Editor's Choice Corporate Action Corporate Action

Vanaya Institute - Erickson College Edukasi Bisnis Coaching di Indonesia

Vanaya Institute - Erickson College Edukasi Bisnis Coaching di Indonesia

Coaching memang masih tergolong hal baru di Indonesia. Setidaknya hal ini bisa dilihat dari anggapan umum yang berkembang mengenai coaching itu sendiri. Secara awam, coaching seringkali disamakan dengan metode pemberian motivasi oleh para motivator atau dengan management consulting yang diberikan kepada para pemimpin bisnis untuk menyelesaikan masalah terkait manajemen dalam perusahaan.

Belakangan juga banyak orang yang mendeklarasikan diri sebagai coach, baik untuk (pemilik) bisnis atau profesional, bahkan keluarga. Mereka bisa menjual jasa mereka sebagai coach kepada pengusaha, perusahaan, atau bahkan pensiunan untuk memberikan advis tentang bagaimana mengelola kekayaan. Namun, apakah mereka yang mengaku sebagai coach itu benar-benar coach? Lalu bagaimana kita mengetahui seorang coach adalah benar-benar coach? Apakah ada lembaga sertifikasi atau standardisasi profesi coach?

Di tengah tumbuhnya tren coaching dan bisnis coaching ini, terdapat masalah standardisasi yang dapat berdampak pada masalah trust bagi pengguna jasa coach. Hal inilah yang menjadi salah sorotan Vanaya Institute, selaku mitra lokal lembaga edukasi dan training coaching Erickson College International yang berpusat di Vancouver Kanada. Sekolah coaching yang didirikan sejak 1980, dan konon merupakan sekolah coaching tertua di dunia, baru memasuki pasar Indonesia melalui kemitraan yang dijalin dengan Vanaya Institute, yang sebelumnya bernama Pillar Business Accelerator.

Lyra Puspa, pendiri dan CEO Vanaya Institute, mengatakan bahwa melalui kerja sama itu, pihaknya dan Erickson International ingin mengedukasi masyarakat Indonesia mengenai coaching dan meningkatkan kualitas coach yang ada di Indonesia agar memenuhi standar coach internasional yang diwakili oleh International Coach Federation (ICF). “Program yang dijalan Erickson International telah mendapat sertifikasi dari ICF,” tegas Lyra.

Lyra menambahkan, dengan adanya program dari Erickson International ini, para coach di Indonesia memiliki pilihan training yang kredibel. “Selama ini banyak coach di Indonesia yang mengikuti training coaching namun tidak bersertifikasi internasional, tidak ada kode etik. Banyak juga coach di Indonesia yang belajar secara otodidak. Banyak yang mengklaim diri sebagai coach, namun belum tentu mereka mengerti perbedaan antara coaching dengan consulting, dan training. Terkait hal ini pula, kami ingin memberikan akses bagi orang-orang yang ingin menjadi coach dengan kualifikasi dan standard international (ICF),” papar Lyra.

Lebih jelas mengenai coaching, Vanaya Institute, dan Erickson College International, berikut wawancara Swa dengan Lyra Puspa dan Marilyn Atkinson (70), pendiri dan Presiden Erickson College International dan murid dari psikiater kenamaan dengan spesialisasi pada bidang hypnosis Milton Erickson, yang tengah memberi pelatihan di Jakarta pada minggu lalu.

Marilyn Atkinson, Pendiri dan Presiden Erickson College International

Bagaimana kondisi profesi coach dan bisnis coaching di Indonesia di mata Anda?

(Marilyn) Masih dalam tahap awal. Banyak pandangan yang salah mengenai coaching. Bagaimana pun, coaching profesional saat ini tengah dimulai di Indonesia. Hanya sekitar 80 orang Indonesia yang sudah tersertifikasi standard ICF. Coach profesional memiliki standar yang sangat ketat dan proses belajarnya pun berberda.

Apa definisi coaching?

(Marilyn) Untuk menyimpulkannya, coaching profesional adalah cara seseorang memulai membentuk kemitraan dengan coach profesional untuk membantu menyelesaikan masalah profesional mereka. Namun bukan sang coach yang menyelesaikan masalahnya, tapi coach hanya membantu mereka dengan pertanyaan-pertanyaan, cara visual di mana sang eksekutif bisa mengeksplorasi dan merencanakan langkah mereka selanjutnya, serta memberikan eksekutif alat yang tepat untuk pengembangan dirinya sendiri sebagai pemimpin. Coach memiliki banyak perangkat. Mereka membagikan alat tersebut kepada eksekutif yang dapat digunakan secara efektif.

Bagaimana menurut Anda bisnis coaching profesional di Indonesia beserta profesinya?

(Marilyn) Saya pikir coaching profesional akan tumbuh sangat signifikan di sini karena sangat bermanfaat. Coaching profesional memiliki cara kerja berbeda.

Mengapa akhirnya Anda memilih Vanaya Istitute untuk bekerja sama?

(Marilyn) Pilihan ini diputuskan melalui proses yang panjang. Sekitar setahun. Kami banyak berdiskusi dan mencoba bekerja sama. Vanaya memang sudah profesional, mereka mengerti mengenai coaching dan saya pikir mereka dapat menjadi mitra yang baik di Indonesia.

(Lyra) Dalam coaching terdapat yang namanya credential dan sertifikasi. Hal yang dilakukan Erickson adalah sertifikasi, sementara untuk hal credential dilakukan dengan ICF. Credential di Indonesia masih sangat sedikit. Saya termasuk angkatan awal credential ICF, termasuk 3 orang Indonesia pertama yang mendapat status ACC (Associate Coach Credential). Credential yang dimaksud adalah seseorang yang sudah melewati sertifikasi tertentu, seperti Erickson, namun memiliki sejumlah jam terbang dan terdapat ujiannya. Waktu itu belum banyak. Sementara ACC ini merupakan hal penting bagi para coach.

Bagaimana strategi Anda memasuki pasar Indonesia?

(Marilyn) Kami merupakan sekolah executive coaching yang bekerja sama dengan banyak pemimpin perusahaan multinasional yang beberapa di antaranya juga hadir di Indonesia. Namun kami juga fokus pada perusahaan yang sedang berkembang di dunia, termasuk beberapa perusahaan di Indonesia. Kami sangat tertarik dengan apa yang tengah dilakukan oleh Vanaya Institute. Mereka sangat profesional dan kami putuskan untuk mulai membawa coaching di Jakarta.

Apa target spesifik dari kerja sama ini?

(Lyra) Sebenarnya Vanaya Intitute sendiri terdapat business and wealth management coaching. Dalam angkatan pertama yang baru dimulai kelasnya pada Juni ini, terdapat semacam kombinasi antara profesional coaches dan pemilik bisnis serta juga profesional. Saya pikir kami akan mengikuti jalur ini untuk membangun pasar. Angkatan pertama pada minggu lalu di Jakarta untuk profesional coaching sertification melalui program “The Art and Science of Coaching”. Terdapat 5 modul. Modul pertama dan kedua, terdapat 20 orang pertama yang diikuti oleh profesional coach, business coach, family coach. Terdapat beberapa business owners atau entrepreneurs, psikolog yang memiliki latar belakang HRD, yang juga ikut.

Tiap modul dilaksanakan selama 4 hari jika dilaksanakan secara langsung (tatap muka). Jika dilakukan secara online maka akan mengambil waktu sekitar 3 – 4 bulan. 19-27 Oktober terdapat batch kedua untuk modul 1 dan 2. Modul 3 dan 4 akan ada jadwal lagi langsung dengan Marilyn 3-4 desember 2013. Setelah menyelesaikan 5 modul dan melaksanakan ujian, maka peserta akan mendapat sertifikat dari Erickson International dengan gelar Erickson Certified Professional Coach (ECPC).

Bagaimana mendekati calon klien?

(Lyra) Kami akan mendekati perusahaan-perusahaan satu per satu. Kami akan mengenalkan mengenai apa itu coaching. Kami juga memiliki daftar klien yang juga termasuk para business owner dan professional coach. Kami juga menyasar pasar professional coach karena, seperti yang sempat disinggung sebelumnya, kami ingin para profesional coach di Indonesia bisa menjadi profesiobal coach dengan standardisasi internasional.

Bisa dijelaskan pendekatan coaching yang digunakan Erickson dan apa kelebihannya dibanding pendekatan lainnya?

(Marilyn) Kami fokus untuk melakukan breakthrough. Kami ingin orang-orang untuk memiliki pemahaman yang mendalam mengenai bagaimana mereka berpikir sehingga mereka dapat membangun kemampuan yang benar-benar kreatif. Kami ada untuk melatih kemampuan kreatif bagi para pemimpin dan kami tunjukkan ke mereka bagaimana membangun kemampuan kreatif.

Kami membangun beberapa area. Area pertama, yaitu kreatifitas, di mana merupakan area yang besar. Kedua yaitu kami membantu orang untuk berpikir strategis. Kami telah mengumpulkan strategi efektif sejak lama dan kami benar-benar fokus pada cara kerja otak. Jadi sejak 12 tahun terakhir telah terdapat terobosan yang besar dalam memahami kerja otak dan bagaimana orang mendapatkan ide kreatif. Kami bekerja dengan membantu orang menggunakan pengetahuan itu untuk mendapatkan hasil yang segera dalam kemampuan mereka sendiri. Jadi orang dapat merasa percaya diri sebagai pemimpin yang efektif dan mereka dapat membuat pilihan atau keputusan yang bijaksana. Perbedaan dengan metode lainnya, kami fokus pada cara kerja otak (the brain) dan perkembangan manusia. Ini agak berbeda dengan sekolah lainnya.

(Lyra) Banyak professional coach, setelah mengetahui dan mengikuti pelatihan dari Erickson, sampai mengatakan bahwa pengetahuannya mengenai coaching seperti kembali ke titik nol. Itu betul. Bahkan bagi saya sendiri yang sudah SCC. Menurut saya, kelebihan yang pertama, terdapat keseimbangan antara art dan science. Biasanya terdapat penjelasan dan pelatihan yang terlalu art dan abstrak sehingga orang yang dijelaskan bingung untuk memahaminya. Seringkali juga terdapat pendekatan yang sangat saintifik sehingga orang sulit untuk jadi kreatif, klien merasa dikejar-kejar. Pendekatan oleh Erickson ini benar-benar seimbang antara art dan sains, dengan pola pengembangan manusia dan pemahaman cara kerja otak. Hal ini dilakukan berdasarkan hasil penelitian.

Perbedaaan kedua, yang juga luar biasa adalah tools coaching yang sederhana namun mendalam. Saking sederhananya mungkin orang sudah tahu mengenai tools itu, namun orang seringkali tidak menyadari hal sederhana itu dapat dijadikan tools dan cara menggunakannya yang memang berbeda.

Perbedaan ketiga, hasil penelitian menyatakan bahwa orang-orang sebenarnya baik-baik saja, mereka memiliki segala sumber daya untuk menghasilkan sesuatu. Terkait hal ini, tools di Erickson ini merupakan tools yang respek terhadap klien. Posisi klien dan coach setara karena sifatnya yang bermitra (partnership) di mana coach dan klien sejajar dan saling respek. Itu keunggulan pendekatan kami. Berbeda dengan tipe coaching yang satu arah di mana satu pihak mendikte yang lain.

Bagaimana tingkat kesukesan metode ini berdasarkan pengalaman sebelumnya?

(Marilyn) Saat ini kami telah berada di 40 negara. Kami berkembang sangat cepat karena orang-orang merekomendasikan mengenai coaching yang penting untuk mengembangkan individu. Perusahaan multinasional yang bekerja sama dengan kami juga merekomendasikan ke perusahaan lain di negara lain. Saya pikir metode coaching kami dapat digunakan di setiap kultur di tiap negara karena metode kami bekerja berdasarkan pola kerja otak. Metode kami tidak sulit untuk diadaptasi oleh dan kepada tiap bentuk kultur masyarakat. Kultur sangat beragam, namun kita semua sama sebagai manusia.

(Lyra) Bukti kesuksesan metode ini bisa dilihat adaptasi yang dilakukan oleh banyak negara, seperti di Afrika, Asia, Rusia.

(Marilyn) Kami berada di 20 kota di Rusia. Kami banyak di Rusia dan China, di samping Amerika Utara. 500 lulusan di China dan 500 lulusan lainnya di Rusia.

(Lyra) Erickson sendiri merupakan executive coaching dan juga sekolah coaching. Yang bermitra dengan Vanaya adalah divisi sekolah coaching. Sementara kami di Vanaya juga terdapat beberapa divisi, seperti business and wealth coaching. Jadi kami memiliki klien yang memang para coach, belasan coach, sebagai business and wealth management coach. Namun untuk sekolah coach kami bermitra dengan Erickson.

Siapa sasaran coaching di suatu perusahaan?

(Marilyn) Eksekutif manajerial, para pemimpin organisasi.

Bagaimana mengukur efektivitas coaching? Apa parameter yang dipakai?

(Marylin) Sangat mudah. Hal ini yang juga menjadi fokus kami, pengukuran. Kami menggunakan 360° pengukuran dan penilaian untuk sekelompok manajer yang mengambil coaching. Untuk penilaian, kami menggunakan banyak model penilaian, sekitar 20 bentuk penilaian yang berbeda untuk mendapatkan hasil. Hasilnya terdapat 6 kali akselerasi efektivitas di suatu perusahaan sehingga hal ini akan berdampak positif pada tingkat return of investment. Terdapat perubahan besar terkait tingkat turnover karyawan, absensi, partisipasi yang lebih meningkat, inisiatif baru yang muncul, tingkat kebahagiaan kerja karyawan yang meningkat di mana akan dapat terjadi melalui pendekatan coaching, yang kami sebut sebagai solution focus approach, bukan problem centered approach.

Coaching membantu orang untuk membangun kebiasaan untuk memikirkan masa depan dan membuat strategi menghadapinya secara efektif. Ketika banyak orang cenderung terlalu memperhatikan pekerjaan yang sudah lalu, mereka akan terjebak pada masa lalu. Untuk belajar berpikir sebagai pemimpin, seseorang harus menilai situasi dengan gambaran yang lebih besar, melihat jauh ke depan, membangun strategi yang lebih efektif, termasuk membuat orang bekerja makin efektif, membuat sistem yang efektif.

(Lyra) Coaching berurusan dengan orang yang membuat keputusan terhadap proyek tertentu. Namun consulting berurusan dengan masalah atau proyeknya. Consulting mengerjakan proyek, sedangkan coaching berurusan dengan leader yang dibantu untuk memiliki kemampuan menghadapi masalah.

Apa target coaching dan apa manfaat bagi perusahaan yang berhasil lakukan coaching?

(Lyra) Bagi Vanaya Institute, karena kami di business dan wealth coaching, targetnya adalah membuat target klien tercapai, seperti kesejahteraannya meningkat, peningkatan profit, peningkatan skala usaha, dan peningkatan lainnya. (EVA)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved