Listed Articles

DBS Group Research: 2012, Suku Bunga Indonesia Stabil

DBS Group Research: 2012, Suku Bunga Indonesia Stabil

Inflasi non-inti pada bulan November mencapai 4,15% dibanding tahun lalu, dan dalam beberapa bulan mendatang akan menunjukkan tren penurunan. Di tahun 2012, dengan memperhitungkan adanya kenaikan tarif listrik sebesar 10%, tingkat inflasi seharusnya masih terkontrol mengingat lambatnya pertumbuhan ekonomi global akan lebih dipengaruhi oleh harga komoditas. Dalam jangka pendek, tekanan terhadap harga masih tergolong rendah sehingga bank sentral memiliki ruang yang lebih besar untuk memangkas suku bunga. Apalagi, mengingat Indonesia masih memiliki kebijakan suku bunga positif sekitar 2%. Pandangan tersebut dikemukakan dari hasil penelitian yang dilakukan oleh DBS Group Research.

Kekhawatiran akan tingkat pertumbuhan ekonomi diharapkan akan lebih didominasi oleh dampak krisis utang Eropa yang berkepanjangan. Sebagai konsekuensi, ekspor diprediksi akan menurun sehingga dibutuhkan upaya yang kuat untuk memastikan pertumbuhan kredit tetap solid (di atas 20%) di 2012 untuk membantu mendongkrak permintaan domestik. Terkait dengan ini, BI juga telah menurunkan perkiraan pertumbuhan ekonomi di 2012 menjadi 6,3% (Prediksi DBS: 6.1%).

Suku bunga yang lebih rendah akan memberikan keuntungan dalam jangka panjang. Pertama, tingkat suku bunga di negara – negara berkembang tampaknya akan relatif rendah dalam beberapa waktu ke depan. Dengan meminimalisir yield spread antara kebijakan suku bunga di Amerika Serikat dan kebijakan suku bunga domestik, spekulasi arus modal masuk akan lebih dapat dikelola, sehingga modal uang ditempatkan akan lebih stabil. Yang kedua, pertumbuhan kredit dengan denominasi mata uang asing dalam sembilan bulan terakhir tahun ini (24,3%) telah melampaui kredit berdenominasi rupiah (16,5%).

Dengan Loan to Deposit Ratio (LDR) mata uang asing yang berada di level 94%, pertumbuhan kredit ke depan akan terlimitasi tanpa adanya ekspansi ke pembiayaan korporasi. Sebagai perbandingan, LDR rupiah relatif ada di level 80%. Lemahnya sentimen terhadap situasi ekonomi telah mengakibatkan arus keluar portofolio dalam beberapa bulan terakhir.

Kekhawatiran akan kemungkinan pemangkasan suku bunga lebih lanjut juga semakin memperburuk situasi. Kekhawatiran tersebut dipandang sebagai hal yang wajar, namun kami meyakini bahwa cadangan devisa negara sebesar USD 114 miliar (per akhir Oktober) cukup kuat untuk dapat meredam arus keluar yang mungkin terjadi. Selain itu, ada pula kekhawatiran bahwa melemahnya rupiah akan memicu inflasi. Dengan latar belakang demikian, kemungkinan penurunan tingkat suku bunga akan lebih terbatas. Mempertimbangkan faktor-faktor tersebut, DBS Group Research memperkirakan penurunan suku bunga sebesar 25bps di kuartal pertama 2012, dan kemudian akan terus stabil di sepanjang tahun 2012.


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved