Editor's Choice Youngster Inc Youngster Inc. Entrepreneur Entrepreneur

Tugas Kampus Lima Sekawan yang Jadi Duit

Tugas Kampus Lima Sekawan yang Jadi Duit

Berawal dari tugas kampus, sebagai salah satu syarat kelulusan dari Jurusan Pemasaran dan Keuangan di Prasetiya Mulya Business School, Stephen Khrisna, Ivan Ariwibowo, Yossi Permana, Oktavianus Andika, dan Aradea Respati merintis bisnis leather goods – produk fashion berbahan dasar kulit. “Waktu itu kami memilih, mau bikin bisnis roti bagel, fotografi atau leather goods. Nah pilihannya jatuh pada opsi ketiga, karena saat itu di Indonesia sedang demam denim dan barang kulit sangat cocok dipasangkan dengan denim,” tutur Ivan Ariwibowo, Chief Marketing Officer Voyej. Apalagi, mereka melihat banyak perajin di Indonesia yang mampu menciptakan produk buatan tangan yang bernilai seni tinggi.

Tim Voyej, Ivan Ariwibowo, Yossi Permana, dan Aradea Respati

Sebelum memulai bisnisnya, anak-anak muda berusia 24 tahun ini lebih dulu melakukan riset ke Bandung, Garut, Yogyakarta dan Malang untuk mencari perajin yang bisa mengerjakan produk yang mereka inginkan. Tak hanya itu, mereka juga mengaku kesulitan mencari kulit vegetable tanned cowhide, yakni kulit khusus sebagai bahan utama untuk produk Voyej seperti dompet, gantungan kunci, ikat pinggang, dan gelang.

Usaha mereka tak sia-sia. Setelah 6 bulan mencari perajin dan bahan baku, produk dengan label Voyej resmi diluncurkan pada 11 Februari 2011. Dana investasi sebesar Rp 40 juta digelontorkan untuk biaya sampling, perajin, membuat merek, toko online, dan membeli bahan baku. “Karena kulit yang kami inginkan di Indonesia kualitasnya kurang bagus, maka kami impor langsung dari Amerika Serikat,” ujar Yossi Permana, Chief Operating Officer Voyej.

Voyej membidik konsumen pria berusia 18-30 tahun yang tergolong kelas menengah-atas. Maklum produk Voyej tergolong tidak murah. Harga sebuah dompet misalnya, dibanderol Rp 800 ribu-1,8 juta, sedangkan ikat pinggang seharga Rp 500 ribu.

Yang istimewa, karena menggunakan kulit khusus, warna dompet, gelang, ikat pinggang dan gantungan kunci dapat berubah menjadi kecokelatan atau lebih gelap bergantung pada pemakaian dan atau perawatan si pemakai. “Inilah positioning produk kami,” ujar Ivan dengan bangga.

Aradea Respati, Kepala Riset dan Pengembangan Voyej menambahkan, Voyej sendiri artinya perjalanan jauh. “Proses pembuatan satu produk saja terbilang rumit dan lama. Dan tidak hanya itu, pengguna Voyej juga akan merasakan pengalaman baru selanjutnya. Kami ingin menciptakan customer experience,” ia menjelaskan.

Meskipun unik, pemasaran produk Voyej awalnya cukup sulit karena banyak konsumen yang belum mengerti keistimewaan produk ini. Kelima sekawan ini harus mengedukasi pasar lebih dulu agar mudah membidik konsumen yang dituju. Awalnya mereka mempromosikan produknya melalui berbagai forum online. Namun kini, selain melalui Internet, pemasaran Voyej juga melalui konsinyasi di lima gerai di Jakarta dan Bandung, salah satunya Goods Dept di Pacific Place, Jakarta. Sekitar 50% pembeli melakukan pembelian secara online, dan 30% di antaranya bahkan berasal dari luar negeri seperti Amerika Serikat, Singapura, Australia, Kanada, Hong Kong dan Taiwan.

Dalam sebulan kelima anak muda ini mampu meraup omset rata-rata Rp 60 juta. Angka penjualan bahkan meningkat hingga 100% pada momen Ramadan, misalnya. Hanya dalam tiga bulan, bisnis kelima anak muda ini balik modal.

Arrad Fajri yang telah menggunakan dompet buatan Voyej sejak tiga bulan yang lalu, menilai produk Voyej memang unik dan memiliki ciri khas. “Ini dompet paling keren yang saya punya,” katanya. Menurutnya, desain produk Voyej sangat trendy dan keunggulannya terletak pada bahan kulit yang bisa berubah warna. “Dompet saya berubah warna dalam waktu dua bulanan. Saya senang karena dompet saya semakin keren,” ia menambahkan.

Ke depan, Voyej memang berencana melakukan ekspansi bisnis dengan membangun gerai sendiri, membangun jaringan pasar mancanegara, hingga menambah portofolio baru. Lima sekawan ini berharap, bisnis yang dijalankan sekarang dapat semakin besar dan eksis, meskipun dua pendirinya lebih memilih bekerja sebagai profesional di perusahaan.

Ario Fajar & Kristiana Anissa

Riset: Armiadi


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved