Listed Articles

Ingin Sukses? Manfaatkan 'Horizontal Marketing'

Oleh Admin
Ingin Sukses? Manfaatkan 'Horizontal Marketing'

Pesatnya perubahan teknologi ternyata berdampak pula pada media yang digunakan pelaku pemasaran. Jika sebelumnya mereka ‘terbuai’ dengan promosi via televisi ataupun media cetak, kini hal tersebut berubah. Pelaku pemasaran harus mempertimbangkan khalayak yang ‘maniak internet’.

Pernyataan tersebut diungkapkan Chief Business Officer MarkPlus Inc, Taufik. Menurutnya, banyak masyarakat yang lebih banyak menghabiskan waktu dengan internet serta tidak sempat mengkonsumsi media cetak maupun televisi. “Sekarang adalah era horizontal marketing. Mereka ini akan banyak bergantung pada rekomendasi teman dan apa yang dibicarakan oleh teman-temannya di social media. Kalau merek-merek tersebut tidak masuk dalam conversation mereka maka jangan kaget kalau merek tersebut ya tidak masuk dalam benak mereka.”

Karena itu, kini para pelaku pemasaran tidak cukup hanya bersikap business as usual alias tidak mau capek-capek berinteraksi dengan netizen. Mengapa harus capek-capek? Kalo dulu lewat TV atau media cetak, bisa mendikte, maka di era web 2.0, pelaku pemasaran mesti berusaha untuk bisa dikonfirmasi oleh para netizen (pengguna media sosial) agar bentuk promosi bisa masuk dalam benak masyarakat. “Dari pengalaman yang ada, sebuah merek yang punya character yang kuat akan punya loyalitas yang tinggi. Karena itu, mereka membutuhkan upaya penguatan character.”

Netizen, menurut Taufik, harus diperhatikan sebagai sub culture yang memang punya pendekatan berbeda dalam memandang merek. Netizen murni hanya akan melihat dari apa yang dibicarakan teman-temannya di social media sedangkan customer community mungkin akan membatasi diri dalam memandang merek. Meskipun begitu, Taufik mengingatkan masyarakat agar tidak ‘mengklaim’ awareness tinggi maka penjualan pun tinggi.

“Awareness tinggi belum tentu penjualan tinggi. Kenapa? Kalau akhirnya promosi tersebut menimbulkan asosiasi yang salah atau relevansi yang tidak tepat, tingginya awareness tidak akan mendongkrak penjualan. Karena itu, awareness tinggi itu mesti punya relevansi yang tepat dan punya asosiasi positif agar bisa menimbulkan penjualan tinggi,” tegas Taufik.

Karena itu, petinggi MarkPlus Inc ini menyarankan pelaku pemasaran untuk selalu memahami perubahan yang terjadi. “Kalau dulu, pembentukan merek bisa dilakukan dalam lingkaran terbatas. Tapi sekarang ini, begitu banyak yang bisa berperan dalam pembentukan—dan penenggelaman—merek. Sebuah tulisan di Twitter tentang sebuah merek yang di re-tweet kemana-mana, yang kalo tidak ditangani dengan tepat, bisa membuat pemilik merek kehilangan control dalam mengarahkan merek yang dikelolanya. Apalagi kalau sampai melupakan character dari merek yang dikelolanya.” (Acha)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved