Listed Articles

ASEI Incar Peningkatan Pendapatan 20% di 2011

Oleh Admin
ASEI Incar Peningkatan Pendapatan 20% di 2011

PT Asuransi Ekspor Indonesia (ASEI) mengaku optimis atas perkembangan fasilitas asuransi untuk sektor ekspor. Meski tergolong transaksi jangka pendek, ekspor termasuk transaksi yang ‘rawan rugi’. Karena potensi inilah, ASEI menargetkan pertumbuhan pendapatan sekitar 20% di 2011.

Biasanya transaksi ekspor pasti telah memiliki buyer di negara tujuan dan tinggal disepakati soal bagaimana pengiriman barangnya. Selain itu, terdapat persetujuan mengenai pembayaran atau terms of payment, apakah menggunakan L/C (Letter of Credit), pembayaran di muka (advanced payment), atau janji pembayaran dengan menggunakan wesel. “Namun jika ternyata pembayaran dari buyer tersebut nantinya tidak terbayar, ada asuransi yang menanggung risiko tersebut,” ujar Zaafril Razief Amir, Direktur Utama PT Asuransi Ekspor Indonesia (Persero).

Asuransi Ekspor bergerak dalam 2 hal, yaitu asuransi ekspor (export credit insurance) dan asuransi kredit (export credit guarantee). Untuk asuransi kredit, ASEI telah bekerja sama dengan 30 bank nasional dan BPD, dan ada pula beberapa bank asing. Zaafril menyebutkan, dari seluruh transaksi ekspor yang terjadi di Indonesia, setidaknya 10%-20% mengalami masalah. Apalagi beberapa eksportir merupakan industri kecil yang belum terlalu mengerti prosedur ekspor.

“Banyak juga di antara mereka yang kena tipu,” ujarnya. Risiko yang dihadapi eksportir dapat berupa commercial risk maupun political risk. Commercial risk misalnya pembeli atau buyer mengalami kebankrutan atau terjadi kenaikan harga yang signifikan. Political risk terjadi, salah satunya, bila pemerintah melarang pengeluaran devisa. “ASEI memang didesain oleh pemerintah untuk memberikan fasilitas bagi eksportir, sama seperti perusahaan-perusahaan sejenis yang ada di negara lain.”

Diakui Zaafril, kesadaran berasuransi di Indonesia termasuk dalam hal asuransi ekspor memang belum tinggi. Berbeda dengan perusahaan joint venture, perusahaan asing serta perusahaan multinasional yang telah memiliki kesadaran tinggi untuk berasuransi. “Biasanya dari kantor pusat mereka telah dipersyaratkan untuk menggunakan jasa asuransi ekspor,” kata Zaafril.

Padahal asuransi ini sangat dibutuhkan oleh para eksportir. Saat ini di Indonesia baru perusahaan level menengah ke atas yang justru aktif menggunakan jasa asuransi ekspor. Ia memberikan gambaran, dari sekitar 5500 eksportir yang terdata di Kementerian Perdagangan RI, baru 300-400 eksportir yang menjadi nasabah ASEI. Wilayah tujuan ekspor terbanyak dari Indonesia antara lain adalah AS, Eropa, Jepang, Cina dan Singapura. Kini pasar ekspor Asia semakin berkembang karena pertumbuhan permintaan dari Asia tergolong paling stabil. “Growth penjualan ke Asia saat ini tumbuh jauh lebih tinggi daripada ke wilayah lainnya. Sekitar 60% ekspor diserap oleh pasar Asia,” kata Zaafril lagi.(Acha)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved