Listed Articles

Bayu Krisnamurthi Beberkan Masalah Kelam Buah Lokal

Bayu Krisnamurthi Beberkan Masalah Kelam Buah Lokal

Sebagai Wakil Menteri Pertanian, Bayu Krisnamurthi, mengakui bahwa popularitas buah impor semakin menyaingi produk lokal meskipun jumlah produksi buah lokal terus meningkat. Ini terkait keragaman buah yang dikonsumsi untuk pemenuhan kebutuhan masyarakat sehari-hari.

Pola konsumsi buah pada dasarnya dapat dibagi menjadi lima. Pertama adalah konsumsi rumah tangga atau table fruits yang berarti buah tersebut dikonsumsi untuk pemenuhan kebutuhan sehari-hari. Konsumsi rumah tangga terbanyak adalah pisang, jeruk, apel, pepaya, salak dan pir dengan menyumbang 35% sampai 40% total permintaan buah di Indonesia. “Tiga diantaranya adalah buah impor yaitu jeruk, apel dan pir. Sehinga meskipun jumlah produksi buah meningkat, di level konsumsi rumah tangga, popularitas buah lokal semakin tersaingi,” ujar Bayu.

Konsumsi terbesar kedua adalah konsumsi industri seperti kebutuhan produksi jus, minuman ringan dan lainnya. Produk tersebut adalah jeruk mangga, jambu, apel dan tomat dengan jumlah 30% dari total permintaan buah. Posisi ketiga adalah konsumsi hotel, restoran ataupun katering yang didominasi pepaya, semangka, melon, nanas dan alpokat. Pola konsumsi ini memegang 20% total permintaan buah. Pola keempat adalah konsumsi musiman/ eksotik seperti durian, mangga, buah naga, sawo dan rambutan. Kebutuhan ini mencakup kurang dari 10%. Yang terakhir, buah diproduksi untuk ekspor seperti manggis, nanas, mangga dan rambutan.

“Buah-buahan lokal sebenarnya sangat populer jika dilihat secara keseluruhan dalam lima aspek tersebut. Siapa ang tidak mengenal Jeruk Brastagi, Duku Palembang, Salak Sidempuan, Mangga Podang, Pisang Raja dan lainnya. Namun, memang kita mengakui di ranah kebutuhan rumah tangga, permintaan buah impor semakin meningkat,” kata Bayu.

Produksi buah dalam negeri mengalami peningkatan setiap tahun dengan jumlah 18, 027 juta ton di 2008, 18, 654 juta ton di 2009 dan 19, 033 juta ton di 2010. Untuk nilai ekspor, terjadi penurunan di 2008 dengan 323 ribu ton menjadi 211 ribu ton buah ekspor di 2009. Namun, terjadi peningkatan pada 2010 dengan jumlah 276 ribu ton buah ekspor. Jika berbicara soal impor, diakui Bayu, jumlah lebih besar. Di 2008, buah impor sebanyak 501 ribu ton, 2009 sebanyak 640 ribu ton dan 2010 sebanyak 667 ribu ton.

“Memang terjadi negative trade jika membandingkan jumlah impor dan ekspor. Namun, tidak bisa dianggap terjadi fenomena ledakan impor karena produksi dalam negeri atas buah lokal sangatlah besar. Memang, buah impor terkesan banyak karena untuk memenuhi kebutuhan konsumsi buah rumah tangga. Di lain pihak, buah impor termasuk golongan konsumsi musiman sehingga tergantung dengan musih berbuah produk tersebut,” ujar Bayu lagi.

Ada beberapa masalah yang menimpa produksi buah lokal. Pertama adalah selera konsumen. Seiring dengan pertumbuhan pendapatan masyarakat, kebutuhan buah pun semakin meningkat. Namun, masyarakat semakin kritis terhadap kualitas maupun jenis buah yang ingin mereka koonsumsi. “Pepaya misalnya. Saat ini muncul fenomena kebutuhan pepaya yang berbentuk kecil karena pepaya biasa yang berbentuk besar tidak bisa dimakan habis dalam satu kali konsumsi. Kan sia-sia jika buah itu tidak dihabiskan. Mangga pun sama. Mangga saat ini terlalu besar, basah dan manis.”

Kedua adalah branding buah lokal. Indonesia sangat kaya dengan buah namun tidak ada konsistensi yang jelas atas pemasaran brand buah itu. “Padahal, 95% dari pepaya Bangkok dihasilkan di Indonesia. Pepaya Hawai juga 70% dihasikan di dalam negeri. Karena itu, perlu image positif atas buah-buahan yang diproduksi di Indonesia,” tegas Bayu. Yang terakhir, Bayu menyoroti kualitas buah-buahan lokal di pasaran. “Pisang raja Indonesia diakui dunia sebagai pisang terbaik. Namun, itu hanya terjadi 1 detik setelah pemotongan. Mengapa? Proses pemotongan, pengangkutan dan penyimpanan pisang tersebut sebelum ditaruh di pasar sangatlah buruk. Ini membuat bentuk dan kualitas pisang menjadi rusak. Padahal, kualitas buah merupakan unsur utama yang diperhatikan konsumen.” Masalah yang juga menjadi sorotan adalah kebutuhan atas riset dan pengembangan penelitian buah secara berkelanjutan.


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved