Listed Articles

Banyak Startup yang Belum Siap Berbisnis

Oleh Admin
Banyak Startup yang Belum Siap Berbisnis

Indra Utoyo menilai startup digital sebagai sebuah fenomena yang sifatnya masih instan dan dalam tahap awal. Akibatnya, banyak startup yang masih belum siap dalam berbisnis. Masih banyak startup yang belum tahu filosofi bisnis untuk mempertahankan laju perusahaan. Selain itu, tidak semua startup memiliki modal untuk mengembangkan Research & Development. “Makanya kita perlu berikan dukungan kepada para startup yang layak,” ujar Chief Information Officer Telkom.

Dijelaskannya, Telkom memiliki komitmen untuk memfasilitasi industri kreatif digital Indonesia melalui program Indigo (Indonesian Digital Community). “Inisiatif Indigo dimulai tahun 2007. Ini merupakan strategic initiative Telkom Group,” kata dia. Tujuannya, untuk membangun industri yang sehat dan menyehatkan. Pihaknya tidak ingin industri ini menjadi bubble sehingga tidak baik untuk iklim bisnis.

Lebih khusus lagi Indigo mendukung startup pengembang konten dan aplikasi digital. Meski mengaku inisiatif Indigo dimulai sejak tahun 2007, namun program Fellowship Indigo dimulai tahun 2009. Kala itu ada sekitar 250-an startup digital yang mengirimkan proposal. Yang diterima hanya 11 startup. Fellowship 2010 pesertanya 389, dengan finalist 40 dan penerima reward: 15. sementara fellowship 2011 yang telah dilaunching pada bulan Juni 2011 dan akan ditutup pada bulan Oktober ditargetkan pesertanya 500, 45 finali dan 15 penerima reward.

Indra menuturkan, potensi market dan penetrasi industri digital di Indonesia cukup besar. Namun, Indra tidak bisa menjelaskan secara pasti berapa besarannya. Sebab, barometer untuk mengukur kelayakan bisnis atau investasi di industri ini masih belum jelas. “Masih meraba-raba seperti apa tolok ukurnya,” dia menegaskan. Contoh, bisa saja keberhasilan sebuah startup diukur dari seberapa banyak pen-download sebuah aplikasi, atau jumlah member dan jumlah hit pada sebuah situs. Tolok ukur antara produk engine, portal, dan e-commerce misalnya, berbeda-beda. Jadi, yang bisa dilihat barulah sebuah harapan bahwa nantinya industri ICT ini mampu memunculkan komunitas yang di dalamnya terdapat bisnis yang besar.

Untuk itu, Telkom cukup berhati-hati dalam membina startup yang akan didanainya. Perusahaan pelat merah itu tak mau dana yang dikucurkan berupa kepemilikan saham merembes sia-sia. Telkom mengalokasikan bujet sekitar Rp 30 miliar/tahun untuk fellowship Indigo. Setiap fellowship mendapat dana mulai dari ratusan juta hingga Rp 4 miliar. “Sementara ini kepemilikan kami di startup hanya di kisaran 30%,” kata dia. Kriteria startup dinilai dari 3P (planet, profit, dan people). Planet merupakan penilaian sejauh mana aplikasi dan konten dari startup punya dampak signifikan pada kehidupan masyarakat. Profit jelas mengacu pada feasibility di sisi bisnis dan financial dengan bisnis model yang dapat diterima di TelkomGroup serta potensial untuk sukses. Sementara people mengacu pada kompetensi startup dalam industri kreatif digital.

Beberapa hal yang dilakukan dalam metode seleksi adalah technology review, termasuk teknologi plan dan teknologi survey/komparasi. Lalu, commercialization strategy, penyusunan milestone dan go to market strategy sehingga dapat sukses di pasar. Selain itu ada, allocation of business resources, di mana adanya assessment terhadap pemanfaatan platform eksisting (leverage) yang dimiliki oleh TelkomGroup. “Business plan development dan review of product performance, bagaimana performansi dapat dilakukan review secara periodik juga menjadi kriteria seleksi,” tutur Indra.

Metode inkubasinya meliputi tahap business consultation program, di mana para pemenang akan didampingi oleh para expertise (mentoring) sehingga dapat dilakukan peningkatan kualitas product serta kapabilitasnya (couching). Selanjutnya, product re-engineering, apabila diperlukan product akan dilakukan reengineering untuk menyesuaikan dengan platform yang telah ada serta meningkatkan kualitas product. “Dalam hal ini akan dilakukan pendapingan oleh para engineer berpengalaman,” tambah dia. Tahap tersebut dilanjutkan dengan product testing dan bundling. Pemanfataan fasilitas laboratorium dan fasilitas R&D Telkom Group dalam melakukan tes produk serta peluang membuat bundling product dengan product Telkom Group. Terakhir, Partnership dan Komersial. Melakukan partnership agreement dengan Telkom serta bersama sama melaksanakan komersialisasi product termasuk aktifitas marketing. Dan, platform dari startup yang diinkubasi ini pun nantinya akan dijalankan di internal Telkom Group lebih dulu. (EVA)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved