Listed Articles

ACFTA Tak Pengaruhi Bisnis Batik Indonesia

ACFTA Tak Pengaruhi Bisnis Batik Indonesia

Â

Menurut M. Romi Oktabirawa, pengusaha batik pekalongan, adanya ACFTA (ASEAN-China Free Trade Area) secara tidak langsung mempengaruhi industri batik di Indonesia. Meskipun begitu, ia menekankan produk yang masuk dari Cina sebetulnya bukan batik, tapi produk tekstil bermotif batik. “Kita harus mengedukasi pasar tentang batik yang benar. Sebab selama ini terjadi salah kaprah tentang tekstil bermotif batik,” ujarnya.

Â

Secara signifikan produk bermotif batik dari Cina ini menyaingi produk batik asli Indonesia. Konsumen juga masih bingung tentang batik seperti apa, sedangkan harga yang ditawarkan produk Cina dalam sisi harga bisa murah. Perajin batik tidak bisa serta merta menurunkan harga batik itu sendiri. Dafinisi batik ini melalui lintang warna dengan menggunakan lilin lewat alat canting atau cap.

Â

Dampak dari ACFTA terhadap permintaan domestik tidak begitu berpengaruh karena adanya dukungan pemerintah untuk menggalakkan penggunaan batik pada hari tertentu di institusinya, serta membangkitkan semangat 100% cinta produk Indonesia dalam mendukung UKM. “Dengan adanya produk Cina bermotif batik ini maka Indonesia harus bisa memperkuat brand dalam hal ini paguyuban pencinta batik harus menguatkan brand itu (produk asli batik),” kata pemilik batik merek Wirokuto ini.

Â

Toh, ia mengakui dulu pada industri hulu dimana kain, benang sutera dan katun sempat langka. Ia khawatir kalau perdagangan bebas ini menuju pada permainan demand textile di Asia termasuk Indonesia. Artinya, dengan banyaknya permintaan dan barang langka maka harga menjadi naik. Di sisi lain Cina mencoba memborbardir pasar dengan memasukan barang jadi ke Indonesia. Ini akan membahayakan juga baik para pelaku industri hilir, termasuk perajin batik.

Â

Menurutnya dengan adanya ACFTA ini pelaku usaha Indonesia harus segera berbenah bukan malah pesimistis, namun optimistis. Hal ini juga sebetulnya sudah dialami Cina sebelumnya ketika menghadapi perdangan bebas dimana rakyat Cina kalang kabut mempersiapkannya. “Sekarang bagaimana memperkuat nasional branding supaya lebih cinta produk dalam negeri. ACFTA bukan sesuatu yang menakutkan dmana ada peluang di negeri Cina itu sendiri yang menjadi importir terbesar ke-4 di dunia,” kata Romi.

Â

Romi mengungkapkan, kolaborasi bisa dilakukan dengan cross selling material. Tidak bisa dipungkiri, Industri batik tidak lepas dari ketergantungan impor, mulai dari bahan kimia maupun bahan seperti tekstil, benang, termsuk benang sutera yang banyak dari Cina. (EVA)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved