Editor's Choice Youngster Inc. Entrepreneur

Siswi dan Irshan, Berbisnis Fashion Tanpa Gerai Fisik

Siswi dan Irshan, Berbisnis Fashion Tanpa Gerai Fisik

Zaman memang sudah berubah. Kini, tanpa kehadiran toko fisik sekalipun, pebisnis pakaian bisa meraup sukses. Itulah yang dialami Siswi Ayuningrum dan Irshan Arigama yang berhasil menjajakan produk fashion mereka bermerek Wayout Brand melalui media sosial seperti Facebook, Twitter dan Instagram. “Kami tidak punya toko. Melalui online saja, permintaan sudah banyak dan bikin kami kewalahan,” ungkap Siswi, dara kelahiran 1991, kepada SWA.

Siswi dan Irshan

~~

Wayout Brand merupakan merek fashion yang membidik pasar anak muda, khususnya pria. Produknya berupa kaus oblong, celana panjang, celana pendek, kemeja lengan panjang dan pendek, sweater, tas, topi, dan berbagai pernak-pernik aksesori lainnya.

Bisnis dua anak muda yang masih berstatus mahasiswa Universitas Budi Luhur, Jakarta, ini dimulai tahun lalu, tepatnya 6 Juni 2012. Kedua pehobi fashion yang memang berambisi menjadi pengusaha ini lantas sepakat menetaskan merek busana sendiri. “Wayout Brand yang kami buat semua merupakan desain sendiri. Murni. Bukan produk luar seperti umumnya clothing line yang ada,” ujar Irshan, lajang kelahiran 1989, yang kuliah di Jurusan Broadcasting, sedangkan rekannya mengambil Jurusan Ekonomi.

Wayout Brand menyasar anak muda yang menyukai gaya street wear. “Utamanya, lebih untuk pemakai yang suka seni. Saat ini Wayout Brand menjadi baju grup rap Kojek Rap Betawi, dan bomber atau orang yang suka grafiti,” kata Irshan.

Untuk menunjang ambisi mereka, modal Rp 30 juta hasil patungan pun dikucurkan.“Empat bulan sudah balik modal,” kata Irshan, semringah.

Menurut Irshan, selain faktor produk, kesuksesan mereka tak lepas dari strategi penjualannya. Selain berpromosi melalui media sosial, mereka kerap mengikuti pameran bersegmen anak muda. Pameran yang mereka ikuti, yakni

pada Desember, keduanya tahun lalu. Meski harus mengucurkan modal Rp 5 juta per hari untuk menyewa lapak pada acara tersebut, hasilnya sepadan. Dalam beberapa hari saja, total Rp 75 juta rupiah berhasil mereka raup di kedua ajang tersebut. Belum lagi ditambah keuntungan ketenaran yang mereka peroleh dari acara tersebut. “Sejak mengikuti acara itu, permintaan memang makin banyak,” ujar Irshan.

Penjualan lewat media sosial tak kalah moncernya. Mereka bisa menjual 5-10 item per hari. Belum lagi melalui akun Facebook Fan Page dan Instagram milik mereka, dengan harga produk Rp 50 ribu-200 ribu. Menurut Siswi, pembeli kebanyakan berasal dari luar Jakarta seperti Medan, Surabaya dan Makassar. “Pembeli dari Makassar hingga 10-15 pieces sehari, minimal,” katanya.

Pengelolaan bisnis Wayout Brand dilakukan sepenuhnya oleh mereka berdua. Kondisi Siswi yang telah menjadi karyawan kontrak di sebuah bank swasta pun tidak menjadi penghalang. Jalan keluarnya, hari Sabtu dan Minggu mereka gunakan untuk mengatur stok barang sekaligus bertukar ide-ide baru untuk produk mereka. “Karena saya bekerja, tentu pengelolaannya bergantian. Kalau pengelolaan promosi dan penjualan melalui media sosial memang yang pegang Irshan,” ujar Siswi.

Irshan dan Siswi mengakui, kendala bisnisnya saat ini adalah tidak memiliki konveksi sendiri. Setelah mendesain, mereka selalu melempar produksinya ke konveksi langganan mereka. Meski demikian, mereka tengah menabung agar bisa membuka konveksi. “Punya konveksi sendiri adalah tujuan tahun ini. Kami malah tidak berambisi punya toko dulu, sebab menjual lewat online saja sudah sangat bagus responsnya,” kata Siswi.

Selain itu, karena Wayout Brand dikhususkan untuk busana pria, tahun depan mereka berencana membuat lini busana perempuan.

Namun, di balik semua kegembiraan tersebut, Irshan dan Siswi harus menerima kenyataan pahit. Sebentar lagi, mereka mesti melepaskan merek tersebut. Sebab, ternyata mereka kalah cepat dalam mendaftarkan merek Wayout Brand. Saat ini merek tersebut telah didaftarkan untuk merek sepatu dari Bandung.

Irshan dan Siswi menolak larut dalam kesedihan. Strategi baru langsung dikembangkan. Juni tahun ini, di ajang Jakarta Clothing Line yang digelar dua kali dalam setahun, mereka berniat memperkenalkan merek baru produk mereka, Elgoods. Kali ini, mereka yakin tidak akan tersandung urusan merek lagi. “Saat ini, nama baru itu sudah dalam proses paten untuk hak cipta,” paparnya. Pergantian nama pun akan dilakukan di berbagai akun media sosial mereka yang kini telah memiliki ratusan follower.

Meski demikian, Irshan mengakui, musibah tersebut bukanlah tantangan terberat mereka. “Kendala kami yang masih muda adalah menjaga keinginan dan nafsu, menjaga kualitas, bagaimana agar jangan tergiur beli bahan terlalu berlebih, agar tidak konsumtif juga. Memilih pasar dengan baik, memikirkan dengan matang langkah kami juga, itu terpenting,” ungkapnya.

Dengan kemampuan membaca medan bisnis seperti itu, tampaknya kedua anak muda ini ke depan memiliki peluang besar untuk berkembang.(*)

Herning Banirestu & Eddy Dwinanto Iskandar


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved