Listed Articles

Adler Manurung: Wajar Emiten Kakap Indonesia Masuk Level WAI ASEAN

Oleh Admin
Adler Manurung: Wajar Emiten Kakap Indonesia Masuk Level WAI ASEAN

Adler Manurung, Guru Besar Ilmu Institut Keuangan Perbankan dan Informatika (IKPIA) Perbanas, menilai wajar bila perusahaan-perusahaan besar dari Indonesia masuk Wealth Added Index (WAI) level ASEAN. Sebab, yang dijadikan tolok ukur WAI adalah market capitalization bukan dihitung dari return. Padahal, kata dia, tidak ada konklusi yang mengatakan bahwa perusahaan berkapitalisasi tinggi memberikan return paling tinggi. Artinya perusahaan-perusahaan yang memiliki kapitalisasi besar belum tentu memberikan return tinggi. “Bahkan, yang terjadi perusahaan yang punya market capitalization kecil yang memberikan return paling tinggi,” jelas pengamat pasar modal, itu.

Baginya, perusahaan-perusahaan yang dijadikan kasus pada survei WAI merupakan perusahaan bagus yang memiliki kapitalisasi pasar tinggi dan harga sahamnya juga tinggi. Contoh, kenaikan 5% harga saham perusahaan sebesar Rp 100 ribu berarti naik Rp 5000. Ini akan susah jika dibandingkan dengan perusahaan yang harga sahamnya rendah atau kecil. Toh, dia tidak menyalahkan cara pandang seperti ini. Namun, dia menekankan tolok ukur seperti itu tidak cocok untuk investor yang memburu return tinggi. “Tergantung pada investornya. Kalau acuannya portofolio ya bolehlah pakai WAI,” ujar Adler.

Soal perbedaan pasar modal di ASEAN, dosen yang juga pernah bergabung di Nico Securities ini melihat adanya perbedaan yang cukup signifikan di masing-masing pasar modal tiap negara. Dari karakter investornya pun berbeda. Seperti di Thailand, banyak investor dari ibu rumah tangga. Lalu Malaysia yang memiliki jumlah investor lebih besar ketimbang Indonesia. “Jadi, tidak bisa dibandingkan antar negara karena karakter investor tiap negara berbeda,” tandasnya.

Adler justru prihatin pada kondisi pasar modal Indonesia. Dia menyoroti banyaknya insider trading. “Orang yang bermain saham di Indonesia ya itu-itu juga,” cetusnya sengit. Dia menyarankan agar Bursa Efek Indonesia dan Bapepam turut menyosialisasikan pengetahuan saham ke peserta didik dari tingkat dasar hingga perguruan tinggi.

Dia juga mengkritisi soal peraturan dunia saham. Misalnya, Bapepam-LK yang tidak berani menegur pejabat pemerintah yang menyebarkan isu tidak benar. “Misalnya, Menteri BUMN yang bilang Telkom mau merger dengan Bakrie Telecommunication. Nah, itu kan belum terjadi sampai sekarang. Itu salah, karena sudah berpengaruh pada harga sahamnya. Tapi, Bapepam tidak berani menegur,” katanya panjang lebar. Harusnya publikasi seperti itu bisa dikatakan setelah terjadi kesepakatan antar perusahaan.

Bagaimana cara perusahaan Indonesia bisa listing di bursa negara-negara ASEAN? “Paling berapa sih jumlah perusahaan bagus di Indonesia,” ucapnya pesimistis. Justru yang perlu dilakukan adalah mendorong perusahaan multinasional berkinerja bagus untuk masuk ke bursa Indonesia supaya transfer income terjadi. “Yang terjadi sekarang malah perusahaan seperti bank yang dibeli asing sudah mulai ingin go private. Contoh lain, Indosat sejak dibeli asing tidak pernah terjadi return,” jelasnya. (EVA)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved