Listed Articles

Bila Perusahaan Asuransi Buka Bengkel

Oleh Admin
Bila Perusahaan Asuransi Buka Bengkel

Pasar bengkel ini memang captive. Setiap harinya bisa dipastikan ratusan klaim ganti rugi perbaikan kendaraan yang masuk ke ASM. Dengan memiliki bengkel sendiri, aktivitas bisnis inti ASM bisa tertopang dengan baik. Maklum, pengalaman selama ini menunjukkan belum tentu bengkel rekanan mau menerima pekerjaan perbaikan kendaraan. Kecepatan kerjanya pun susah dikontrol, dan masih banyak kekurangan yang dirasakan dari pola alih daya (outsourcing) seperti ini. Yang tak kalah penting, dengan memiliki bengkel sendiri, ibarat duit yang keluar dari kantong kanan, masuknya ke kantong kiri ASM juga. Dan, angkanya cukup signifikan.

Setidaknya, setiap hari perusahaan asuransi yang bernaung di bawah Grup Sinar Mas ini menangani klaim perbaikan sekitar 100 unit kendaraan dengan nilai rata-rata Rp 2-3 juta (di luar klaim total loss). Jadi, klaim yang harus dibayarkan ASM sekitar Rp 6 miliar/bulan. Sementara itu, klaim total loss rata-rata 10 unit kendaraan/bulan, dengan nilai rata-rata Rp 100 juta/unit, sehingga ASM harus mengeluarkan dana Rp 1 miliar/bulan. Umumnya, klaim asuransi yang masuk ke ASM menyangkut body repair (75%-80%).

Sebenarnya bengkel ini tidak terbilang baru. Lewat bendera PT Jakarta Teknologi Utama Motor (99% sahamnya dimiliki ASM), dioperasionalkan Bengkel Tecno. Dengan areal 7 ribu m2 dan investasi Rp 5 miliar, bengkel yang diklaim memboyong teknologi Jerman ini memberikan aneka jasa: body repair, pengecatan, las, ketok dan aksesori. “Mayoritas untuk perbaikan bodi, tapi kami pun sanggup melakukan perbaikan engine,” kata Tonny Latidjan, Direktur Bengkel Tecno.

Saat ini, bengkel yang berlokasi di Jl. Rawabali, Kawasan Industri Pulo Gadung, Jakarta Timur ini baru bisa melayani klaim untuk wilayah Jabotabek. Menurut Tonny, Tecno baru sanggup menangani 20% jumlah klaim di Jabotabek. Di samping itu, ASM menjalin kerja sama dengan bengkel rekanan yang tersebar di wilayah Indonesia untuk pelayanan klaim di kota-kota lain. Di wilayah Jakarta, ASM menggandeng 15 bengkel rekanan, dan di seluruh Indonesia terdapat 80-100 bengkel rekanan ASM.

Selama ini, penunjukan bengkel tergantung pada pihak tertanggung. “Ketika klaim, ASM memberikan kebebasan mereka memilih bengkel,” papar Tonny. Tetapi umumnya, bengkel yang dipilih tertanggung tentu yang dekat dengan lokasi rumah/kantor, dan tergantung kepuasan terhadap hasil kerja bengkel yang bersangkutan. ?Sementara itu, Tecno hanya supporting, sehingga tidak mengutamakan setiap klaim harus masuk ke Bengkel Tecno,? lanjut Tonny seraya menerangkan, bila diperbaiki di Tecno, tertanggung tidak perlu repot, karena bengkel ini memberikan layanan via telepon dan kendaraan yang mesti diperbaiki bisa diantar/jemput.

Diakui Tonny, saat ini kelangsungan hidup Tecno masih bergantung pada ASM. Terbukti dari 300 unit mobil/bulan yang diperbaiki 90% berasal dari klaim ASM. Padahal, Tecno juga menerima jasa perbaikan dari luar (umum), hanya saja persentasenya masih kecil (5%-10%). “Ke depan, kami akan memperbesar kontribusi dari luar ASM,” ujar Tonny. Apalagi, saat ini utilisasi baru 60%-70%, dan di sisi lain jumlah pemegang polis ASM terus meningkat.

Dari sisi teknologi, menurut Hendra Gunawan, Manajer Operasional Bengkel Tecno, bengkel ini memiliki dua unit oven blow therm buatan Jerman. Dengan oven itu, menurutnya, hasil pengecatan kendaraan bisa lebih baik, sempurna dan tahan lama. Fasilitas lainnya, injection knock merek Multispot MB, juga dari Jerman, yang digunakan untuk proses pengetokan kendaraan tanpa membongkar bagian-bagiannya. Adapun untuk pengelasan, Tecno memiliki dua unit mesin las merek Telwin dari Italia, dan Kercomet 240 dari Jerman.

Selain teknologi, menurut Hendra, SDM juga berperan dominan. Pasalnya, untuk pekerjaan body repair dibutuhkan tenaga terampil layaknya seniman. “Kuncinya di tangan mereka, yang bisa mengembalikan kondisi seperti semula baik bentuk maupun warna aslinya,” tutur Hendra.

Alfred W., konsumen yang memperbaiki Honda Strem di Tecno, mengaku puas atas hasil kerja tim Tecno. “Begitu pula hasil pengecatan, warnanya mirip dengan warna aslinya,” kata Alfred.

Omsetnya? Hendra menyebutkan, ada dua sumber pendapatan bengkel ini, yakni dari body repair dan penjualan suku cadang. Untuk jasa body repair, tarifnya sesuai dengan yang ditentukan ASM. Pasalnya, ASM memberikan harga yang sama untuk Bengkel Tecno ataupun bengkel rekanan. Dengan kapasitas produksi jasa 300 unit mobil/bulan, pendapatan dari body repair Rp 300-400 juta/bulan, sedangkan dari penjualan suku cadang Rp 400-500 juta/bulan.

Toh, Hendra mengakui, “Kalau hitungannya bisnis, bisa jadi kami tidak akan punya bengkel, dan memilih outsourcing.” Ia berkilah, pendirian bengkel ini bertujuan memberikan pelayanan yang baik kepada pemegang polis. “Kami belum memikirkan return on investment,? katanya. Sekarang, dengan asumsi tingkat produksi jasanya 300 unit/bulan, omsetnya diperkirakan Rp 700-800 juta (termasuk suku cadang), sehingga break even point paling cepat dalam waktu 10 tahun. “Kalau kami boleh memilih, lebih baik dananya untuk bisnis yang lain ketimbang untuk membangun bengkel,” ia menambahkan.

Dengan 90 karyawan (10 karyawan administrasi dan 80 karyawan bengkel), menurut Tonny, dalam dua tahun ke depan ASM belum berniat menambah Bengkel Tecno. “Keinginan berkembang ada, tetapi dalam 1-2 tahun belum ada rencana,” ujarnya. Jika secara bisnis hasilnya menunjang kegiatan bisnis utama ASM, ada pemikiran mengembangkan Bengkel Tecno di wilayah lain. Pertimbangan bengkel pertama Tecno di Jakarta, lanjutnya, karena pangsa pasar terbesar saat ini di Jabotabek. Tidak repotkah awak ASM yang sebagian merangkap mengelola bisnis bengkel ini? ?Tentu saja lebih repot. Mengurus dua perusahaan kan berbeda dari mengurus satu perusahaan saja,” kata Tonny terus terang.

# Tag


    © 2023-2024 SWA Media Inc.

    All Right Reserved