Editor's Choice

Transformasi Bisnis Ala Peter Lydian

Transformasi Bisnis Ala Peter Lydian

20130918_154526

Bagi orang yang terjun di bidang teknologi informasi (TI), nama Peter Lydian mungkin tidak asing ditelinga. Kiprahnya di dunia TI terbilang sudah cukup panjang. Di usia ke- 40 tahun dengan 20 tahun berkiprah di bidangnya menjadikan Peter mengenyam banyak pengalaman dan mengambil banyak pelajaran. Hal ini pula yang mengantarkannya sebagai seorang ekspertise di transformasi bisnis. Setelah 7 tahun bergabung dan sempat menjadi Country Manager Dell Indonesia, pria yang gemar menikmati kopi ini berlabuh di Microsoft Indonesia sejak Juli 2013 sebagai Direktur Small and MidMarket Solutions & Partners Group.

Ditemui di sela-sela kegiatannya Rabu (18/9) lalu, ayah seorang putri yang memiliki hobi olahraga, membaca, dan menonton DVD ini semangat membagi pengalaman dan kiat-kiat suksesnya. Seperti apa perbincangan seru SWA Online dengannya dapat disimak pada laporan berikut.

Sebelumnya Anda sudah duduk di posisi strategis di Dell, mengapa tertarik untuk pindah ke Microsoft?

Ada beberapa alasan yang membuat saya tertarik untuk kemudian bergabung dengan Microsoft. Pertama, saya ingin bisa membuat dampak lebih besar bagi society. Kedengarannya terlalu muluk, tetapi masing-masing orang punya misi dalam hidup. Saya sangat peduli pada beberapa hal, termasuk republik. Andreas bicara kepada saya mengenai apa yang Microsoft lakukan terhadap society. Bukan berarti Dell tidak lakukan, tetapi Microsoft melakukan secara terstruktur dan dalam skala yang lebih besar. Contohnya, Imagine Cup. Mengirim anak-anak ke sana. Ini menurut saya great, begitu penuh arti. Kemudian rencana nasional yang kami punya.

Kedua, Microsoft is a great company to work for. Tahun lalu Microsoft Indonesia mendapat penghargaan sebagai salah satu tempat terbaik. Kembali lagi, tujuan orang kerja itu kan banyak hal. Bukan hanya soal uang. Akibatnya, tujuan-tujuan lain menjadi penting. Dimana kita masih bisa hidup seimbang, apakah bisa untuk masih terus growth, dan sebagainya. Nah, situasi dan kantor tempat kita kerja berpengaruh sekali.

Ketiga, transformasi. Microsoft sedang masuk pada fase transformasi. Dari software company ke device and service company. Ketika bicara transformasi, kompetensi saya yang telah terbangun cocok untuk transformasi ini.

Keempat, bagian dari sub kedua, mengapa Microsoft bagus sekali untuk kerja adalah Microsoft terdiri dari orang yang talentanya luar biasa. Saya bangga menjadi bagian dari Microsoft karena kerja bersama orang pintar, akan semakin menantang kita.

Sejak kapan Anda terjun di bidang IT?

Sejak 1993, berarti sudah dua puluh tahun.

Bisa diceritakan sedikit mengenai pengalaman Anda di bidang IT?

Tahun 1993, saya menjadi staf programmer di Catur Sentosa Adi Prana, depo bangunan. Kemudian menjadi network engineer, setelah itu saya masuk group sales di Berca. Nah, di sana saya mulai dari consulting, group sales, managing distribution, branding, ujung-ujungnya terkait dengan bisnis transformasi.

Akhirnya dari sana, saya pindah ke Dell. Andreas juga yang ‘jualan’. Waktu itu dia ajak saya lihat dunia. Dia menawarkan ke wilayah regional, seperti Pakistan, Vietnam, Filiphina, Indonesia. Ternyata kulturnya berbeda sekali. Saya belajar konteks. Dengan budaya yang berbeda, kepentingan macam-macam, bisa diambil layer psikologi yang sama. Saya jadi bisa belajar psikologi. Makanya sekarang saya punya special interest pada psikologi. Karena dia punya benang merah untuk semua.

Jadi akhirnya merasakan berbagai bidang yang berbeda-beda?

Ya. Itu yang membentuk saya. Harus ada balanced managing multiple discipline. Kebetulan dari kecil saya suka ingin tahu macam-macam.

Tantangan apa saja yang Anda temui ketika terjun dalam bidang ini?

Bisnis ini adalah bisnis yang mengalami transformasi. Dalam perubahan itu banyak ketidakpastian. Butuh clear visions. Butuh konsistensi. Teorinya gampang, musti konsisten. Tetapi di ranah eksekusi, kenyataannya tidak mudah. Tantangannya adalah mentalitas kita, bagaimana caranya tetap kukuh dan konsisten pada rencana. Itu penting dan saya lihat banyak yang blur sehingga kemudian gagal.

Kedua, untuk menjadi good leader, itu bukan berarti menjadi nice leader. Dalam posisi yang puncak, harus bisa mengambil tough decision. Tantangan bagi mental.

Ketiga, bicara tantangan lagi, kita harus mampu untuk merubah diri kita sendiri. Seberapa mampu mengubah individual dalam organisasi. Bisnis transformasi itu selalu painful. Jadi sebagai pemimpin, how you cooperate with that pain. Dunia bisnis sekarang ini semakin kompleks. Mensimplifikasikan bisnis yang kompleks itu luar biasa susah. Simple is never easy.

Jadi kalau dirangkum, mendrive transformasi sendiri butuh konsistensi, mentalitas untuk mengambil tough decision, menyederhanakan hal yang kompleks. Orang pintar justru bisa mensimplifikasi.

Dari perjalanan karier Anda, apa pencapaian Anda yang bisa disebut sebagai prestasi?

Kalau bicara sukses, lihat dari tiga pilar. Yang saya paling suka, ketika kita bisa mentransformasikan dan bisa melihat orang di sekeliling kita membaik kehidupannya. So, saya senang sekali di Dell karena transformasi dari boxes ke value base. Orang di sekitar berubah. Itu kalau kita bicara the people. Di Micrsoft juga saya senang sekali. Itu kepuasan instrinsik yang hanya kita yang merasakan.

Yang kedua, kepuasan yang terukur. Kalau bicara itu, waktu itu, bisnis transformasi di Indonesia belum banyak, untuk jadi leading di Asia Pasifik tidak mudah. Transformasi di Dell itu besar menurut saya. Saya ada award di internal. Tahun 2011, saya pernah dinominasikan sebagai top CEO Indonesia oleh SWA. Tiga tahun terakhir sebelum pindah, saya masuk di Fortune sebelum usia saya 40. Itu milestone tersendiri. Tetapi itu milestone, untuk dilihat saja.

20130918_154444Apa saja yang menjadi kiat sukses Anda?

Saya pikir orang untuk sukses butuh tiga hal. Pertama, butuh material yang bagus. Material itu apa? Mentalitas mesti kuat. Kalau mau sukses, jangan ikut-ikutan, jangan lalui jalan yang mainstream. Butuh nyali. Setelah itu, butuh otak dan wisdom. Ini musti berimbang.

Kedua, butuh diberikan kesempatan. Saya percaya bahwa kesempatan itu dicari. Kemampuan tidak akan cukup jika tanpa kesempatan. Kalau kata orang China, kesempatan itu ujung dari lubang. Kita cari. Kalau menunggu, syukur kalau bisa dapat. Kalau mencari, syukur-syukur bisa dapat lebih cepat. Mencari ini dilakukan dengan membangun prestasi.

Ketiga, butuh mentor untuk mengarahkan. Saya rasa saya diberkati karena punya tiga mentor yang mempunyai pengaruh besar bagi saya. Bos pertama saya di Berca yang membangun karakter saya, mentalitas, nyali, otak, hati. Bos selanjutnya Pak Michael, menekankan kepada saya agar jangan seperti robot, kemampuan komunikasi dan sosialisasi itu penting. Bos saya yang ketiga, mentor saya dalam bisnis transformasi sehingga saya punya warna teknis. Yang paling penting adalah karakter, sosialisasi, dan spesialisasi kita apa. It works.

Di posisi Anda saat ini, apa target yang anda kejar?

Bagaimana caranya saya bisa membawa dampak besar pada tim supaya tim menjadi organisasi yang lebih baik. Individunya menjadi individu-individu yang lebih baik. Terlebih jika tim ini bisa keluar dan memberi pengaruh pada society. Saya senang menekankan pada value pribadi. Membangun future leader yang lebih cepat dari saya. Makanya saya banyak menghabiskan waktu untuk coaching.

Impian apa yang masih ingin Anda capai?

Saya dulu sangat ngotot dengan ambisi duniawi. Tetapi saya kemudian diingatkan bahwa yang paling penting adalah core value. Saya disadarkan oleh teman saya, kata teman saya, kamu muda sekali, tetapi kamu ngotot, kamu salah. Kamu tidak boleh meletakkan pekerjaan di tengah dari seluruh hidupmu. Dia bilang, kalau kamu taruh pekerjaan di tengah, suatu hari, kalau karier kamu goes away, hidupmu jadi kosong. Itu yang terjadi pada post-power syndrome. Akhirnya saya sadar dan saya menaruh passion di tengah. Saya berusaha membuat satu kebaikan setiap hari, meminta yang lain melakukan satu kebaikan setiap hari dan cherish the life.Soon, dunia akan menjadi lebih baik. Kita berusaha, kalau semua jadi lebih baik, itu berkat Big Boss. Kerja itu beribadah. Hal ini tidak lepas dari beriman, ikhtiar, tawakkal, pasrah. Usahakan yang terbaik, syukuri. (EVA)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved