereka juga kian selektif memilih titik penjualan. Sengaja Addictea disasar ke tempat gaul anak muda di Bandung dan titik yang ramai dikunjungi keluarga. “Kami memang memilih spot yang crowd-nya ramai dan sesuai dengan target pasar kami,” kata Mutia.

Di Jakarta, mereka memilih seorang pecandu Addictea untuk menangani pemasarannya. “Kami kerja sama dengan Citra, dia yang menangani penjualan di Jakarta. Kami percaya dia karena Citra ini memang suka sekali Addictea. Tanggapan di Jakarta juga cukup positif,” ujar Mutia.

Ketika dihubungi SWA melalui telepon, Citra Gemaradhita, reseller Addictea di Jakarta, mengiyakan pernyataan tersebut. “Sebulan bisa laku 1.500 botol,” katanya seraya menyebutkan varian taro milk tea, green Thai tea dan original Thai tea yang paling digemari di Jakarta.

Citra yang bermitra sejak bulan November tahun lalu mengaku tertarik memasarkan Addictea setelah mencicipinya langsung di Bandung. “Di Jakarta belum ada produk home industrymilk tea yang dikemas dalam bentuk botol dengan rasa yang enak dan bervariasi. Saya melihat produk ini akan banyak digemari orang di Jakarta di berbagai kalangan,” ujarnya.

Ternyata prediksi Citra tepat. Tanggapan di Jakarta menurutnya terhitung bagus. Bahkan, sejumlah orang yang dulunya tinggal di Bandung sangat senang mengetahui bahwa Addictea bisa didapat di Jakarta. Citra pun menyumbang saran untuk kemajuan Addictea. “Rasanya akan lebih enak dan mempermudah penjualan apabila Addictea dapat membuka produksinya di Jakarta, agar orang-orang di Jakarta lebih mudah lagi mendapatkan produk ini tanpa terbatas dan mengurangi kerusakan produk, serta mempermudah dan meminimalisasi distribusi ke Jakarta,” katanya berterus terang.

Pesan Citra nampaknya sejalan dengan rencana Saskia dan Mutia. Ke depan, mereka memang akan semakin melebarkan jangkauan pemasaran, di antaranya dengan memasuki ritel modern seperti The Food Hall. Selain itu, mereka pun akan mulai menyasar kategori yang berbeda meski dengan bahan baku serupa, teh dan susu. “Kami akan mulai mengembangkan di puding ataupun cake. Jadi, kami akan terus fokus ke pengembangan produk,” ungkap Mutia optimistis.

Nimas Novi Dwi Arini dan Eddy Dwinanto Iskandar


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved