Listed Articles

Hacker 'Paksa' Bursa Hong Kong Berubah

Hacker 'Paksa' Bursa Hong Kong Berubah

Hong Kong Exchanges & Clearing Ltd mengatakan akan mencari cara baru dalam mempublikasikan pendapatan dan berbagai event perusahaan setelah hacker membajak situs mereka. Mereka akan memanfaatkan email dan iklan di media elektronik untuk back up sistem online perusahaan.

CEO Hong Kong Exchanges & Clearing Ltd, Charles Li mengatakan hal tersebut pada konferensi pers. Perdagangan saham di HSBC Holdings Plc, Cathay Pacific Airways Ltd dan lima saham lain terhenti sejak 10 Agustus lalu dan akses untuk pengajuan bursa pun terganggu akibat serangan yang ‘berkelanjutan dan sistematis’ ini, ujar Li.

“Jika Anda melihat tindakan tersebut dalam lingkup yang lebih luas, ini akan meningkatkan level kewaspadaan masyarakat,” ujar Michael Liang, Chief Investment Officer di Foundation Asset Management Ltd, yang mengawasi dana sekitar US$ 120 juta. “Perubahan tersebut mungkin berdampak pada infrastruktur dan harus dipastikan bursa tidak terganggu akan kejadian ini.”

Hong Kong Exchanges merupakan bursa kedua yang melaporkan serangan hacker, tahun ini. Meskipun perusahaan telah membela diri dengan menyebtukan berbagai upaya untuk membentengi diri, namun usaha tersebut gagal karena hacker lebih canggih, ujar Li. Target pembajakan tersebut adalah mengungkapkan berita yang sifatnya rahasia, meskipun operasionalisasi kliring dan perdagangan saham tidak terganggu.

Serangan yang sering disebut sebagai distributed denial of service (DDoS) itu mencegah akses ke news feed publik dengan memperbesar kapasitas dalam jumlah luar biasa sehingga mengganggu traffic situs. Li memprediksi bursa tidak mungkin mampu mempertahankan situs mereka ataupun papan pengumuman online cadangan. “Kami tidak tahu siapa mereka sehingga kami tidak tahu bagaimana mencegah mereka untuk menyerang kami,” ujar Li. “Namun, kami bisa mencoba mempertahankan diri saat serangan tersebut muncul namun kami tidak bisa mencegah hal itu terjadi.”

Proses pembajakan sistem komputer di seluruh dunia itu merupakan hal yang rumit dan membutuhkan waktu cukup banyak untuk menyaring ataupun menganalisis informasi, ujar Chief Technology Officer Bill Chow. Maret lalu, National Security Agency Amerika Serikat bergabung dalam penyelidikan serangan Nasdaq OMX yang terjadi pada Oktober 2010. Bursa ekuitas terbesar kedua di AS itu menyebutkan ditemukannya data yang mencurigakan di situs mereka sehingga meminta pemerintah federal menyelidiki hal tersebut.


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved