Listed Articles

Fujitsu Targetkan Pendapatan Global US$ 17 miliar

Fujitsu Targetkan Pendapatan Global US$ 17 miliar

Fujitsu menargetkan akan mencapai pendapatan global sebesar US$ 17 miliar hingga Maret tahun 2016 dari bisnis Cloud Computing. Itulah sebabnya, perusahaan penyedia jasa teknologi informasi dan telekomunikasi (ICT) asal Jepang tersebut memfokuskan diri pada bisnis komputasi Awan. Tidak tanggung-tanggung, pada tahun fiskal ini, Fujitsu telah menginvestasikan dana US$ 1,1 miliar di berbagai bisnis yang terkait dengan komputasi Awan dan akan melatih hingga 5000 spesialis secara global sampai 2012.

Nilai pendapatan tersebut datang dari seluruh jenis bisnis komputasi Awan, termasuk jasa konsultasi dan pengadaan layanan-layanan awan bernilai tambah tinggi kepada pelanggan. “Saat ini, jasa komputasi Awan mendatangkan pendapatan bagi Fujitsu sekitar US$ 14 juta, terutama dari jasa infrastruktur sebagai layanan infrastructure as a service (IAAS). Di masa depan, sebagian besar pendapatan itu datang dari jasa konsultasi, integrasi dan model-model lain konsumsi awan,” Presiden Direktur Fujitsu Indonesia, Achmad S. Sofwan, menjelaskan.

Dari sisi investasi, sebagian besar dana itu dialokasikan untuk data center, termasuk Tatebayashi Annex di sejumlah belahan dunia. Investasi yang lain digunakan untuk transformasi internal seperti pelatihan dan restrukturisasi bisnis sehingga cocok beroperasi di pasar Cloud. Selain itu, Fujitsu ikut berinvestasi di pengembangan piranti lunak sebagai layanan software as a service (SaaS) dengan mitra Microsot Azure.

Berdasarkan visi Fujitsu, Cloud Computing sebagai teknologi di layanan SaaS, terdiri empat mode konsumsi. Pertama, organisasi akan mengkonsumsi proses bisnis dan konten dari penyedia layanan melalui Cloud. Kedua, berkat cloud, tenaga komputasi akan tersedia secara masif, murah dan luas. Cloud akan melakukan konvergensi semua device yan digunakan user, mampu memproses informasi dalam jumlah yang sangat besar. Ke depan, Cloud juga akan berperan besar dalam pengelolaan fasilitas publik, seperti air, energi dan lalu lintas. Ketiga, sistem Cloud Computing akan membawa perubahan sosial, batas antara produsen dan konsumen akan semakin kabur, semua aktivitas publik dan bisnis bisa dilakukan secara lebih efisien. Keempat, dari sisi risiko, Cloud Computing adalah faktor yang mengubah industri TI secara total. Ada banyak risiko baru ketika memindahkan layanan ke Cloud. Untuk itu, dibutuhkan cara baru dalam mengelola risiko yang akan menjadi tantangan besar bagi beberapa perusahaan.

Komputasi Awan akan menjadi batu landasan dari strategi Fujitsu secara global. Di Asia Tenggara, Fujitsu sudah mengivestasikan US$ 38 juta untuk mendirikan platform Awan global di Singapura. Dari lokasi itu, Fujitsu akan melayani seluruh pelanggan komputasi Awan di Asia. Platform Awan ini adalah satu dari lima fasilitas serupa yang didirikan Fujitsu di seluruh dunia.

Fujitsu juga telah memberikan sejumlah inovasi layanan komputasi awan, seperti smart traffic cloud, smart water cloud, dan smart agriculture cloud. Layanan tersebut telah diterapkan di Jepang. “Layanan ini akan memudahkan masyarakat untuk memperoleh informasi lebih cepat. Misalnya untuk petani, tidak perlu repot-repot membawa tanah ke laboratorium untuk mengetahui kondisi tanah apakah bisa untuk panen atau tidak. Namun, layanan ini belum bisa diterapkan di Indonesia. Sebab, harus dipantau dulu kondisi di Indonesia, apakah cocok diterapkan atau tidak,” tambah Sofwan.


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved