Listed Articles

Asuransi Mikro Berpotensi Bantu 77 Juta Orang

 Asuransi Mikro Berpotensi Bantu 77 Juta Orang

Asuransi mikro memiliki potensi membantu sepertiga populasi Indonesia atau sekitar 77 juta jiwa yang tidak memiliki asuransi atau tabungan. Mengingat besarnya potensi pangsa pasar, perusahaan asuransi swasta kini melihat ketertarikan untuk mengembangkan produk bagi masyarakat miskin.

Stefan Koeberle, Kepala Perwakilan Bank Dunia untuk Indonesia mengatakan, kejadian-kejadiaan tak terduga dalam hidup seperti jatuh sakit, kecelakaan, kehilangan pekerjaan, gagal panen, atau kematian memiliki dampak besar bagi siapapun, namun dampak dari kejadian-kejadian tersebut jauh lebih parah bagi rumah tangga yang berpendapatan rendah. “Sangat penting halnya bagi keluarga miskin untuk dapat mendukung diri mereka sendiri dan memitigasi risiko-risiko tersebut, tanpa beban keuangan tambahan,” ujar Stefan.

Asuransi mikro adalah salah satu komponen kunci bagi strategi nasional untuk inklusi keuangan di Indonesia, dengan cara menyediakan produk-produk asuransi berbiaya rendah untuk segmen pasar yang luas dan belum terlayani hingga saat ini. Selain itu, asuransi mikro mampu membawa Indonesia lebih dekat mencapai inklusi keuangan.

Untuk itu, Bank Dunia bersama Dewan Asuransi Indonesia dan International Finance Corporation menjadi tuan rumah Bursa Asuransi Mikro (Microinsurance Markerplace) yang pertama di Indonesia. Dengan terselenggaranya bursa tersebut, Stefan mengharapkan, dapat menstimulasi ide-ide inovatif bagi asuransi mikro.

“Bursa asuransi mikro adalah kesempatan bagi para pemangku kepentingan di Indonesia untuk belajar dari pengalaman internasional dalam menyediakan perlindungan bagi masyarakat miskin dari sisi keuangannya. Penting halnya agar solusi asuransi mikro untuk Indonesia muncul dari negara ini, oleh karena itu bursa ini juga memberikan ruang bagi para pelaku industri di tingkat akar rumput untuk menunjukkan inovasi mereka,” terangnya.

Menurutnya, ada beberapa faktor yang sampai saat ini masih menghambat perkembangan asuransi mikro di Indonesia. Dari sisi permintaan, masih sangat sedikit kesadaran akan pentingnya asuransi, kurangnya produk-produk asuransi yang ditujukan untuk menanggapi kebutuhan masyarakat miskin, persepsi bahwa asuransi hanya untuk orang kaya, dan kurangnya kepercayaan pihak yang memberikan asuransi. Dari sisi penyedia jasa, kontrak asuransi (polis) sangat rumit untuk dimengeti, penagihan klaim yang sangat memakan waktu dan penuh birokrasi, serta biaya transaksi yang tinggi menjadikan produk asuransi yang tersedia saat ini terlalu mahal bagi masyarakat miskin.

Cornelius Simanjuntak, Ketua Dewan Asuransi Indonesia menghimbau, pemerintah Indonesia dan industri asuransi perlu berperan lebih baik lagi dalam mendidik masyrakat miskin mengenai manfaat asuransi. Karena hal tersebut sejalan dengan strategi nasional untuk menjadikan pelayanan-pelayanan keuangan lebih terjangkau dan dapat diakses. Hal tersebut menjadi semakin penting karena Indonesia adalah negara yang sangat rentan akan bencana alam seperti gempa bumi, tsunami, dan letusan gunung berapi. “Asuransi mikro bagi kelompok keluarga berpendapatan rendah berpotensi untuk menstimulasi industri dalam menciptakan produk-produk yang inovatif dan kompetitif. Itu juga bisa memberikan alternatif bagi pemerintah untuk membayarkan bantuan langsung tunai bagi masyarakat miskin dengan lebih efisien,” katanya. (EVA)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved