Listed Articles Editor's Choice

Friderica Widyasari Dewi: Based on Competence

Friderica Widyasari Dewi: Based on Competence

Tak banyak perempuan seperti Kiki, begitu pemilik nama lengkap Friderica Widyasari Dewi ini akrab disapa. Ketika gemerlap popularitas tengah menyorotnya, ia justru memilih surut dari ingar-bingar panggung keartisan. Tampil di layar kaca sebagai bintang iklan dan pesinetron ternyata bukan impiannya. “Ada banyak jalan yang bisa saya lakukan agar bisa memberikan kontribusi yang lebih besar dari talenta lain yang saya punya,” tutur Kiki. Ia kemudian memilih terbang ribuan mil untuk menggapai mimpinya. Juga mengasah talenta lain yang dimilikinya.

Kiki punya impian bergelut di dunia ekonomi dan keuangan. Sejak kecil, kelahiran 28 November 1975 ini menjadi langganan siswa terbaik dan pernah mengikuti Olimpiade Matematika. Kecintaan pada bidang keuangan ini memantapkan pilihannya untuk mengambil Master dengan pilihan bidang studi keuangan di California State University of Fresno, Amerika Serikat. Sebelumnya, ia menyelesaikan studi S-1 Ekonomi di Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

“Bagi sebagian orang, ukuran kesuksesan dilihat dari gaji dan harta. Saya bukanlah orang seperti itu,” ujar Kiki yang membalut tubuhnya dengan busana hitam saat wawancara. Usai menyelesaikan program Master, ia banyak mendapat tawaran mengajar di beberapa perguruan tinggi ternama, mulai dari Atma Jaya, Stekpi, sampai Universitas Indonesia. Maklum, ketika menimba ilmu di AS, ia didapuk menjadi asisten dosen untuk mata kuliah keuangan. Ia juga banyak mendapat pinangan dari perusahaan, salah satunya perusahaan konsultan yang melamarnya menjadi salah satu direktur dengan kompensasi gaji yang besar plus fasilitas menggiurkan.

Semua tawaran itu ditolaknya. “Saya ingin bekerja dari bawah, dari level yang lebih rendah terlebih dulu. Saya ingin membangun karier saya secara bertahap, tidak langsung jadi direktur karena semua ada fasenya,” tutur perempuan berkulit putih ini. Ia kemudian bergabung dengan PT Bursa Efek Indonesia (BEI). Ia jatuh hati pada pasar modal berangkat dari pengalamannya sewaktu di AS. “Di Amerika, pasar modal menjadi bagian kehidupan sehari-hari masyarakat di sana. Orang sana rata-rata punya saham, khususnya properti. Saya lihat ini suatu industri yang kalau dikelola dengan baik, pasti bisa meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Ini adalah industri baru di negara kita kala itu. Dan, ini pun kesempatan saya untuk mengambil bagian di industri ini,” paparnya.

Kiki memulai karier perdananya di BEI sebagai kepala unit. Selang setahun, ia menjabat sebagai Head of Corporate Communication. Setelah dua tahun berada dalam posisi tersebut, posisinya menanjak. Tahun 2007-09, ia diberi tanggung jawab sebagai Sekretaris Korporat. Bermodal prestasi dan kepercayaan dari pemegang saham, Kiki yang pada 2005 didapuk menjadi karyawan terbaik dipromosikan menjadi salah satu direksi BEI pada 2009. Penunjukan direksi di BEI berbeda dengan organisasi lainnya. Calon direksi BEI harus mengampanyekan program dan visi-misinya ke otoritas pemegang saham yang saat ini berjumlah 125 perusahaan sekuritas.

Sebagai calon kandidat ketika itu, Kiki menawarkan program dan kampanye seputar kapitalisasi pasar dan good governance, baik di bursa maupun di industri. “Wah, pokoknya seru, seperti pemilihan ketua OSIS saja. Persaingan sangat ketat waktu itu. Kami harus jualan program dan meyakinkan para pemegang saham. Kami pun menjalani fit and proper test di Bapepam-LK,” putri pasangan Soegih Hidayat dan Caecilia Hanggarini ini mengenang momen tersebut.

Kiki mengaku sempat tak percaya diri duduk sebagai Direktur Pengembangan Bisnis BEI. Pemicunya, usianya tergolong masih muda dan faktor gender yang sempat diragukan banyak orang. Karena yakin mampu mengemudikan roda organisasi, bungsu dari enam bersaudara ini pun berani tampil. “Untuk menduduki posisi ini bukan dilihat dari kematangan umur, apalagi jenis kelamin. Saya percaya semuanya based on competence. Kita harus bisa mengukur diri, kalau kita sanggup dan yakin, kenapa tidak,” katanya tandas.

Kiki tercatat menjadi direksi termuda di BEI. Ia juga menjadi satu-satunya direksi wanita pada periode 2009-12. Kiki adalah perempuan keempat yang duduk di jajaran Board of Directors BEI. “Apa yang diamanatkan kepada saya hingga saat ini bisa menjadi semangat untuk kaum perempuan juga. Saya dibesarkan dalam keluarga Jawa yang nilai adatnya sangat kuat. Banyak hal positif yang menjadi bekal buat saya dan kaum perempuan. Rendah hati, selalu ingat Tuhan, berpikir positif adalah pakem saya hingga saat ini,” tutur pelahap bacaan ini.

Tanggung jawab Kiki tentu saja besar. Ia membawahkan divisi pemasaran yang memiliki 16 kantor cabang di seluruh Indonesia. Ia harus membuat dan menyusun program sosialisasi edukasi. Selain itu, ia dan timnya juga secara proaktif mencari calon investor, calon emiten, dan mengkaji pengembangan yang bisa dilakukan dalam divisi pengembangan usaha. Ia pun membawahkan divisi riset dan divisi ekonomi. Total ada 80 karyawan yang berada dalam kendalinya. “Menciptakan atmosfer yang nyaman dan solid di lingkungan kerja amatlah penting guna meningkatkan antusiasme dan produktivitas dalam bekerja,” ujar wanita yang hampir menghabiskan waktunya hanya untuk bekerja ini.

Sebagai seorang pemimpin, perempuan yang hobi merawat diri ini selalu menghormati setiap orang yang bekerja di organisasinya. “Siapa pun mereka, apa pun levelnya,” katanya tandas. Baginya, menghormati orang adalah bentuk tanggung jawab yang harus dimiliki seorang pemimpin. “Jika ada yang melakukan kesalahan, saya tidak pernah memarahi orang, tapi saya marahi kesalahannya. Saya tunjukkan kesalahannya,” imbuhnya. Kiki juga sosok pemimpin yang tak suka birokrasi yang berbelit. Kalau ada permasalahan, ia bersikap tegas, tetapi dengan penyampaian yang sopan dan halus. “Anytime perlu saya, datangi saja langsung atau bisa hubungi saya melalui handphone. Tak perlu berbelit dengan birokrasi yang rumit.”

Menurutnya, ada kelebihan yang dimiliki perempuan leader. Perempuan tak hanya mampu men-deliver pekerjaan dengan benar, tetapi juga lebih cepat, teliti, detail dan punya aspek keindahan. “Pekerjaan bukan hanya benar, tetapi juga bagus dan ada woman touch-nya. Kedua, karena perasaan wanita lebih halus, wanita bisa lebih peka terhadap suatu gejala,” tuturnya. Kelemahan pemimpin wanita, lanjut Kiki, secara fisik karena siklus bulanan (hormonal). Namun, ia mengganggap itu sebagai suatu give. Jadi, bukanlah sebuah excuse buat wanita mana pun termasuk dirinya. “Saya tidak pernah menjadikan hal itu sebagai alasan untuk bermalas-malas. Justru orang di sini bilang saya tak punya udel karena tak pernah ada capeknya bekerja hingga larut malam sekalipun,” tambah Kiki yang sempat duduk di Kadin sebagai Wakil Ketua Komite Tetap Pengkajian Permodalan dan Perbankan.

Kiki menyarankan, kaum perempuan yang ingin maju dan menapaki karier sebagai pemimpin di sebuah organisasi haruslah memiliki kepercayaan diri tinggi, diimbangi kapabilitas yang tinggi pula. Perempuan harus lebih ekstra daripada kaum laki-laki, harus lebih cerdas dan mampu memiliki nilai tambah.

Namun, Kiki mengaku bukan berarti terpaan tak menghampirinya. Ada orang yang meremehkannya. Baginya, sikap meremehkan itu karena stereotip dan paradigma yang meragukan kemampuan pemimpin wanita. Ia pun tidak menyalahkan persepsi tersebut. “Lebih baik orang underestimate tapi kemudian kita bisa tunjukkan kepada orang itu bahwa kita perform daripada orang overestimate tapi malah kita tak mampu men-deliver kemampuan ke orang lain. Itu lebih memalukan,” tuturnya menggebu-gebu.

Ke depan, banyak hal yang ingin diraih penggemar seni lukis dan nonton teater ini. Untuk kariernya, Kiki tak mau terkungkung dalam comfort zone yang membuatnya mati di tempat dan tak berkembang. Ia mengaku keberhasilan yang ia raih saat ini bukan semata hasil keringatnya sendiri. “Saya percaya ini anugerah Tuhan. Selain itu, orang-orang di lingkungan pekerjaan adalah energi buat saya. Saya seperti saat ini karena didikan keluarga yang tak pernah saya tinggalkan nilai-nilai ajarannya,” ujar perempuan berdarah Yogyakarta ini. Ia menilai arti kesuksesan adalah pencapaian terus-menerus yang pada akhirnya bisa dilihat sebagai satu kesatuan. “Knowing the purpose of your life…. Bisa menyumbangkan pikiran untuk berdedikasi kepada industri salah satunya,” ujarnya.

Di mata Direktur Keuangan dan SDM BEI, Supandi W.S., Kiki adalah salah satu wanita yang potensial dan memiliki karier yang bagus. “Sangat mungkin mencapai jenjang yang lebih tinggi,” ujarnya. Supandi menilai, rekam jejak Kiki sudah terlihat sejak awal bergabung dengan BEI. “Performance-nya tidak perlu diragukan lagi. Sejak menjadi Kepala Task Force Marketing, Sekretaris Perusahaan, sebenarnya sudah kelihatan kapasitasnya.”

Dengan kemampuan yang dimilikinya, Supandi tak heran karier Kiki di BEI cepat meroket. “Saya kira Mbak Kiki termasuk orang yang punya prinsip dan kalau sudah punya mau biasanya harus terlaksana, mungkin itu salah satu yang membuat kariernya cepat. Dengan ditunjang keluwesan dan kemahiran bergaul serta approach yang baik, orang-orang yang bekerja sama dengan beliau selalu berusaha memenuhinya,” ujarnya.(*)

Reportase: Ario Fajar


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved