Namun, kebekuan semacam itu hanya berlangsung hingga beduk Magrib. Seiring berkumandangnya adzan yang menandai waktu berbuka puasa, suasana pun berangsur normal. Sang provokator, tukang gosip, ataupun mereka yang mendapat julukan si penggoda iman juga mulai beraksi. Kami sering terpingkal bila mengingat keganjilan-keganjilan yang dijumpai di siang hari.

Memang benar, beban paling berat selama menjalani ibadah puasa adalah menjaga mulut. Kami yang bergerak di media kerap menjumpai kesulitan membedakan mana yang ghibah (bergunjing) dan yang tidak jika membicarakan orang. Batas keduanya memang amat tipis sehingga kalau tidak berhati-hati, bisa terlena dalam perbincangan yang bisa mengurangi makna puasa. Padahal, lingkup kerja kami hampir tak pernah lepas dari memantau, mendiskusikan dan menganalisis sepak terjang para tokoh bisnis, baik kehebatan, kekurangan, maupun keburukannya.

Untuk mengkaji dilema-dilema seperti itu, tentu dengan maksud menjaga puasa dari godaan yang merugikan, selama Ramadhan ini kami menjadwalkan dua kali diskusi dengan menghadirkan pembicara yang berbobot. Acara yang dilanjutkan dengan buka puasa bersama ini juga sekaligus ajang silahturahmi bagi segenap karyawan di lingkungan Grup SWA. Pada diskusi pertama tanggal 7 November 2003 kami menghadirkan cendekiawan muslim Haidar Bagir, yang juga Direktur Utama PT Mizan Publika, dengan topik bahasan ?Puasa dan Pembebasan Diri.?

Sidang Pembaca, itulah sebagian dari kejadian di dapur SWA di antara kesibukan menyiapkan nomor-nomor gawat yang terbit di luar jadwal rutin. Pada kesempatan ini perkenankan segenap kerabat SWA mengucapkan Selamat Idul Fitri 1 Syawal 1424 H, mohon maaf lahir dan batin. Perlu juga kami informasikan bahwa pada 24-28 November kantor SWA libur dan mulai masuk kembali tanggal 1 Desember 2003.